Oleh Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن تُطِعۡ أَڪۡثَرَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ (١١٦)
Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (Qs. Al-An’aam [6]: 116)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Mengawali tulisan singkat ini, kita dituntut untuk menyadari bahaya yang sedang mengintai kaum Muslimin dalam beberapa hari ke depan. Tepat pukul 00.01 tanggal 14 Februari esok, sebagian besar wilayah di dunia akan kedatangan “hari raya” yang dikenal dengan valentine day (hari kasih sayang).
Disebut ‘hari raya’ karena kita lihat dan saksikan dalam beberapa tahun belakangan, tanggal 14 Februari menjadi salah satu tanggal yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar umat dunia, tak terkecuali di Indonesia dan Malaysia yang mayoritas beragama Islam.
Selain sebab itu, banyak pula orang yang percaya bahwa pada hari tersebut sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah valentine day, sebuah hari di mana orang-orang di Barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Untuk itulah, Penulis sengaja menyusun artikel singkat ini untuk mengingatkan akan bahaya yang sedang mengelilingi kaum Muslimin, khususnya di Indonesia dan Malaysia. Penulis cantumkan juga Malaysia karena di sini, Malaysia bersama Indonesia menjadi rumah bagi jutaan umat Islam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Tentu kondisi ini tidak disukai oleh orang-orang orientalis, liberalis dan yang segolongan dengan mereka yang memang sejak awal tidak menginginkan kejayaan Islam.
Berbicara tentang Valentine Day, tak terlepas dari usahan panjang para pengagum liberalism dan anteknya untuk menggerogoti kejayaan Islam. Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup Barat ke dunia Islam, perayaan valentine day pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan ala valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja Muslim sekalipun.
Inilah pokok permasalahannya yang akan menjadi jawaban dari pertanyaan, mengapa Islam menolak valentine day?
Misi Nasrani
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dari beberapa literatur ilmiah, artikel-artikel, hingga tulisan ringan ala komik yang kita dapati menunjukan bahwa valentine day merupakan bagian dari symbol dan misi agama Nasrani. Dari mana kita tahu bahwa valentine day adalah misis Nasrani?
Jawabannya sederhana, valentine day dibuat oleh orang-orang Nasrani yang kemudian mereka memperkenalkan kepada dunia Islam sebagai upaya untuk melemahkan ataupun menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya.
Meskipun dibungkus dengan model yang sedemikian rupa, tetap saja, makna dan tujuan yang terkandung dari valentine day tidak akan pernah melenceng dari tujuan awalnya, yaitu menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya.
Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru, selain hari Natal, yaitu hari yang bernama valentine day.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ajaran baru dalam agama yang diperkenalkan umat Nasrani kepada umat Islam, tidak lain karena ketidakridhoan mereka terhadap kemajuan dan perkembangan amat pesat yang ditunjukkan oleh umat Islam. Hal ini ditegaskan sendiri oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَہُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَہُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَٮِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ (١٢٠)
Artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk [yang benar]”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 120)
Nah kemudian yang jadi pertanyaan, bagaimana mungkin justru kita turut serta menyebarkannya? Inilah yang harus kita renungi bersama, betapa orang-orang Nasrani yang berkolaborasi dengan Yahudi selalu berusaha untuk menjauhkan umat Islam dari inti ajaran agamanya, salah satunya dengan konspirasi valentine day.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Meniru Non-Muslim
Selain sebagai syiar kaum Nasrani, hal mendasar yang perlu kita ketahui adalah bahwa Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir. Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Iqtidho’ ash-Shiroth al-Mustaqim.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Artinya:“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban.
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Telah saya jelaskan di awal bahwa valentine day adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nasrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam kitab Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh ar-Robi’ bin Anas.
Ayat di atas adalah bentuk pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib. Jadi, merayakan valentine day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Karena itulah, tulisan singkat ini sebagai pengingat agar kaum Muslimin tidak ikut-ikutan merayakan valentine day, tidak boleh mengucapkan selamat valentine day, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan.
Ingatlah, setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum Muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua. Wallahul Musta’an. (P011/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati