Masjid Al-Aqsa adalah situs yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Sebagai kiblat pertama umat Islam sebelum Ka’bah, Al-Aqsa memiliki sejarah panjang yang berakar pada ajaran tauhid. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dimulai dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa (QS. Al-Isra: 1). Peristiwa ini menegaskan bahwa Al-Aqsa bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol hubungan langit dan bumi, menghubungkan umat Islam dengan ajaran para nabi terdahulu.
Sebagai tanah yang diberkahi, Al-Aqsa terletak di Yerusalem, yang dikenal dalam Islam sebagai Al-Quds. Tempat ini menjadi saksi perjuangan para nabi, termasuk Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa AS. Al-Aqsa menjadi simbol persatuan umat, mengingatkan pentingnya solidaritas terhadap sesama Muslim di seluruh dunia. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut Al-Aqsa sebagai salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk diziarahi, bersama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi (HR. Bukhari dan Muslim).
Al-Aqsa juga menjadi pusat pendidikan dan peradaban dalam sejarah Islam. Pada masa Kekhalifahan Umayyah, Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu (Dome of the Rock) diperindah sebagai wujud penghormatan kepada tempat suci ini. Di masa Seljuk, Ayyubiyah, dan Mamluk, Al-Aqsa terus menjadi pusat ilmu pengetahuan, tempat ulama mengajar, dan sumber inspirasi bagi umat Islam. Dengan demikian, Al-Aqsa tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol keilmuan dan perlawanan terhadap penjajahan.
Masjid Al-Aqsa dan Perjuangan Palestina
Baca Juga: Urgensi Penyajian Berita Faktual dan Positif Berdasarkan Al-Qur’an, Hadis, dan Pandangan Ulama
Dalam konteks modern, Masjid Al-Aqsa memiliki peran strategis dalam perjuangan bangsa Palestina melawan penjajahan. Al-Aqsa menjadi saksi konflik berkepanjangan antara penjajah dan rakyat Palestina. Hal ini terkait dengan status Yerusalem yang dianggap suci oleh tiga agama besar: Islam, Kristen, dan Yahudi. Dalam perspektif Islam, mempertahankan Masjid Al-Aqsa bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina, tetapi kewajiban seluruh umat Muslim, sebagaimana ditegaskan dalam prinsip ukhuwah Islamiyah.
Berbagai serangan terhadap Al-Aqsa telah menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan umat Islam. Upaya penjajah untuk mengubah status quo di Yerusalem sering kali menjadi pemicu konflik. Hal ini menegaskan pentingnya persatuan umat Islam dalam menjaga kesucian Al-Aqsa. Dalam hadis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi umat untuk mendukung perjuangan ini, baik dengan doa, materi, maupun tindakan nyata, sebagaimana sabdanya, “Berinfaklah untuk Al-Quds dan penduduknya.” (HR. Ahmad).
Selain itu, Al-Aqsa menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan. Bangsa Palestina menjadikan masjid ini sebagai pusat pergerakan, tempat berkumpulnya para pejuang, dan simbol kebebasan. Gerakan Intifadah, yang dimulai pada akhir 1980-an, menjadikan Al-Aqsa sebagai salah satu ikon perlawanan terhadap penindasan. Dengan menjaga Masjid Al-Aqsa, umat Islam juga menjaga kehormatan dan martabat mereka sebagai umat yang bersatu.
Melalui Al-Aqsa, umat Islam dapat belajar tentang pentingnya keteguhan iman, solidaritas, dan keberanian melawan ketidakadilan. Sebagai salah satu tempat yang diberkahi, Al-Aqsa mengingatkan kita pada amanah besar untuk menjaga warisan Islam dan memperjuangkan hak-hak umat yang tertindas. Oleh karena itu, memahami dan mendukung perjuangan terkait Al-Aqsa bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga bentuk tanggung jawab umat Islam secara kolektif.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-27] Kebajikan dan Dosa
Solidaritas umat Islam terhadap Masjid Al-Aqsa adalah cerminan persaudaraan yang diajarkan dalam Islam. Ketika Al-Qur’an menyebut umat Islam sebagai ummatan wahidah (umat yang satu), hal ini menunjukkan kewajiban kolektif untuk melindungi simbol-simbol keagamaan, termasuk Al-Aqsa. Persatuan ini diwujudkan melalui dukungan moral, material, dan politik kepada bangsa Palestina. Dukungan tersebut tidak hanya menjadi penguat perjuangan, tetapi juga memperlihatkan bahwa umat Islam tetap berkomitmen terhadap ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjaga hubungan persaudaraan lintas geografis dan generasi.
Dalam sejarah, berbagai upaya umat Islam untuk merebut kembali Al-Aqsa menjadi bukti nyata dari semangat ukhuwah Islamiyah. Salah satu contoh yang terkenal adalah perjuangan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam membebaskan Yerusalem dari cengkeraman Tentara Salib. Shalahuddin tidak hanya berperang dengan kekuatan militer, tetapi juga menyatukan berbagai bangsa Muslim di bawah satu kepemimpinan. Upaya tersebut menegaskan bahwa persatuan adalah kunci keberhasilan dalam menjaga kesucian Masjid Al-Aqsa.
Di era modern, pentingnya solidaritas umat Islam terhadap Al-Aqsa dapat dilihat dari berbagai aksi global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia tentang penderitaan rakyat Palestina. Demonstrasi, kampanye media, dan donasi internasional menjadi bagian dari strategi untuk mengingatkan umat akan pentingnya Al-Aqsa. Namun, lebih dari itu, umat Islam juga perlu berperan aktif dalam membangun opini yang adil di tingkat global, agar narasi kebenaran tentang Al-Aqsa tidak dimanipulasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Tantangan dan Harapan untuk Masjid Al-Aqsa
Baca Juga: Saksi di Hadapan Allah: Bukti Pembelaan Muslim untuk Palestina dan Masjid Al-Aqsa
Meskipun Masjid Al-Aqsa memiliki kedudukan yang sangat istimewa, tantangan untuk menjaganya tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah usaha sistematis untuk melemahkan posisi umat Islam di Yerusalem. Penjajahan, pembatasan akses bagi umat Islam ke Masjid Al-Aqsa, serta upaya penggalian arkeologi yang membahayakan struktur fisik masjid menjadi masalah yang terus terjadi. Dalam situasi ini, penting bagi umat Islam untuk tetap waspada dan memperjuangkan hak-hak mereka melalui jalur hukum, diplomasi, dan advokasi.
Dalam pandangan syariat, menjaga Masjid Al-Aqsa adalah bagian dari jihad. Namun, jihad ini tidak selalu berarti perang fisik, melainkan juga mencakup jihad intelektual, politik, dan ekonomi. Umat Islam perlu berinvestasi dalam pendidikan generasi muda agar memahami pentingnya Al-Aqsa dan mampu berkontribusi secara strategis di masa depan. Dengan demikian, upaya menjaga Al-Aqsa menjadi bagian dari agenda jangka panjang umat Islam untuk membangun kembali kejayaan peradaban.
Harapan terbesar adalah melihat Al-Aqsa kembali menjadi tempat yang aman dan damai bagi umat Islam, sebagaimana dijanjikan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Di tengah berbagai tantangan, umat Islam tidak boleh kehilangan optimisme. Keyakinan akan janji Allah menjadi sumber kekuatan untuk terus berjuang. Sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nur: 55, Allah berjanji akan memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, sehingga mereka dapat menegakkan kebenaran di muka bumi.
Dalam konteks ini, setiap individu Muslim memiliki peran untuk memperkuat perjuangan Al-Aqsa. Mulai dari meningkatkan kesadaran melalui literasi sejarah hingga mendukung lembaga-lembaga yang fokus pada pembelaan Masjid Al-Aqsa dan bangsa Palestina. Dengan kontribusi kecil yang konsisten, umat Islam dapat menjadi bagian dari perjuangan besar ini, yang tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga nilai spiritual yang tinggi.
Baca Juga: Ketika Syahwat Makan Menguji Para Penghafal Al-Qur’an
Perjuangan mempertahankan Masjid Al-Aqsa adalah wujud nyata dari iman, ilmu, dan amal. Sebagai kiblat pertama, tempat Isra dan Mi’raj, dan simbol perlawanan terhadap penindasan, Al-Aqsa adalah amanah besar yang harus dijaga oleh seluruh umat Islam. Menjaga Al-Aqsa bukan hanya menjaga tempat suci, tetapi juga menjaga identitas umat dan masa depan generasi Muslim. Semoga umat Islam senantiasa diberi kekuatan untuk menjalankan amanah ini hingga akhir zaman.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-26] Setiap Kebaikan adalah Sedekah