Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency (MINA)
Perempuan tahanan Palestina yang sudah dibebaskan, Dareen Tatour (39 th), merilis buku pertamanya dalam bahasa Inggris pada Juli 2021. Buku tersebut berkisah tentang penderitaan tahanan perempuan Palestina selama di dalam penjara pendudukan.
Menurut sumber Wikipedia, Dareen Tatour, lahir di Reineh, wilayah pendudukan Israel, 16 April 1982, ia adalah seorang penyair, fotografer, dan aktivis media sosial Palestina.
Dia dijatuhi hukuman lima bulan penjara oleh pengadilan Israel pada tahun 2018 dengan tuduhan “menghasut kekerasan” dan “mendukung organisasi perlawanan” dalam posting di media sosial, salah satunya adalah video yang menyertakan pembacaan puisinya.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Buku itu adalah memoar yang mendokumentasikan semua hal yang ia alami sejak penangkapan hingga pemenjaraannya.
“Ini adalah buku yang mendokumentasikan tahapan dalam penjara pendudukan,” ujarnya, seperti dirilis media lokal Nisaa Min Ajli Fislisteen.
Puisi Perlawanan
Dareen Tatour pernah merilis puisinya di YouTube dan Facebook berjudul Qawim Ya Sya’abi Qawimahum (Lawan rakyatku, lawan mereka).
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Menurutnya, tujuan ia menulis buku dan menulis puisi karena masih jarang perempuan Palestina jarang menulis tentang apa yang terjadi pada mereka di balik penjara.
“Aisha Odeh sepertinya satu-satunya tahanan Palestina yang dibebaskan yang menulis tentang kisah dirinya. Inilah yang mendorong saya untuk mendokumentasikan pengalaman saya untuk saya sampaikan kepada dunia,” ujarnya.
Adapun pilihan bahasa Inggris, untuk mengekspos perlakuan pendudukan ke dunia internasional melalui simbol kebebasan berekspresi.
“Saya ingin melayani rakyat dan perjuangan Palestina dalam hal ini. Saya ingin menyangkal segala apa yang dipromosikan oleh media Zionis dan media pendudukan, jauh dari kebenaran,” ujarnya.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Ditanya media tentang hambatannya dalam menebitkan bukunya, yaitu adanya penentangan kuat dari pendudukan yang berupaya mencegah penerbitan bukunya.
Ia menulis buku itu selama tiga tahun, dan segera mulai mencari penerjemah untuk buku itu ke dalam bahasa Inggris. Ia juga berusaha mencari penerbit yang berminat menerbitkan bukunya.
Namun ia sempat terhambat, karena beberapa penerbit yang ia kunjungi tidak mendukungnya. Bahkan tidak menanggapi permintaannya.
Mungkin karena isinya berisi perlawanan, dan saya dipenjara karena tulisan saya. Ia mengatakan, “Jadi mungkin saja itu sebagai alasan mengapa lembaga dan penerbit tidak tertarik mengadopsi buku saya, baik dalam bahasa Arab maupun Inggris.”
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Padahal saat penangkapan dirinya oleh pendudukan Israel, ia mendapat dukungan dari organisasi anti-Zionis Amerika Serikat, Jewish Voice for Peace.
Akhirnya ia mencari penerbit di luar Palestina melalui saluran media sosial. Hingga akhirnya ia mendapatkan penerbit Arab di luar Palestina, yaitu Daar Diyaar di Tunisia. Penerjemah bukunya adalah rekan sesama aktivis seperjuangannya, Terry Arafat.
Setelah bukunya diterbitkan dan disebarkan secara online melalui media sosial, ia menerima undangan untuk belajar dan bekerja selama dua tahun di Swedia oleh organisasi pena internasional dan ICORN.
Setelah ia tiba di Swedia ia semakin giat menulis tentang Palestina. Ia bermukim di Swedia selama empat tahun.
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Karya-karya tulisannya, termasuk puisi-puisinya, yang ia sandarkan pada pengalaman kehidupannya, mendapat tanggapan dari Drunk Muse Press, Skotlandia, yang dijalankan oleh Neil Young, salah seorang penyair di Eropa.
Neil Young kemudian menyatakan minatnya untuk menerbitkan tulisan-tulisannya, termasuk novel.
Suara Kebenaran
Melalui penerbit Drunk Muse Press di Skotlandia buku karyanya diterbitkan dan kemudian didistribusikan secara online.
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
Menurut data distribusi, pemesan bukunya datang dari berbagai megara, seperti: Skotlandia, Swedia, Norwegia, Inggris, Amerika Serikat, China, Thailand, Afrika, Brazil, Arab Saudi, Maroko, Tunisia, dan Lebanon.
“Tidak ada kekuatan yang dapat membungkam suara kebenaran. Saya mengatakannya sekali dan saya mengulanginya dengan bukti,” ujarnya, merasa bahagia dengan buku karyanya tersebar di belahan dunia.
“Yang kita butuhkan hanyalah ketekunan dan pantang menyerah pada keadaan,” prinsip Dareen Tatour, yang karya puisinya di akun media sosialnya, dilihat oleh lebih dari 200.000 netizen.
Begitulah, Dareem Tatour, yang telah mengadakan perlawanan melalui tulisan. Baginya, penjara bukanlah tempat untuk membatasi karyanya. Justru dari balik jeruji besi, ia temukan inspirasi perlawanan untuk kebebasan para tahanan dan bangsanya, Palestina. (A/RS2/P2)
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
Mi’raj News Agency (MINA)