Banda Aceh, MINA – Bencana Tsunami Aceh sudah memasuki usia 14 tahun, peringatan 26 desember kerap dilakukan hampir setiap tahunnya, di isi ceramah dan zikir serta berkunjung ke pemakaman umum korban tsunami Aceh.
Namun peringatan tsunami mau sampai kapan dilakukan ?, sementra penyadaran masyarakat akan kebencanaan kerap diabaikan, begitu disampaikan Ahmad Arif, Jurnalis kebencanaan Kompas dalam diskusi yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh.
Menurutnya, tingkat mencintai literasi masyarakat Indonesia sangat lemah, sehingga gempa dan tsunami yang pernah terjadi sebelumnya, tidak tersampaikan ke generasi selanjutnya, Kamis (27/12).
“Membangun gerakan literasi kebencanaan itu penting, banyak jatuh korban karena ketidaktahuan kita dan pengabaian kejadian sebelumnya,” jelas Ahmad Arif.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh World’s Most Literate Nations tahun 2006. Indonesia berada di peringkat ke 60 dari 61 negara yang memiliki literasi buruk terkait kebencanaan.
Apalagi masyarakat tidak tahu mana berita hoax dan berita benar soal bencana juga menjadi masalah serius di lingkungan masyarakat saat ini.
Ahmad Arif menyebutkan, lemahnya literasi di Indonesia membuat banyak orang tidak mengetahui Indonesia rawan terhadap gempa dan tsunami. Terutama di Aceh, bahwa sebelumnya pernah terjadi tsunami.
Sementara itu, Megumi Sugimoto dari Universitas Kyushu menyebutkan membangun litetrasi kebencanaan bisa dilakukan dengan membangun tugu-tugu informasi di sepanjang pantai yang pernah dilanda tsunami.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Menurutnya, di Aceh pembangunan tugu sudah dimulai sejak tahun 2006 lalu, kerjasama dengan Prof Agus Salim dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan kampus Kyushu University, Jepang. Paska tsunami 26 Desember 2004 silam, sudah dibangun sebanyak 85 buah tugu di seluruh Aceh itu replika seperti yang ada di Jepang.
“Tapi sayangnya, tugu pertanda terjadi tsunami sering diabaikan oleh pemerintah daerah. Banyak yang terbengkalai. Hanya satu saya lihat terawat baik, lainnya tidak,” ungkapnya.
Menurut Sugimoto, tugu pertanda pernah terjadi tsunami di suatu daerah itu penting untuk mengingatkan generasi ke depan. Sehingga bila kembali terjadi tsunami bisa mengurangi jatuh korban. (L/AP/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain