
Anak-anak Rohingya di pengungsian terancam masa depannya. (Foto: dok. South China Morning Post)
Cox’s Bazar, MINA – Penundaan repatriasi terhadap ratusan ribu pengungsi Rohingya yang ada di Bangladesh membahayakan masa depan pendidikan sekitar 100.000 anak usia sekolah.
Kamp-kamp sempit di Bangladesh, tempat tinggal mereka saat ini, tidak memiliki fasilitas sekolah.
Sejumlah LSM dan penyedia bantuan telah mengatur pendidikan informal, termasuk pelatihan keterampilan hidup, tingkat melek huruf dan angka dasar untuk anak-anak.
Fasilitas masjid sementara menyediakan pendidikan agama.
Baca Juga: 9 Kapal Freedom Flotilla Susul Global Sumud untuk Dobrak Blokade Gaza
Pemerintah Bangladesh belum mengambil langkah apapun untuk membantu anak-anak melanjutkan studi mereka.
Hampir 690.000 warga Rohingya asal Negara Bagian Rakhine, Myanmar, memasuki Bangladesh antara Agustus tahun lalu hingga 11 Februari 2018, setelah pasukan keamanan Myanmar melakukan tindakan brutal terhadap minoritas Muslim tersebut.
Badan PBB Unicef mengatakan, sekitar 58% orang yang dipaksa eksodus adalah anak-anak. Diyakini bahwa lebih dari 100.000 di antaranya adalah usia sekolah.
Banyak anak-anak yang diwawancarai oleh Dhaka Tribune mengatakan bahwa mereka ingin melanjutkan pendidikan mereka. (T/RI-1/RS2)
Baca Juga: Mayoritas Warga Jerman Dukung Sanksi Israel untuk Hentikan Genosida di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Setujui Dana Senilai Rp3,8 Triliun ke Lebanon Untuk Lucuti Senjata Hezbollah