Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyair Palestina Syahid Dirudal Jet Tempur Zionis Israel

kurnia - Ahad, 10 Desember 2023 - 10:05 WIB

Ahad, 10 Desember 2023 - 10:05 WIB

14 Views ㅤ

Gaza, MINA – Penyair dan akademisi Palestina Refaat Alareer meninggal dunia dalam serangan udara Zionis Israel di Kota Gaza, dan terbunuh bersama anggota keluarganya, pada Rabu (6/12).

Ucapan belasungkawa mengalir untuk penyair dan akademisi Palestina. Alareer yang berusia 44 tahun adalah seorang profesor terkemuka di Universitas Islam Gaza dan salah satu pemimpin generasi muda yang jadi panutan penulis di daerah kantong tersebut.

“Hati saya hancur,” kata penyair Gaza, Mosab Abu Toha, dalam sebuah unggahan di media sosial, Sabtu (9/12).

Alareer juga ikut mendirikan proyek We Are Not Numbers, yang menyediakan lokakarya penulisan bagi kaum muda Palestina di Gaza. Dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah, salah satu pendirinya, Pam Bailey, mengatakan bahwa ia merasa sangat kehilangan.

Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan

“Banyak orang tahu tentang Refaat, melalui buku-bukunya, melalui puisinya. Itulah mengapa Anda mendengar tentang dia hari ini karena begitu banyak orang yang mencintainya,” ujarnya, menceritakan bagaimana dia telah memanusiakan perjuangan orang-orang di Gaza.

Namun, Alareer juga memicu kontroversi dalam beberapa minggu terakhir, dengan membandingkan serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober dengan Pemberontakan Ghetto Warsawa.

Sejak tentara Israel memulai pengeboman tanpa henti di Jalur Gaza, Alareer tetap tinggal di kota asalnya, Shujayea, di utara Gaza, yang sebelumnya ia gambarkan sebagai “lambang kebangkitan Palestina yang menolak untuk bertekuk lutut pada kebiadaban Israel”.

Dia secara teratur memposting berita terbaru dari wilayah tersebut yang menggambarkan bagaimana penembakan berat menghancurkan rumah-rumah, bisnis, dan kehidupan warga Palestina di Gaza Utara.

Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza

“Tak terkatakan, kebrutalannya,” kata Alareer dalam sebuah wawancara di podcast The Electronic Intifada, saat suara ledakan keras terdengar di latar belakang.

“Tidak peduli berapa banyak tweet atau siaran langsung yang Anda lihat, kenyataan di lapangan jauh lebih mengerikan daripada yang ada di media sosial. Kami tidak pantas menerima ini. Kami bukan binatang seperti yang dipikirkan orang Israel. Anak-anak kami berhak mendapatkan yang lebih baik,” katanya. (T/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel

Rekomendasi untuk Anda