Aljir, MINA – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, tiba di Aljazair pada Kamis (25/8) untuk kunjungan pertamanya sejak 2017, dalam rangka memperbaiki hubungan yang tegang antar kedua negara.
Kunjungan resminya tersebut untuk membangun hubungan perdagangan, dan membuka pembicaraan kembali dalam pertikaian diplomatik yang terkait dengan perselisihan warisan pemerintahan kolonial Prancis, MEMO melaporkan.
Setibanya di Ibukota Aljir, Macron disambut karpet merah oleh Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, keduanya mengenakan masker.
Hubungan dengan Aljazair menjadi lebih penting bagi Prancis karena perang di Ukraina telah meningkatkan permintaan gas Afrika Utara di Eropa.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Kunjungan kerja itu berlangsung selama tiga hari, Macron akan menjangkau anak muda Aljazair, yang berfokus pada budaya anak muda, termasuk break-dance dan musik pop “Rai” Afrika Utara.
Prancis adalah rumah bagi lebih dari empat juta orang asal Aljazair. Tapi, hubungan itu tetap menorehkan luka oleh trauma perang 1954-1962, di mana Aljazair memenangkan kemerdekaan dari Prancis, dengan ratusan ribu orang Aljazair tewas.
Sejarah sulit itu menjadi pertikaian diplomatik tahun lalu ketika Macron dikutip mengatakan para pemimpin Aljazair telah menulis ulang sejarah perjuangan kemerdekaan berdasarkan kebencian terhadap Prancis.
Dalam kunjungannya kali ini, Macron juga menghadiri upacara untuk warga Aljazair yang tewas dalam perang kemerdekaan. (T/R6/P2)
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Mi’raj News Agency (MINA)