Oleh Saskia Kirana Dwiyanti, Santri Pondok Pesantren Al-Fatah Bangunrejo, Lampung Tengah
Masjidil Aqsa yang terletak di Palestina, merupakan salah satu tempat suci umat Islam dan memiliki nilai historis, spiritual, serta simbolis yang mendalam.
Sejarah mencatat bahwa Masjidil Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam dan tempat terjadinya peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Masjidil Aqsa tidak hanya menjadi situs suci, tetapi juga simbol persatuan umat Islam di seluruh dunia dan juga sebagai pusat keberkahan seluruh dunia.
Baca Juga: Keluarga Tangguh Bebas Utang, Seruan Islam Untuk Hidup Berkah dan Terencana
Namun, Masjidil Aqsa yang berada di Palestina saat ini, sedang berada dalam situasi yang memprihatinkan akibat penjajahan dan konflik yang berkepanjangan.
Masjidil Aqsa sebagai salah satu situs suci tersebut juga terus menghadapi ancaman. Dalam menghadapi tantangan ini, ilmu pengetahuan dan persatuan umat Islam menjadi dua elemen kunci yang harus dikuatkan untuk mendukung pembebasan Masjidil Aqsha dan kemerdekaan Palestina.
Selain itu, Masjidil Aqsa bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol identitas dan persatuan umat Islam. Masjidil Aqsa sebagai simbol persatuan dan identitas umat Islam memiliki posisi yang sangat istimewa. Sebagai salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk dikunjungi dalam Islam (bersama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), Masjidil Aqsha memiliki makna yang mendalam.
Sejarahnya yang panjang menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa perjuangan untuk membebaskannya bukan hanya tanggung jawab satu bangsa atau satu kelompok, tetapi tanggung jawab seluruh umat Islam. Oleh karena itu, pembebasan Masjidil Aqsha merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat Islam di dunia.
Baca Juga: 5 Adab Penting yang Harus Diperhatikan Seorang Guru
Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Prof. Dr. Abd Al-Fattah El-Awaisi mengemukakan semboyan, “Liberation of Mind before Liberation of Land.”
Semboyan ini hendak mengatakan bahwa umat perlu membuka pikiran dan mengisinya dengan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan pondasi kemajuan umat manusia. Dalam sejarah Islam, masa keemasan peradaban Islam (Golden Age) adalah bukti nyata bagaimana ilmu pengetahuan mampu membawa umat pada kejayaan.
Baca Juga: 61% Santri Al-Fatah Lampung Diterima di Perguruan Tinggi, Berbekal Jiwa Pesantren
Para cendekiawan Muslim seperti Al-Farabi, Al-Khwarizmi, Ibnu Sina dan lainnya, tidak hanya menguasai ilmu agama Islam. Tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan duniawi seperti kedokteran, matematika, dan astronomi.
Karena itu, di tengah berbagai tantangan yang ada, umat Islam perlu memahami pentingnya ilmu pengetahuan. Ini karena ilmu pengetahuan menjadi modal utama dalam membangun kekuatan umat.
Di samping itu, ilmu pengetahuan merupakan elemen yang tak tergantikan dalam membangun kekuatan umat Islam. Dalam sejarah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan umat Islam untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi.
Ini seperti disebutkan firman Allah di dalam Al-Qur’an:
Baca Juga: Integritas Fondasi Utama bagi Dosen dan Guru
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: “…Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’…” (Q.S. Az-Zumar [39]: 9).
Kembali ke pentingnya ilmu, pada masa kejayaan Islam, ilmuwan Muslim tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga berbagai cabang ilmu duniawi. Mereka memberikan kontribusi besar bagi dunia dalam bidang matematika, kedokteran, astronomi, dan teknologi.
Dalam kaitannya dengan pembebasan Masjidil Aqsa, Baitul Maqdis dan Palestina keseluruhan, menyiapkan ilmu pengetahuan yang mendalam juga merupakan startegi awal Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: An-Nuaimy Lepas 33 Dai Nusantara dan Luncurkan STIT: Dakwah Tak Boleh Menyendiri
Dalam konteks perjuangan Palestina, penguasaan ilmu pengetahuan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam beberapa aspek:
- Advokasi dan Diplomasi Global: Ilmu pengetahuan dalam bidang komunikasi dan teknologi informasi dapat digunakan untuk menyampaikan fakta sebenarnya terkait konflik Palestina.
- Pengembangan Strategi Pertahanan: Dalam menghadapi ancaman fisik maupun nonfisik, penguasaan teknologi pertahanan menjadi keharusan. Umat Islam harus mandiri dalam menciptakan teknologi yang dapat digunakan untuk melindungi wilayah dan rakyatnya.
- Pemberdayaan Ekonomi: Dengan menguasai ilmu pengetahuan, umat Islam dapat menciptakan sistem ekonomi yang kuat, mandiri, dan adil. Perekonomian yang kuat akan menjadi fondasi utama dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.
- Contoh nyata adalah bagaimana banyak negara Muslim mulai membangun sistem keuangan berbasis syariah yang kuat dan mendukung kesejahteraan bersama.
Dalam konteks perjuangan Palestina, ilmu pengetahuan juga berperan strategis dalam beberapa hal, yaitu :
- Membangun Kesadaran Global: Melalui media, teknologi informasi, dan diplomasi, umat Islam dapat menyampaikan narasi yang benar tentang kondisi di Palestina dan Masjidil Aqsa.
- Pengembangan Teknologi Pertahanan: Ilmu pengetahuan juga menjadi dasar dalam memperkuat pertahanan dan kedaulatan umat Islam, baik dalam aspek fisik maupun diplomatik.
- Penguatan Ekonomi Umat Islam: Dengan penguasaan ilmu pengetahuan, umat Islam dapat menciptakan kemandirian ekonomi, sehingga mampu memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi perjuangan rakyat Palestina.
- Persatuan Kaum Muslimin: Pondasi Kekuatan Ummat.
Da;am hal persatuan umat Islam ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
وَاﻋْﺘَﺼِﻤُﻮْا ﺑِﺤَﺒْﻞ ﷲ ﺟَﻤِﯿﻌًﺎ وﱠ ﻻ ﺗَﻔَﺮﱠ ﻗُﻮْا
Baca Juga: Dapat Biaya Hidup, Pendaftaran Program Magang Berdampak 2025 Sudah Dibuka
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (Q,S. Ali Imran [3]: 103).
Persatuan umatIslam merupakan kunci kekuatan ummat. Tanpa persatuan, umat Islam akan mudah terpecah-belah dan kehilangan arah dalam mengahadapi tantangan besar, seperti perjuangan membebaskan Palestina.
Persatuan umat Islam dapat diwujudkan melalui langkah-langkah seperti solidaritas antarnegara Muslim, persatuan ulama dan umat, serta kolaborasi sosial dan ekonomi.
Pada akhirnya, pembebasan Masjidil Aqsa dan Palestina bukanlah tugas ringan, tetapi harus dengan ilmu pengetahuan dan persatuan umat Islam.
Baca Juga: 325 Mahasiswa Penerima Beasiswa Garuda Lanjutkan Studi ke Mancanegara
Ilmu pengetahuan akan memberikan kekuatan intelektual, kemajuan teknologi dan ekonomi. Sedangkan Persatuan akan menjadi pondasi solidaritas dan kekuatan moral umat Islam. Bersama-sama kedua elemen ini menjadi jalan menuju Kemerdekaan Palestina dan Pembebasan Masjidil Aqsa. Al-Aqsa Haqquna !
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ilmuwan Muslim Asia Tenggara Serukan Kebangkitan Peradaban Berbasis Sains dan Etika