Juba, 3 Rabi’ul Awwal 1435/5 Januari 2014 (MINA) – Suara tembakan pertempuran terdengar di Juba, ibukota Sudan Selatan, di saat para juru runding kedua pihak yang bertikai sepakat dimulainya perundingan damai di Addis Ababa, ibukota Ethiopia.
Dilaporkan, ledakan artileri dan rentetan tembakan senjata otomatis terdengar Sabtu malam di distrik utama pemerintah Juba, di mana sebagian besar kementerian, istana presiden dan parlemen berada, demikian laporan Al Jazeera yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kekerasan itu terjadi di saat pemerintah Ethiopia mengumumkan upaya terbaru sudah dimulai untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri konflik selama tiga minggu.
Pengumuman itu bertentangan dengan laporan sebelumnya di hari yang sama bahwa kedua delegasi telah menunda perundingan.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Sudan Selatan layak bagi perdamaian dan pembangunan, bukan perang. Kami menghargai anggota kedua tim negosiasi atas kemajuan yang mereka buat hari ini,” kata Menteri Luar Negeri Ethiopia Tedros Adhanom selaku mediator.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ethiopia, Dina Mufti, mengatakan pembicaraan lengkap tentang gencatan senjata yang diusulkan akan dimulai Ahad.
“Baik pemerintah maupun oposisi Sudan Selatan telah berkomitmen untuk menyelesaikan perbedaan politik mereka melalui dialog politik,” kata Seyoum Mesfin, mantan Menteri Luar Negeri Ethiopia sekaligus utusan khusus IGAD, blok regional Afrika Timur dari negara-negara yang menengahi pembicaraan.
Kekerasan pertama meletus di Sudan Selatan pada 15 Desember lalu, ketika Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar mencoba melakukan kudeta.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Namun Machar menyangkal dan menuduh Kiir melakukan pembersihan terhadap lawan-lawan politiknya.
Pertempuran menyebar sejak itu di seluruh negeri di mana oposisi merebut beberapa daerah di utara yang kaya minyak.
PBB mengatakan, sekitar 200.000 warga sipil terpaksa mengungsi dan mencari perlindungan kepada pasukan penjaga perdamaian PBB.
Jacob Kurtzer, perwakilan Komite Palang Merah Internasional mengatakan para pengungsi membutuhkan bantuan segera.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
PBB mengatakan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin mencegah terjadinya “tindakan kekerasan yang mengerikan” lebih lanjut di Sudan Selatan. (T/P09/E1).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).