Oleh: Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Akhir-akhir ini banyak desakan dan imbauan kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dari lembaga-lembaga nasional maupun swasta untuk meningkatkan minat baca masyarakat, salah satunya dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih.
Hal itu masih sangat wajar, mengingat ada laporan berjudul World’s Most Literate Nations yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016, merilis bahwa peringkat literasi Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara yang diteliti.
Tidak kalah mencengangkan dengan itu, survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa hanya ada 17,66 persen anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca, sementara, yang memiliki minat menonton mencapai 91,67 persen. Artinya hanya ada 1 dari 10 anak di Indonesia yang memiliki minat baca, dan 9 dari 10 anak Indonesia lebih menyukai untuk menonton televisi.
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
Ada perasaan miris, kecewa, dan sedih, terlebih masyarakat Indonesia mayoritas adalah Muslim. Apabila kita mengacu pada dua data tersebut, akan timbul dalam benak kita sebuah pertanyaan, bagaimana kita akan mengerti dan memahami ajaran Islam tanpa membaca dan menulis? Apakah dengan menonton? Mungkin sebagian iya, namun membaca memiliki pengaruh lebih signifikan bagi perkembangan pengetahuan seseorang selain dengan berdiskusi.
Jauh-jauh hari, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menekankan pentingnya membaca bagi masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Menurut Anies, pentingnya membaca adalah pesan yang sangat ditekankan dalam Islam. Bahkan Al-Qurán yang agung pun disebut dengan nama kitab.
“Perintah membaca ada dalam wahyu pertama, walaupun ditujukan lewat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang tidak pandai membaca, ini menunjukkan pentingnya membaca,” kata Anies saat membuka Islamic Book Fair (IBF) di Istora Senayan pada 2015 lalu.
Al-Qur’an, selain sebagai kitab suci umat Islam, juga merupakan salah satu sumber utama dalam setiap disiplin keilmuan, menjawab setiap problematika yang tengah dihadapi para pemikir-pemikir, baik dari pemikir Islam, maupun pemikir Barat, betapa tidak?
Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah
Hal itu karena perintah membaca terkandung dalam Al-Qur’an yang mengandung konsep tentang aspek-aspek kehidupan termasuk di dalamnya adalah ilmu, sehingga wahyu menjadi satu-satunya sumber dan asas bagi aktivitas membaca dan menulis itu sendiri.
Dalam kondisi seperti itu, tradisi intelektual dalam sejarah peradaban Islam dapat hidup dan berkembang secara dinamis. Hal itu menunjukkan bahwa jika saja kegiatan membaca sebagai implementasi dari perintah Iqra’ terlepas dari bimbingan Allah dan wahyu-Nya, maka tidak akan ada perkembangan intelektual dan ilmu secara signifikan, apalagi sebuah peradaban kokoh sebagaimana yang telah dicapai Islam.
Ada ungkapan yang tidak kalah menarik yaitu kemajuan ilmu pengetahuan berbanding lurus dengan perhatian dan pengamalan perintah membaca dan menulis. Itu artinya, semakin banyak kegemaran membaca umat Islam, kian tinggi peradaban Islam, begitu pula sebaliknya.
Di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, para shahabat bukan saja hanya mendengarkan wahyu atau pelajaran-pelajaran hidup yang disampaikan, bagi mereka yang tidak ikut dalam majlis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, akan membaca wahyu yang ditulis oleh shahabat yang lain, selain juga bertanya dan mendengar secara langsung dari shahabat yang ikut dalam majlis.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu
Kondisi itu membentuk komunitas ilmuwan. Wujudnya dalam sejarah perkembangan peradaban Islam adalah berdirinya kelompok belajar Ash-Shuffah di Madinah yang merupakan pusat pendidikan Islam pertama, sebagaimana diungkap pula oleh Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur, MA dalam bukunya berjudul ‘Ash-Shuffah; Pusat Pendidikan Islam Pertama yang Didirikan dan Diasuh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam’.
Di situ kandungan wahyu dan hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara efektif dikaji. Inilah tonggak awal tradisi intelektual dan gambaran terbaik sebuah lembaga belajar mengajar dalam Islam. Ribuan hadis berhasil dipelajari dan dicatat oleh mereka yang belajar kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Maka tak heran, sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lahirlah para sahabat besar yang hafal ribuan hadis seperti Abu Hurairah, Abu Dzar Al-Ghifari, Salman Al-Farisi, ‘Abdullah ibn Umar, ‘Abdullah ibn Mas’ud dan lainnya ridwanullah ta’ala anhum ajmain.
Manfaat Membaca
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah
Membaca bukan saja hanya sekedar melihat tulisan namun tidak membekas di hati maupun pikiran kita. Lebih dari itu, membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.
Oleh karenanya, membaca adalah salah satu aktivitas yang memiliki segudang manfaat. Sedikitnya ada beberapa manfaat yang dapat penulis uraikan, di antaranya;
Melatih Kemampuan Berpikir, otak ibarat sebuah pedang, semakin diasah akan semakin tajam. Kebalikannya jika tidak diasah, juga akan tumpul. Apakah alat yang efektif untuk mengasah otak? Jawabannya adalah membaca.
Dengan membaca, otak akan bertambah kuat. Bacalah buku sebanyak mungkin. Menurut para ahli, keuntungan dari membaca buku dapat memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak kita. Membaca juga membantu meningkatkan keahlian kognitif dan meningkatkan perbendaharaan kosakata.
Baca Juga: Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya
Meningkatkan Pemahaman, contoh nyata dari manfaat ini banyak dirasakan oleh siswa maupun mahasiswa. Di mana membaca dapat meningkatkan pemahaman dan memori, yang semula tidak mereka mengerti menjadi lebih jelas setalah membaca.
Logika sederhana saja, sebagai pengalaman penulis pribadi, tidak mungkin siswa atau mahasiswa memahami materi pelajaran/kuliah kalau mereka tidak membaca. Dari sini jelas bahwa membaca sangat berperan dalam membantu seseorang untuk meningkatkan pemahamannya terhadap suatu bahan/materi yang dipelajari.
Menambah Wawasan dan Ilmu Pengetahuan, manfaat yang satu ini tidak bisa disangsikan lagi. Dengan membaca, kita akan mengetahui dunia. Ada pepatah mengatakan, “Jika engkau ingin mengenal dunia, maka mulailah membaca. Dan jika engkau ingin dikenal dunia, maka mulailah menulis.”
Dengan membaca pula, kita akan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai pergaulan dan tetap bisa bertahan dalam menghadapi gejolak zaman.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-15] Berkata yang Baik, Memuliakan Tamu, dan Tetangga
Dan tentu, dari manfaat yang telah disebutkan, itu hanyalah sebagian kecil dari manfaat membaca. Akan ada manfaat lain yang akan kita rasakan ketika kita telah memahami urgensi dari membaca. (P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)