Oleh: Annisa Fithri Nurjannah Mahasiswa Komunikasi Penyiran Islam STAI Al Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Bagi seorang penulis atau jurnalis Muslim alangkah indah ketika menikmati tulisannya apabila tulisan tersebut mengandung kebenaran dan fakta. Ketika si penulis terus asik dengan tulisannya hendaklah perhatikan tentang apa yang ditulis dan dari mana tulisan itu di dapat, apakah dari sumber yang dipercaya atau malah sebaliknya? Karena suatu saat ketika apa yang sudah manusia lakukan pasti akan ada pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Termasuk soal kejujuran dalam hal apapun. Tulisan seseorang akan di baca oleh masyarakat banyak, maka hendaklah mengandung kebenaran dan memiliki fakta yang kuat.
Adapun jujur sendiri merupakan sikap seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya secara benar dan apa adanya, tidak menambah-nambah dan tidak mengurangi. Jadi sifat jujur merupakan sifat baik berupa menyampaikan sesuatu dengan benar sesuai kenyataan, dan jika sebaliknya atau tidak disampaikan sesuai kenyataan maka itu dinamakan berbohong atau dusta.
Firman Allah SWT :
يـاَيـُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوا اتَّـقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيـْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْلَكُمْ ذُنـُوْبَكُمْ، وَ مَنْ يُّـطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَـقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا )الاحزاب :V. –(VI
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Q.S. Al-Ahzab (33): 70-71]
Allah SWT memrintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar tetap bertakwa kepada-Nya dan menyembah-Nya dengan penyembahan sebagaimana seseorang yang melihat-Nya, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar, jujur, dan tidak menyimpang.
Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia. Sebab sifat jujur sangat penting bagi jurnalis Muslim. Wajib hukumnya bagi kita untuk selalu berusaha jujur dalam hal perkataan atau perbuatan dan dalam keadaan atau situasi apapun. Jika kita sekali dapat dipercaya, orang lain akan mempercayai kita terus dan akan memberi penilaian baik. Namun jika sekali mengingkari, maka kepercayaan seseorang kepada kita akan menjadi menurun dan bahkan bisa hilang.
Kepercayaan yang diberi oleh seseorang tidaklah mudah untuk bisa didapat untuk kedua kalinya.
Oleh karena itu jangan sekali-kali mengecewakan orang yang sudah mempercayai dan membaca tulisan-tulisan kita. Berusaha selalu jujur adalah hal yang tepat bagi setiap manusia. Namun kadang kondisi membuat seseorang menjadi berubah dan sifat jujur sering kali dilupakan, untuk menghindari hal itu maka kunci utama agar selalu jujur adalah niat dan buktikan bahwa sebagai penulis harus orang baik yang mampu menjadi kebanggaan semua orang disekitar karena kejujuran itu.
Adapun beberapa kiat untuk bisa selalu jujur diantaranya:
Pertama, jangan mudah berjanji. Ketika kita asik berbincang-bincang dengan teman yang lain dan obrolan melebihi batas hingga mengobral janji, maka jangan mudah terpengaruh dengan janji-janji yang tidak benar.
Kedua, lebih baik diam. Apabila dalam obrolan tidak mengandung manfaat dan merubah kita dalam kebaikan, hendaklah diam dan cukup menjadi pendengar yang baik.
Ketiga, latih terus kejujuran. Sebenarnya kalau kita sering berbicara jujur, setiap kali kita ingin berbohong pasti mulut kita akan menolak perkataan bohong itu, maka jadikanlah kejujuran bagian dari hidup kita sehari-hari.
Keempat, bicara apa adanya. Kalau kita memiliki banyak pengetahuan dan ilmu yang luas alangkah lebih baik berkata apa yang kita tahu dan pahami dari pada harus berbicara tapi bergaya orang yang lebih mengetahui segalanya.Memang penulis juga bukan orang yang bisa selalu jujur, hanya saja penulis Muslim juga berusaha untuk jujur dan informasi ini dibagi agar kita sesama Muslim dapat mengingat dan tidak melupakan bahwa jujur itu penting demi kebaikan pribadi seorang Muslim.
Perilaku jujur tidak akan pernah merugikan kita. Namun kejujuran akan membawa manfaat yang begitu banyak bagi kita dan orang lain. Orang jujur saat ini sudah mencapai titik sangat sulit dicari karena perkembangan zaman yang semakin maju dan waktu demi waktu orang-orang banyak yang hanya merebutkan kekuasaan, pangkat, serta membesarkan nafsu mereka yang terlepas dari kejujuran.
Seperti dalam Hadits,
عَنِ ابـْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَـيْكُمْ بِـالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَـهْدِى اِلىَ اْلبِرِّ وَ اْلبِرُّ يَـهْدِى اِلىَ اْلجَنَّةِ. وَ مَا يَزَالُ الـرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَـتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ فَاِنَّ اْلكَذِبَ يَـهْدِى اِلىَ اْلفُجُوْرِ وَ اْلفُجُوْرُ يَـهْدِى اِلىَ النَّارِ. وَ مَا يَزَالُ اْلعَبْدُ يَكْذِبُ وَ يَـتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ كَـذَّابـًا. )البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه و اللفظ له(
Dari Ibnu Mas’ud RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seorang hamba itu berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. [H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi].Kejujuran seseorang akan menentukan gerak langkahnya dalam meniti jalan hidup untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jujur adalah sumber segala kebaikan, sedangkan dusta adalah sumber segala malapetaka. Ketika seseorang telah berbuat jujur terhadap sesamanya, maka akan banyak orang merasa diuntungkan olehnya. Tetapi jika seseorang telah berbuat dusta, maka ribuan orang akan merasa dirugikan olehnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap bencana dusta, karena Rasulullah Saw. telah mengingatkan lewat sabdanya.
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya].
Dengan cara menghindari dan menghentikan kebiasaan dusta, alangkah indahnya kita mengetahui beberapa cara menghindarinya :
1, memiliki keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi setiap apa yang hamba-Nya kerjakan dan lakukan.
2. membiasakan berkata jujur kepada semua orang yang ada disekitar dan lingkungan yang kita tempati dan kunjungi.
3. mengurangi bicara yang tidak penting untuk dibicarakan serta menjaga omongan agar tidak mendapat hal-hal yang tidak diinginkan bagi saudara di sekeliling kita.
4. mencoba untuk mementingkan kepentingan bersama, kalau hidup dengan kebersamaan akan terlihat kedekatan antara satu dan yang lainnya tetapi tidak untuk mendapatkan kepentingan semata di dalam kebersamaan tersebut.
5. menghindari perbuatan yang tidak baik, ketika orang lain bertingkah laku tidak baik maka lebih baik menjauh dan menghindar dari orang-orang seperti itu.
6.menghindari sifat dendam dan iri hati, karena jika memiliki sifat tersebut akan mencari perhatian dari orang lain dan meminta perhatian lebih dari orang lain.
7. memperkuat percaya diri, ketika kita yakin dan percaya terhadap diri masing-masing maka yakinlah sifat minder, malu, dan tidak berani seketika akan hilang dengan sendirinya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Maka dari itu jujur dalam perkataan adalah lurusnya lisan ketika berbicara seperti lurusnya tangkai dengan batangnya. Jujur dalam perbuatan adalah lurusnya perbuatan di atas perintah dan ittibâ’ seperti lurusnya kepala dan badan. Dan jujur dalam keadaan adalah lurusnya amalan hati dan anggota tubuh dalam keikhlasan, selalu berusaha dan mencurahkan segala kemampuannya dalam menggapai hal tersebut.
Kalau sudah demikian, jadilah seorang hamba termasuk orang-orang yang membawa kebenaran. Karenanya, Abu Bakar As-Shiddiq menempati puncak shiddiqiyyah, dan dijuluki As-Shiddiq secara mutlak. Shiddiq lebih tinggi dari shadûq (selalu jujur), dan shadûq lebih tinggi dari shâdiq (yang jujur).
(anj/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari