![](http://www.mirajnews.com/wp-content/uploads/2018/02/ANAK-ROHINGYA.jpg)
Anak-anak Rohingya di pengungsian terancam masa depannya. (Foto: dok. South China Morning Post)
Cox’s Bazar, MINA – Penundaan repatriasi terhadap ratusan ribu pengungsi Rohingya yang ada di Bangladesh membahayakan masa depan pendidikan sekitar 100.000 anak usia sekolah.
Kamp-kamp sempit di Bangladesh, tempat tinggal mereka saat ini, tidak memiliki fasilitas sekolah.
Sejumlah LSM dan penyedia bantuan telah mengatur pendidikan informal, termasuk pelatihan keterampilan hidup, tingkat melek huruf dan angka dasar untuk anak-anak.
Fasilitas masjid sementara menyediakan pendidikan agama.
Baca Juga: Sebanyak 18 Orang Tewas Dalam Serangan di Nigeria
Pemerintah Bangladesh belum mengambil langkah apapun untuk membantu anak-anak melanjutkan studi mereka.
Hampir 690.000 warga Rohingya asal Negara Bagian Rakhine, Myanmar, memasuki Bangladesh antara Agustus tahun lalu hingga 11 Februari 2018, setelah pasukan keamanan Myanmar melakukan tindakan brutal terhadap minoritas Muslim tersebut.
Badan PBB Unicef mengatakan, sekitar 58% orang yang dipaksa eksodus adalah anak-anak. Diyakini bahwa lebih dari 100.000 di antaranya adalah usia sekolah.
Banyak anak-anak yang diwawancarai oleh Dhaka Tribune mengatakan bahwa mereka ingin melanjutkan pendidikan mereka. (T/RI-1/RS2)
Baca Juga: Putin Pertimbangkan Pengerahan Nuklir di Dekat Negara NATO
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kota-Kota Asia Duduki Peringkat Teratas Ibu Kota Terpanas