Oleh, Moehammad Amar Ma’ruf, Diplomat Karir Kementerian Luar Negeri RI
Menggunakan waktu sejenak untuk memikirkan capaian nenek moyang bangsa Indonesia yang bersifat internasional terhadap kemajuan peradaban manusia adalah sebuah pelajaran yang berharga dan perlu terus dikawal bersama. Banyak hal yang masih menjadi misteri dan banyak hal pula yang telah menjadi landasan pengembangan bagi pemikiran-pemikiran bidang sosial budaya dan teknik masa kini dan masa ke depan..
Sebut saja salah satu dari sekian banyak bentuk produk tersebut adalah Kapal Pinisi sebuah kapal tradisional Indonesia yang ditemukan sekitar abad ke-14 dan dikembangkan oleh putra Raja Kerajaan Luwu Makasar-Sulawasi Selatan periode Kerajaan Nusantara tempo dulu. Peninggalan ini menjadi kebanggaan yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa Maritim.
Bagaimana tidak pada zaman tersebut dimana teknologi belum tersebar dan digunakan dalam dunia pelayaran, masyarakat Nusantara ketika itu telah membuktikan bahwa masyarakat Nusantara (bangsa Indonesia) mampu untuk membuat suatu kapal layar bertenaga angin yang menawan dan daya jelajahnya sudah melampaui berbagai perairan nusantara hingga dunia. Hal ini menandakan bahwa bangsa Indonesia memang bangsa Maritim telah mampu membuat moda transportasi laut sekaligus mengendalikan dan memanfaatkan kapal tersebut sebagai jembatan berkembangnya layar peradaban manusia melalui jalur-jalur samudra dunia.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Berbekal dari pesan peradaban tersebut dan di dalam rangka untuk terus membumikan komitmen nasional bangsa Indonesia terhadap kearifan lokal yang secara nyata telah memberikan citra positif bagi Indonesia dengan telah diakuinya Kapal Pinisi tersebut oleh badan dunia UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) pada tanggal 7 Desember 2017 pada Sidang ke-12 Komite Warisan Budaya Tak Benda di Pulau Jeju, Korea Selatan.
Pengakuan di atas di satu sisi sangatlah membanggakan, namun demikian disisi lain pun mengandung amanat bagi bangsa Indonesia untuk senantiasa menggali dan menjaga serta mengelola asset peradaban masyarakat nusantara kala itu, khususnya untuk turut mencapai pembangunan berkelanjutan dan menjaga pelestarian budaya serta diharapkan dapat turut berkontribusi untuk mengembangkan dunia teknik dan cara pandang atau orientasi masyarakat bangsa kita yang menghormati peninggalan dan kearifan lokal yang berwawasan lingkungan dan mensejahterakan masyarakat.
Banyak hal yang tentunya dapat dipelajari dari pembangunan Kapal Pinisi ini salah satunya adalah teknologi navigasinya. Ketika sekilas membaca tentang hal ini dan mengamati teknologi tradisional di dalam pembangunan Kapal Pinisi yang ternyata sangat menarik untuk disebarluaskan ke kalangan generasi saat ini. Aspek ini menuntut kita untuk mencoba mengamati bagaimana masyarakat tempo dulu memanfaatkan angin di dalam dunia pelayaran ke dalam pembangunan kapal pinisi itu sendiri.
Secara sederhana mungkin pemikiran masyarakat tempo dulu berkembang berdasarkan pengalaman mereka terhadap kondisi alam, namun demikian mungkin, apabila ditelisik lebih jauh terhadap kondisi sosiologis dan teknis masyarakat, khususnya peradaban Suku Bugis, Konjo dan Mandar di Sulawesi itu terdapat hal-hal khusus yang belum tergali yang nantinya dapat menjadi bahan bagi pembelajaran ke depan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Tidak dapat dipungkiri, warisan ini terus menjadi kebanggaan dunia tidak saja sebagai suatu apresiasi kepada masyarakat Nusantara tetapi juga sebagai jembatan terciptanya peluang komunikasi di berbagai aspek kehidupan, antara lain aspek pengendalian cuaca dan iklim, aspek pembangunan teknik perkapalan, aspek operator kapal dan yang tidak kalah penting lagi adalah aspek apresiasi terhadap lingkungan laut dan kultur masyarakat itu sendiri.
Sebagai salah satu staf kementerian luar negeri yang pernah mendatangi daerah Bulukumba ketika mendampingi pimpinan Kementerian terkait untuk turut menyerahkan copy Sertifikasi dari UNESCO kepada pimpinan daerah sekitar 2018, penulis berkesempatan melihat bengkel pembuatan kapal Phinisi yang saat ini masih dilakukan oleh masyarakat setempat.
Kegiatan ini memberikan rasa kebanggaan tersendiri terhadap masyarakat lokal yang terus menjaga warisan budaya ini agar tetap berlanjut dan memberikan efek positif terhadap ekonomi sirkular. Dalam kaitan ini, penulis sangat berharap bahwa pengakuan dunia internasional dan sikap dan kepedulian masyarakat setempat tetap terjaga sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan budaya tak benda ini dan terus dapat berkembang ke arah yang lebih berkelanjutan dan mempunyai dampak yang lebih mensejahterakan masyarakat.
Patut dibanggakan pada proses ini ilmu dan keahlian yang secara turun temurun dipakai seakan-akan menjadi jawaban bagi terbukanya cara pandang masyarakat terhadap lingkungan dan juga perkembangan teknik perkapalan dengan sistem layar. Warisan ini juga sejalan dengan upaya pengendalian lingkungan laut yang berkelanjutan tanpa mengabaikan kebutuhan untuk mempelajari pula perkembangan bidang teknologi perkapalan yang modern dan bidang pengendalian cuaca dan iklim serta bidang pengembangan sumber daya operator kapal-kapal itu sendiri serta bidang teknik terkait lainnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dalam konteks ini, belum banyak mungkin publik yang mengetahui bagaimana pengelolaan atau pengendalian cuaca pada kapal layar jenis Pinisi ini. Untuk itu, ide penguatan pemahaman mengenai suatu aspek terkait Kapal Pinisi ini, antara lain cuaca atau iklim (termasuk tekanan angin) menjadi menarik untuk dijadikan kajian tersendiri dan pada gilirannya dapat memperkuat bahan diskusi dan saling bertukar informasi bagi para pengembang/developer ataupun para pemangku kepentingan di bidang kapal layar nasional ataupun dunia.
Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap warisan budaya tak benda ini, salah satu cara untuk memperkuat literasi ini adalah lebih memberikan ruang bagi publik untuk memanfaatkan dunia pustaka Indonesia yang bersifat lintas sektoral melalui pengkajian literatur-literatur Teknik, naskah-naskah kuno dan tulisan para pemerhati dari dunia barat maupun nasional mengenai dunia maritim dan pelayaran nusantara sangatlah beririsan.
Penerapan cara peningkatan literasi seperti ini diharapkan dapat lebih memperkaya pemahaman masyarakat teknis bahkan umum. Ini pun sejalan dengan prinsip pengembangan literasi pustaka kementerian/Lembaga di pusat dan di daerah yang inklusif dan bersifat memberdayakan.
Dengan cara demikian, fungsi dari berbagai Lembaga/Institusi yang memiliki Pustaka dan juga Lembaga yang terkait kepustakaan nasional bisa lebih berinteraktif. Terlebih-lebih dengan perkembangan dunia teknologi yang begitu cepat, komunikasi tentang suatu kondisi masyarakat setempat bisa cepat tersampaikan dan membuka peluang bagi terciptanya pembangunan masyarakat teknik yang berorientasi pada penghormatan nilai-nilai kearifan lokal yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Seiring dengan ini, penulis memberikan apresiasi atas segala upaya berbagai pihak yang telah membantu memperjuangan pencapaian pengakuan internasional ini baik di tingkat daerah maupun pusat serta perwakilan RI di luar negeri.
Semoga upaya kita di dalam memberikan perhatian terhadap apa-apa yang telah dicapai bangsa Indonesia di dunia internasional ini dapat saling terintegrasi sehingga dapat meningkatkan pemahaman literasi masyarakat terhadap capaian bangsa di dunia internasional dengan pendekatan yang memberikan penghormatan terhadap kearifan lokal dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat