Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PERAN PENTING SEORANG IBU JANGAN DI ANGGAP REMEH

IT MINA - Jumat, 11 September 2015 - 08:09 WIB

Jumat, 11 September 2015 - 08:09 WIB

729 Views

Lady Yulia. (Foto: Kemenag)
<a href=

Lady Yulia. (Foto: Kemenag)" width="269" height="300" /> Lady Yulia. (Foto: Kemenag)

Oleh:  Lady YuliaPemerhati Makanan Halal dan Pelaksana pada Subdit Produk Halal, Kementerian Agama RI

Ibu dalam keluarga, mempunyai banyak peran penting yang tidak dapat dianggap remeh. Sederet pekerjaan yang menjadi tugas Ibu, membuat Ibu tangguh dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Ibu adalah kepala rumah tangga dengan tugas sebagai manajer, guru, perawat, akuntan, desain interior, chef dan lain-lain. Dalam hal ini, Ibu mempunyai multi peran yang mengintegrasikan berbagai karakter dalam keluarga untuk membentuk keluarga sakinah.

Ibu sebagai pendidik dalam keluarga, mengajarkan sesuatu, melatih, membimbing, dan memberikan teladan yang akan membentuk karakter anak-anaknya. Ibu adalah pemimpin rumah tangga, sebagaimana hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, penguasa adalah pemimpin, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Jadi, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari).

Peran besar Ibu dalam mengatur ekonomi keluarga, terutama dalam hal penyiapan makanan berkaitan dengan pembentukan perilaku anggota keluarga yang akan menjadi warna kepribadian keluarga.

Dalam menyiapkan pangan bagi keluarga, Ibu berperan sebagai chef yang dituntut mampu berkreasi inovatif dalam menyiapkan makanan dan minuman yang halal lagi baik. Terkadang Ibu harus memutar otak, untuk menciptakan menu yang dapat memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga dengan keterbatasan anggaran yang ada. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an;

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. (QS. Al-Baqarah:172).”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Dari ayat tersebut Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya agar memakan makanan yang baik-baik dari rezeki yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, dan supaya mereka senantiasa bersyukur kepada-Nya atas rezeki tersebut.

Dalam hal memenuhi kebutuhan pangan keluarga, dengan mengonsumsi makanan halal lagi baik merupakan bentuk dalam menjalankan perintahNya.

Perkembangan teknologi pangan yang senantiasa bergulir mengikuti perubahan gaya hidup masyarakat modern, terkadang cenderung menggeser nilai etika dan estetika mengonsumsi pangan. Aktifitas kerja yang padat dan kompetisi yang semakin meningkat, menjadikan waktu semakin sempit untuk hal lain.

Termasuk dalam penyajian pangan. Kecenderungan masyarakat lebih kepada hal serba praktis, sehingga pasar pun menyikapi fenomena ini dengan sigap. Warung jajanan sarapan pagi dapat ditemukan di mana-mana bahkan tidak sulit mendapati restoran, rumah makan dan catering yang melayani konsumen dalam 24 jam.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Sehingga perkembangan industri makanan olahan semakin beragam, ditambah lagi layanan delivery yang semakin mempermudah konsumen. Akibatnya konsumen makin dimanjakan dengan aneka layanan.

Namun bagi sebagian Ibu dengan padat aktifitas, fenomena tersebut membuat terjadinya pergeseran paradigma dalam menyiapkan makanan bagi keluarga. Dampaknya, tidak semua Ibu memandang bahwa menyiapkan makanan bagi keluarga merupakan tanggung jawabnya. Anak-anak dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri di tempat aktifitas masing-masing. Di sini Ibu tidak lagi berperan dominan dalam menentukan setiap makanan yang dikonsumsi keluarga.

Dampak dari hal tersebut, anak-anak-lah yang paling merasakan pengaruhnya. Ketika mereka menentukan pilihan sendiri terhadap apa yang akan dimakan, jajanan yang paling menarik menjadi perhatian mereka.

Makanan jajanan pada umumnya kurang memperhatikan kebersihan, gizi bahkan kehalalalnya. Bahkan ada yang menggunakan bahan tambahan zat yang berbahaya, di mana akan berpengaruh pada gangguan kognitif,  kesehatan dan perilaku anak.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Begitu juga pada risiko kekurangan dan kelebihan gizi yang akan mempengaruhi kualitas sumber dayanya di masa depan.

Masa anak-anak adalah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Tumbuh kembang anak yang optimal ditentukan oleh pemberian nutrisi dengan tingkat kelengkapan gizi dan jumlah yang memadai.

Hal ini dapat dipenuhi Ibu dengan memberikan penjaminan pangan halal dan sehat untuk keluarga melalui masakannya. Namun tentunya Ibu perlu menambah wawasan tentang pangan halalan thayyiban, yaitu mencakup pengetahuan tentang pemilihan bahan baku masakan yang berkualitas, penetapan menu yang tepat, pengolahan dan penyimpanan makanan uang benar.

Pengetahuan tentang gizi pangan menjadi penting untuk dipelajari sejak dini oleh setiap wanita yang menyiapkan dirinya menjadi Ibu di masa depan, karena Ibu sangat berperan dalam penjaminan pangan halal dan sehat bagi keluarga guna membangun generasi berakhlak mulia. (T/P010/R05)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Indonesia
Kolom