Oleh: Moehammad Amar Ma’ruf, Diplomat Karir Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Berbekal pengalaman ketika diundang bergabung dalam sebuah proses peresmian Pusat Pengolahan Nira Aren menjadi Bioenergi (Bioethanol) di bawah payung kerja sebuah tim pemanfaatan pohon aren sebagai salah satu jenis pohon palma dan juga tanaman hutan telah membuat wawasan pemikiran ini semakin bertambah, khususnya wawasan di dalam menjaga dan memanfaatkan salah satu aset hutan yang melimpah namun belum banyak dikembangkan apalagi untuk menjadi suatu jenis / komoditas usaha baru yang sesungguhnya sangat berpotensi untuk didorong guna turut menggerakkan dan memberdayakan kemampuan daerah dan nasional.
Pengalaman itu terjadi ketika itu, saya hadir dan menyaksikan langsung hasil dari sebuah kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan hutan dibawah “Program Desa Mandiri Berbasis Aren” yang digagas oleh Pusat Penelitian Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK Republik Indonesia di tahun 2016-2017.
Salah satu capaian yang sangat mengharukan adalah program tersebut berhasil meningkatkan rasa cinta dan kesadaran masyarakat setempat terhadap aset hutan yang berada di belakang pekarangan rumah para penduduk untuk dimanfaatkan sebagai bahan penghasil produk pangan dan energi serta kesehatan, tepatnya di kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Dari program tersebut tersingkap juga bahwa pohon jenis ini masih bertebaran di daerah-daerah lainnya di nusantara dan di berbagai wilayah di dunia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Pengetahuan dan kearifan masyarakat lokal di dalam mengelola aset tanaman tersebut sangat bermanfaat guna menopang kebutuhan pangan dan energi bahkan kesehatan diri walaupun masih dalam skala rumahan. Dengan pengetahuan dan perilaku tersebut diyakini akan mendorong ketahanan keluarga bahkan masyarakat. Dengan kata lain, kearifan lokal mereka telah menciptakan produk ekonomi kreatif yang berkembang dari budaya luhur setempat.
Bergerak dari pola budaya masyarakat lokal yang arif tersebut, berbagai upaya untuk tetap menjaga pemanfaatan tanaman hutan secara berkelanjutan menjadi sangat penting.
Pemanfaatan pohon aren dilakukan dengan memanfaatkan air nira dan buah aren itu sendiri untuk dibuat produk gula semut, bioenergi/bioethanol bahkan alat kesehatan seperti disinfektan/hand sanitizer sangatlah baik walaupun kegiatannya baru bersifat rumahan.
Untuk keperluan bioenergi, dibawah “Program Desa Mandiri Berbasis Aren” telah dibantu dan dibangun Destilasi Air Nira menjadi Bioethanol di Kabupaten Boalemo oleh KLHK. Kapasitas destilasi itu pun mencapai 5000 liter per hari dan telah dibagikan juga pada waktu itu Kompor Bioethanol/KOMBI.
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Saya sendiri menyaksikan ketika kompor-kompor dan kendaraan bermotor roda dua diisi dengan produk bioenergi dari aren ini, alat dan kendaraan tersebut berfungsi atau menyala.
Sejalan dengan semakin diperlukannya kebutuhan energi yang ramah lingkungan, sejak beberapa dasawarsa pemerintah Indonesia mulai memfokuskan pemanfaatan energi dari sumber daya nabati dari berbagai jenis pepohonan, antara lain pohon jarak, jagung, buat sawit dan juga pohon aren.
Dalam perkembangannya, diakui memang langkah besar telah diinisiasi dengan dibangunnya industri perintis bioenergy (biodiesel) berbahan baku dari pohon sawit. Sementara itu disadari pula terdapat pohon jenis palma lain seperti pohon aren dengan air nira sangat berpotensi untuk menjadi salah satu bahan pengaya upaya bauran energi nasional kearah energi lebih hijau.
Sementara gerakan dan kesadaran tersebut terlihat dan mulai berdenyut perlahan, sangat disadari kegiatan pengelolaan pohon jenis palma ini dan juga jenis lainnya perlu terus didorong dan dilakukan pendampingan sehingga program desa mandiri berbasis aren yang telah diluncurkan dan berhasil memberikan pelajaran positif bagi generasi saat ini guna menjaga warisan kearifan lokal bumi dan masyakarat nusantara untuk dapat dikembangkan ke dalam kegiatan yang berskala ekonomis, sedang dan ataupun besar.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Memang, disadari usaha tersebut membutuhkan komitmen diri untuk mengisi kebutuhan masyarakat yang lebih besar, maka ini tentunya dibutuhkan kelapangan pemikiran diri dan langkah yang terintegrasi di masyarakat itu sendiri.
Dalam konteks itu, warisan kearifan lokal masyarakat setempat dan penguatan program dilengkapi dengan bantuan peralatan yang berhasil diadakan pada saat peluncuran kegiatan pengelolaan aren ini tersebut perlu dilakukan pemeliharaan secara berkelanjutan sehingga teknologi terapan yang telah dihasilkan dapat terus bermanfaat dan memperkuat ekonomi masyarakat yang sehat bahkan lebih sehat. Dalam kurun waktu tertentu, peralatan pengelolaan air nira itupun perlu di tingkatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Langkah-langkah masyarakat dan pemerintah daerah serta pemerintah pusat di atas sejalan dengan upaya mengantisipasi tantangan dan kekhawatiran adanya lonjakan penduduk dunia yang kini telah mencapai 8 milyar dan telah menjadi beban bagi bumi. Dalam konteks ini permasalahan lahan dan fauna itu sendiri perlu ditegakkan perlindungannya. Seiring dengan suasana dan perilaku tersebut program budidaya pohon-pohon yang mengandung bahan pembuatan energi dan telah habis masa produktifnya ataupun hampir punah/langka serta penyediaan lahan dan sumber daya manusianya selayaknya dibuat secara berkelanjutan.
Langkah itu pun dirasa sesuai dengan tuntutan pembangunan berkelanjutan dunia yang mengamanatkan Indonesia di tahun 2060 harus mencapai 40 persen bauran energi hijaunya sehingga dampak lonjakan penduduk dan perubahan iklim dapat diminimalisir akibat pemanfaatan energi konvensional yang hingga saat ini masih dirasakan kebutuhannya. Oleh karena itu komitmen bauran energi hijau bukanlah hanya slogan semata namun sebagai suatu gerakan dan perilaku yang perlu dijaga kesinambungannya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Seiring dengan itu pula perilaku tersebut perlu disosialisasikan ke berbagai pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional guna merangsang terwujudnya kesadaran bersama di dalam menjaga aset tanaman hutan ataupun tanaman hasil budidaya di kawasan masing-masing yang kemudian dapat mendorong kerja sama teknis di bidang-bidang pembibitan, pemeliharaan, pembudidayaan dan pengelolaan, termasuk mitigasi perubahan iklim dan produk derivatif lainnya yang menunjang pilar-pilar ketahanan pangan, energi dan kesehatan serta teknis lainnya baik dalam lingkup bilateral, regional maupun multilateral.
Pada lingkup internasional, pengalaman Indonesia di dalam mengolah hasil pohon hutan ini juga tentunya dapat menjadi bahan rujukan yang baik khususnya bagi negara-negara yang alamnya juga ditumbuhi oleh pohon jenis palma ini.
Berdasarkan catatan flora dunia bahwa terdapat bermacam- macam jenis pohon palma di dunia yang tersebar dari timur ke barat. Untuk itu pengalaman terbaik yang dimiliki oleh Indonesia berpotensi membuka peluang bagi terciptanya suatu interaksi positif bagi para pemangku kepentingan pada lingkup nasional maupun internasional guna saling memberikan informasi dan bila dimungkinkan/dibutuhkan dapat dilakukan kerja sama guna mensukseskan langkah pemanfaatan dan pembauran energi hijau yang lestari di bumi nusantara dan di dunia.
Semoga perilaku cinta lingkungan hidup dan hutan serta kreativitas pembuatan produk turunan hasil hutan menjadi produk ekonomi kreatif masyarakat lokal dapat berkelanjutan. []
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Mi’raj News Agency (MINA)