Penyair Palestina Syahid Dirudal Jet Tempur Zionis Israel

Gaza, MINA – Penyair dan akademisi meninggal dunia dalam serangan udara Zionis Israel di Kota Gaza, dan terbunuh bersama anggota keluarganya, pada Rabu (6/12).

Ucapan belasungkawa mengalir untuk penyair dan akademisi Palestina. Alareer yang berusia 44 tahun adalah seorang profesor terkemuka di Universitas Islam Gaza dan salah satu pemimpin generasi muda yang jadi panutan penulis di daerah kantong tersebut.

“Hati saya hancur,” kata penyair Gaza, Mosab Abu Toha, dalam sebuah unggahan di media sosial, Sabtu (9/12).

Alareer juga ikut mendirikan proyek We Are Not Numbers, yang menyediakan lokakarya penulisan bagi kaum muda Palestina di Gaza. Dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah, salah satu pendirinya, Pam Bailey, mengatakan bahwa ia merasa sangat kehilangan.

“Banyak orang tahu tentang Refaat, melalui buku-bukunya, melalui puisinya. Itulah mengapa Anda mendengar tentang dia hari ini karena begitu banyak orang yang mencintainya,” ujarnya, menceritakan bagaimana dia telah memanusiakan perjuangan orang-orang di Gaza.

Namun, Alareer juga memicu kontroversi dalam beberapa minggu terakhir, dengan membandingkan serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober dengan Pemberontakan Ghetto Warsawa.

Sejak tentara Israel memulai pengeboman tanpa henti di , Alareer tetap tinggal di kota asalnya, Shujayea, di utara Gaza, yang sebelumnya ia gambarkan sebagai “lambang kebangkitan Palestina yang menolak untuk bertekuk lutut pada kebiadaban Israel”.

Dia secara teratur memposting berita terbaru dari wilayah tersebut yang menggambarkan bagaimana penembakan berat menghancurkan rumah-rumah, bisnis, dan kehidupan warga Palestina di Gaza Utara.

“Tak terkatakan, kebrutalannya,” kata Alareer dalam sebuah wawancara di podcast The Electronic Intifada, saat suara ledakan keras terdengar di latar belakang.

“Tidak peduli berapa banyak tweet atau siaran langsung yang Anda lihat, kenyataan di lapangan jauh lebih mengerikan daripada yang ada di media sosial. Kami tidak pantas menerima ini. Kami bukan binatang seperti yang dipikirkan orang Israel. Anak-anak kami berhak mendapatkan yang lebih baik,” katanya. (T/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.