Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perayaan Nowruz di Herat Sepi karena Corona, “Hukuman Tuhan”

Rudi Hendrik - Sabtu, 21 Maret 2020 - 22:17 WIB

Sabtu, 21 Maret 2020 - 22:17 WIB

1 Views

Masjid Sultan Agha di Herat, Afghanistan, sepi di Hari Raya Nowruz, Sabtu, 21 Maret 2020. (Foto: Agnieszka Pikulicka-Wilczewska/Al Jazeera)

Kerumunan kecil berkumpul di sekitar becak Abdulrazaq, seorang penduduk Herat yang berusia 73 tahun di Hari Raya Nowruz, Tahun Baru Persia yang juga menandai hari pertama musim semi.

Sinar matahari menyinari jenggot putih pria itu ketika ia membawa pesannya ke dunia melalui pengeras suara yang melekat pada becaknya.

“Tuhan memberi tahu saya melalui kitab suci-Nya, Al-Quran, untuk menyeru orang agar menahan diri dari dosa. Perbuatan buruk kita akan dihukum. Virus corona adalah hukuman Tuhan,” katanya menggunakan pengeras suara kepada khalayak umum.

Setiap tahun pada Nowruz, salah satu festival terpenting di Afghanistan, penduduk di Herat dan kota-kota lain menyelenggarakan piknik atau berkumpul dalam jumlah besar di sekitar tenggara kota untuk merayakan hari itu bersama keluarga dan teman-teman mereka.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Namun, Nowruz tahun ini sangat sepi di Herat karena pandemi virus corona, dengan situs-situs populer di kota itu tidak menjadi tempat perayaan dan bahkan area hijau di pinggiran tetap sepi.

Kota Afghanistan barat itu dekat dengan perbatasan Iran. Herat berada di garis depan pandemi dan mendapati kasus virus corona pertama menjelang akhir Februari.

Sejak itu, orang-orang di kota sebagian besar tinggal di rumah mereka.

Virus corona di Iran hingga Sabtu, 21 Maret 2020 telah menewaskan lebih dari 1.556 orang dan menginfeksi hampir 20.610 orang, menjadikannya negara yang paling terpapar di Timur Tengah.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Sementara itu, masing-masing dari 24 orang yang terinfeksi COVID-19 di Afghanistan tiba dalam beberapa pekan terakhir dari Iran, masing-masing dari mereka telah melewati Herat, menurut Gubernur Herat Abdul Qayum Rahimi.

Sementara 22 kasus mungkin tidak tampak seperti krisis, para pejabat khawatir jumlah infeksi yang sebenarnya jauh lebih tinggi. Setiap hari, ribuan orang Afghanistan kembali dari Iran melalui Herat, lolos dari pandemi.

Satu-satunya laboratorium bersertifikat yang dapat melakukan tes virus corona terletak di ibu kota Afghanistan, Kabul. Butuh waktu bagi pihak berwenang di Herat untuk mengkonfirmasi setiap diagnosis.

Di saat sebuah laboratorium baru sedang dibangun di Herat, kota ini masih jauh dari siap untuk menghadapi krisis yang menjulang.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Virus corona tidak terkendali, baik di Afghanistan maupun di banyak negara lain. Setiap hari, sekitar 11.000 migran datang ke Herat dari Iran, setengah dari mereka mungkin adalah pembawa virus,” kata Rahimi kepada Al Jazeera.

“Pernikahan dan pertemuan besar berhenti, hammam (pemandian) ditutup, sebagian besar departemen pemerintah dengan sejumlah besar karyawan berhenti bekerja … kami hanya menyimpan sebagian dari mereka untuk menyediakan layanan. Ini dimulai sebulan yang lalu,” katanya. Ia menambahkan bahwa semua perayaan Nowruz juga dibatalkan.

Hessam (25) duduk di area pemakaman di halaman Masjid Sultan Agha, Herat, Afghanistan, Jumat, 20 Maret 2020. (Foto: Agnieszka Pikulicka-Wilczewska/Al Jazeera)

Hari terpenting

Distrik Guzara di luar kota Herat juga menyambut Nowruz dengan jalan-jalan dan taman yang kosong.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Selain Abdul Qayum, psikiater berusia 45 tahun dari Herat, dan teman-temannya bermain boule, satu-satunya orang yang ada di daerah itu adalah para pedagang kaki lima, berjalan-jalan dengan produk yang tidak ada pembeli.

Nowruz adalah salah satu hari paling penting di negara kami karena alam mulai hidup kembali. Pemerintah mengatakan, orang harus tinggal di rumah dan melupakan perayaan besar Nowruz tahun ini. Orang-orang takut dengan virus corona dan lebih suka tinggal di rumah,” Kata Qayum.

“Kami datang ke sini untuk mengadakan kumpul-kumpul kecil. Herat sangat indah sehingga kami harus merayakan tahun baru. Kami berencana untuk tinggal di sini sampai malam, kami akan menyiapkan makanan, makan bersama dan menikmati waktu kami. Tidak ada virus corona di alam.”

Kepanikan karena virus corona juga telah mempengaruhi ekonomi Afghanistan yang sudah rapuh. Sementara Hari Raya Nowruz biasanya merupakan waktu ketika orang Afghanistan mengunjungi pusat perbelanjaan dan pasar di sekitar kota untuk mencari pakaian baru, tetapi bisnisnya lambat di tahun ini.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Edris, pemuda 19 tahun yang bekerja di toko sepatu di Bazar-e-Malik sejak berusia 13 tahun, tidak pernah ingat ada penjualan rendah seperti saat itu di Hari Nowruz.

“Biasanya orang membeli banyak sepatu untuk Nowruz, tetapi tahun ini karena virus corona, mereka tidak datang ke toko. Kami mencatat penurunan penjualan sebesar 50 persen. Ini memiliki dampak besar pada bisnis kami, tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya kepada Al Jazeera.

“Saya takut dengan virus corona dan saya memastikan bahwa saya sering mencuci tangan, menggunakan sanitiser dan menjaga kesehatan saya. Sebagian besar waktu saya menggunakan masker. Tetapi setelah makan siang, saya akan menutup toko dan pergi ke luar kota merayakan (Nowruz).”

 

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Masjid kosong

Kuil Sultan Agha di Herat pusat adalah salah satu tujuan utama untuk perayaan Nowruz. Biasanya, kerumunan besar berkumpul di sekitar bendera Afghanistan berkibar tertiump angin dan duduk di kuburan di halaman masjid.

Tahun ini, lingkungan masjid setenang kota-kota lainnya.

Beberapa orang berjalan di sekitar kuburan dalam kelompok-kelompok kecil, sementara yang lain beristirahat di bawah pohon, merenungkan ketenangan yang tidak biasa dari situs yang dikeramatkan itu.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Di antara mereka adalah Hessam (25), seorang pria berambut hitam yang dites negatif virus corona dalam beberapa hari terakhir.

Dia datang ke kuil untuk mengunjungi makam anggota keluarganya dan merayakan Tahun Baru.

“Tahun ini berbeda dari yang sebelumnya. Biasanya tempat ini penuh dengan 1.000 orang, mungkin 1.500 orang. Tetapi karena pandemi virus corona, masjid ini kosong,” kata Hessam kepada Al Jazeera.

“Kita harus khawatir tentang virus. Itu adalah ancaman besar bagi komunitas kita. Kebanyakan orang di Herat berpikir seperti ini. Hidup kita ada di tangan Tuhan.” (AT/RI-1/P1)

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

 

Sumber: tulisan Agnieszka Pikulicka-Wilczewska di Al Jazeera

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Breaking News
Breaking News
Breaking News