Oleh: Dr Ir Agussabti M.Si; Ketua Ikatan Persaudaraan Qari- qariah dan Hafizh-hafidzah (IPQAH) Aceh, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
Dalam penciptaan manusia sebagai khalifah di atas permukaan bumi yang tunduk pada semua perintah dan larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, juga telah disiapkan berbagai kebutuhan dalam mendukung kehidupan untuk beribadah kepada-Nya, dengan penciptaan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Selain untuk kebutuhan hidup, pada berbagai macam tumbuhan tersebut juga terdapat banyak ilmu pengetahuan bidang pertanian dan menjadi pengakuan akan luasnya kekuasaan dan ilmu Allah, sementara manusia itu sepintar apapun tidak ada apa-apanya.
Hakikat penciptaan tumbuhan ini jika kita mau berpikir, akan menjadi suatu pengakuan dan ketundukan kita pada Allah, bahwa sangat sedikit sekali ilmu manusia ini. Untuk menciptakan satu benih padi saja, manusia itu tidak punya kemampuan, yang bisa dilakukan hanyalah memodifikasi benih padi ciptaan Allah dengan memendekkan umur masa panen.
Penciptaan tumbuhan sebagai sumber rezeki dan makanan untuk mendukung hidup manusia juga ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat 95 yang artinya, “Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka mengapa kamu masih berpaling?”.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Dari ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala seolah ingin menegur dan memberi peringatan tegas kepada manusia yang berpaling, tidak mau patuh dan tunduk perintah-Nya, tidak bersyukur kepada Allah dengan segala kekuasaan-Nya yang telah memberi semua kebutuhan hidup di dunia, padahal manusia itu lemah dan tidak bisa apa-apa.
Ketika Allah beri rezeki kepada kita, tapi hampir semua manusia yang lupa bersyukur yang ditunjukkan dengan kepatuhan pada pemberi rezeki. Sedikit sekali manusia yang bersyukur, saat tidak bisa apa-apa minta rezeki dan kekuatan pada Allah.
Ketika kita sudah kuat, lalu lupa bersyukur, malas ibadah dan suka menebarkan kemaksiatan seolah-olah tidak perlu lagi pada Allah.
Kekuasaan Allah itu akan kita rasakan ketika kita renungkan, dengan memperhatikan nasib orang-orang yang sudah kembali pada Allah, dan sudah tidak perlu lagi segala kebutuhan hidup dunia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Coba perhatikan pada saat saudara kita mengalami sakaratul maut, lalu dimasukkan ke liang kubur, apakah masih penting jabatan, harta dan segala kemewahan hidup lainnya di dunia ini.
Bagi mereka itu, yang penting adalah amal kebaikan dan anak-anak yang saleh. Jika itu sampai diabaikan, maka kesengsaraanlah yang akankita temui saat menghadap Allah.
Penyuluhan pertanian berbasis syariah
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Terkait dengan sosial budaya masyarakat Aceh yang bernafaskan syariat Islam, maka dicetuskan sebuah pendekatan baru di bidang pertanian, yaitu penyuluhan pertanian berbasis syariah.
Konsep dasar dari penyuluhan pertanian berbasis syariah adalah pengetahuan penyuluhan yang dikombinasikan dengan nilai dan prinsip agama Islam sehingga diperoleh dua inovasi dalam konsep dan implementasi penyuluhan pertanian berbasis syariah, yaitu:
Pertama, pendekatan penyuluhan pertanian selama ini hanya memperbaiki “bagaimana” cara yang benar namun tidak menyentuh untuk memperbaiki niat (motif) yang benar. Sementara jika dikaitkan dengan pendekatan Rasulullah yang diterjemahkan oleh Al-Ghazali menyebutkan, amalan seseorang akan sempurna, jika dilandasi dua hal, yaitu cara yang benar dan niat yang benar.
Konsep ini kemudian jika dikaitkan dengan kondisi penyuluhan pertanian selama ini, maka terkuak, salah satu kelemahan penyuluhan pertanian selama ini adalah hanyalah mentransfer cara yang benar, melalui berbagai pelatihan, tetapi tanpa menyentuh bagaimana menguatkan penyuluh juga memiliki niat yang benar dalam melakukan tugasnya sebagai penyuluh. Umumnya perilaku penyuluh pertanian, jika tidak ada proyek atau insentif lain, maka penyuluh enggan ke lapangan untuk membina masyarakat.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Karena itu, apabila cara sudah benar dan dibarengi dengan niat, maka diharapkan penyuluhan akan termotivasi memberi nilai hidup kepada sesama untuk menumbuhkan ekonomi umat sehingga dalam jangka panjang akan mengurangi kemiskinan dan ketertinggalan umat Islam.
Dalam konteks ini penyuluhan pertanian berbasis syariah bertujuan tidak hanya memperbaiki cara yang benar tapi juga memperbaiki niat yang benar melalui pendekatan agama dan adat lokal.
Kedua, selama ini peningkatan produksi dan pendapatan petani akibat intervensi penyuluh tidak ada bagi hasil kepada penyuluh. Karena itu melalui pendekatan penyuluhan pertanian berbasis syariah, penyuluh akan mendapat bagi hasil dari keberhasilan petani dalam implemetasi inovasi yang didifusi oleh penyuluh dan bagi hasil tersebut didasarkan pada kesepakatan sebelumnya. (R01/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Malu Kepada Allah
*Tausyiah Dr Ir Agussabti M.Si disampaikan saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (22/3/2017) malam.