Peran Waqaf dalam Pembangunan Ekonomi Al-Quds

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Selama berabad-abad di negara-negara dan masyarakat Islam, Lembaga telah ditempatkan di antara institusi terkemuka, dan juga telah menjalankan tugas organisasi sosial yang penting untuk kesejahteraan masyarakat.

Gerakan wakaf juga terus bergulir dan dirasakan cukup memberikan banyak layanan masyarakat. Apalagi kemudian berkembang wakaf produktif dan bernilai ekonomis.

Sehingga tidak dapat dikesampingkan bahwa meningkatkan potensi wakaf untuk pembangunan ekonomi itu diarahkan ada kesejahteraan sosial warga dan sekitarnya menjadi sangat penting.

Jika dinilai dari sisi historis, di kota lama Al-Quds ini terdapat visi bagaimana wakaf mewariskan kehidupan kota dan kehidupan sosio-ekonomi warga kota itu.

Hal itu pun pernah menjadi keputusan yang diambil pada Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang diadakan di Istanbul pada tanggal 15 April 2016 yang dipimpin oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.

Keputusan OKI menyerukan negara-negara anggotanya untuk mendukung dan memperbesar penguatan program ekonomi bagi rakyat di wilayah Palestina dan wilayah Al-Quds.

Dalam konteks inil, Yayasan Masjid Al-Aqsha telah didirikan di bawah administrasi Islamic Development Bank (IDB). Hal ini bertujuan untuk mendukung dan memperkuat eksistensi rakyat Palestina di tanah mereka sendiri.

Upaya seperti itu harus terus dimobilisasi lebih intensif lagi dengan melibatkan seluruh sumber daya, keterlibatan pemerintah, institusi, sektor swasta dan sukarelawan perorangan.

Hal itu yang kini dalam dua hari ini Senin-Selasa (8-9 Mei 2017) yang coba dibicarakan pada Forum Internasional Al-Quds bertema “”Peran Waqaf dalam Pembangunan Ekonomi Kota Al-Quds dan Lingkungannya” di Istanbul, Turki.

Dalam upaya mendukung forum itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan dalam sambutannya mendesak warga Turki khususnya dan umat Islam  umumnya untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina.

Berbicara di Forum Internasional Al-Quds di Istanbul pada Senin (8/5/2017), Erdoğan mengatakan bahwa umat Islam harus mementingkan perjuangan Palestina dan tidak membiarkan usaha Israel mengubah status quo Masjid Al-Aqsa, Kantor Berita Islam MINA melaporkan dari sumber Daily Sabah.

Erdogan menambahkan, Turki terus mendukung perjuangan Palestina melawan penjajahan Israel di Al-Quds, dan meminta warga Turki untuk melindungi identitas Muslim di tempat suci tersebut.

“Sebagai komunitas Muslim, kita perlu sering mengunjungi Masjid Al-Aqsha, karena setiap hari Al-Quds berada di bawah pendudukan dan ini merupakan penghinaan bagi kita,” lanjutnya.

Apalagi, masih menurut Erdogan, hingga saat ini masyarakat internasional seolah masih tetap diam tak bergerak yang berarti terhadap perlakuan Israel terhadap orang-orang Palestina.

Untuk itu, Penulis berpandangan, Forum Internasional tentang Wakaf Al-Quds tersebut sangat penting untuk mempertemukan pegiat wakaf yang bekerja di seluruh dunia untuk Al-Quds.

Harapannya, dapat terbangun hubungan antar lembaga wakaf seluruh dunia guna mengeksplorasi peluang-peluang kerja sama satu sama lainnya.

Juga penting untuk pertukaran informasi mengenai rencana yang ada dan yang akan datang untuk memulihkan wakaf Al-Quds dan mendukung rakyat Palestina dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

Inilah kiranya jalur peta jalan (road map) untuk memperbaiki kondisi ekonomi Al-Quds dan lingkungannya.

Wakaf Umat Islam

Jika merunut dari sejarah Islam, adalah Khalifah Umar bin Khattab yang membebaskan kembali Masjid Al-Aqsha (tahun 638 M.) seusai Perang Yarmuk dari penjajahan orang di luar Islam yang memang bukan haknya. Umar membangunnya kembali dengan kayu di atas pondasi aslinya.

Khalifah Umar kemudian mewaqafkannya untuk umat Islam, agar jangan sampai diperjualbelikan dan jatuh ke tangan orang di luar Islam.

Kemudian bangunan fisik Al-Aqsha disempurnakan dengan batu permanen pada jaman Mulkan Al-Walid bin Abdul Malak (705 M.) dengan bentuk yang sekarang ini kita lihat.

Di bawah kepemimpinan Islam itulah, Palestina berada dalam perdamaian dan ketertiban, penuh toleransi antarpenduduknya, hidup bersama dalam damai dan ketertiban. Kebijaksanaan dan kebaikan ditunjukan Umar kepada penduduk daerah ini, tanpa membeda-bedakan agama mereka menandai sebuah peradaban yang indah.

Generasi pewaris waqaf berikutnya adalah Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tatkala memasuki kawasan Al-Aqsha (tahun 1187 M.) dan membebaskannya dari penjajahan keduakalinya.

Dengan pembebasan tentara Perang Salib, Salahuddin tidak menyentuh seorang Nasrani pun di kota tersebut, sehingga menyingkirkan rasa takut mereka bahwa mereka semua akan dibantai. Ia hanya memerintahkan semua umat Nasrani Latin untuk meninggalkan Palestina. Sedangkan umat Nasrani Ortodoks, yang bukan tentara Perang Salib, dibiarkan tinggal dan beribadah menurut yang mereka pilih.

Karen Armstrong, Penulis ‘A Short Story, Jerusalem, A History of God’, menggambarkan pembebasan kedua kalinya itu. Kata Amstrong, “Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai pembebas dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim. Salahuddin menepati janjinya, dan memimpin kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Dia tidak dendam untuk membalas pembantaian sebelumnya.”

Pada masa Sultan ‘Abdul Hamid II (tahun 1876-1911 M.) Dinasti ‘Utsmaniyah, Zionis memulai rencana jahatnya hendak merebut tanah Palestina. Ditandai dengan Konferensi Zionis Pertama di Basel (1897) dengan agenda utama pendirian negara israel Yahudi di Propinsi Palestina, yang waktu itu masih di bawah kepemimpinan Utsmaniyah.

Abdul Hamid II walaupun dalam kondisi sakit, krisis ekonomi, dan timbulnya benih-benih perpecahan internal umat Islam, menolak mentah-mentah bujukan Dr. Theodore Hertzl, bapak Zionis, yang hendak membeli tanah waqaf Palestina dengan harga setinggi-tingginya.

Abdul Hamid II berkata tegas, “Saya tidak akan bisa mundur dari tanah suci Palestina ini, walau hanya sejengkal. Karena tanah ini bukanlah milikku. Tanah ini adalah waqaf milik umat (Islam). Para pendahuluku telah berjuang demi mendapatkan tanah ini. Mereka telah menyiraminya dengan tetesan darah. Biarlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang mereka.”

Harapan Penulis, dari Forum Internasional Wakaf untuk Al-Quds dapat dirumuskan gagasan-gagasan baru untuk menguatkan tanah dan masjid wakaf umat Islam itu.

Misalnya dengan adanya program bersama wakaf produktif untuk Al-Quds, yakni pengelolaaln sumber daya alam di berbagai belahan negeri-negeri Muslim, yang hasilnya disalurkan untuk Al-Quds.

Ini seperti dilakukan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Niyabah Wonogiri. Beberapa warga petani di sana mewakafkan beberapa pohon untuk Al-Quds/Al-Aqsha. Maka, dikenal dengan “Pohon Al-Aqsha”. Artinya, setiap panen dari buahnya atau pemanfaatan kayunya, setelah berupa uang kemudian dikirim untuk Al-Quds.

Lembaga wakaf di negeri-negeri Muslim bisa juga membuka rekening wakaf untuk Al-Quds, yang juga diperuntukkan untuk hal-hal yang terkait dengan Al-Quds.

Secara perorangan, setiap individu juga dianjrkan untuk mewakafkan dirinya, ilmunya, hartanya dan segala potensi yang Allah karuniakan padanya untuk keberkahan Al-Quds.

Misalnya, bagi yang pandai menulis, wakafkanlah waktu dan ide-idenya untuk menyebarluaskan perjuangan Al-Quds. Demikian pula bagi para jurnalis, sampaikan info terkini soal Al-Quds dan sekitarnya. Jangan biarkan media bebuat tidak adil.

Bagi para pengusaha, para aghniya, pejabat dan tokoh masyarakat, dapat pula andil menghidupkan wakaf untuk Al-Quds misalnya dengan mendonasikan hartanya untuk memberangkatkan jamaah kaum Muslimin untuk berkunjung ke Al-Aqsha.

Sekaligus dalam kunjungannya itu membawa bantuan finansial untuk warga sekitar Al-Quds. Tidak sekedar membantu langsung tunai, bisa juga dengan membeli produk-produk kerajinan warga sekitar sebagai oleh-oleh. Sehingga dengan demikian dapat ikut menggeliatkan roda perekonomian warga. Sekecil apapun itu, akan ada pengaruhnya. Insya-Allah. (RS2/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.