Athena, 4 Syawal 1437/9 Juli 2016 (MINA) – Kelompok Kerja untuk Pengungsi Palestina di Suriah (Action Group For Palestinians of Syria – AGFPS) mengungkapkan, ratusan pengungsi Palestina dari Suriah tertahan di Yunani setelah semua jalan menuju negara-negara Eropa ditutup.
Dalam laporannya, Jumat (8/7), AGFPS menyatakan, ratusan pengungsi Palestina Suriah tepaksa tinggal di kamp-kamp pengungsian sementara di Yunani, di tengah kondisi buruk setelah perbatasan menuju negara-negara Eropa ditutup, demikian Pusat Info Palestina (PIP) melaporkan.
Diungkap pula tidak terpenuhinya kebersihan, kebutuhan pokok di tempat pengungsian mereka, juga banyak serangga, ular dan kalajengking dan serangga beracun lainnya. Apalagi tidak ada bantuan terhadap mereka.
Kondisi ini terjadi karena politik ketat yang diterapkap Uni Eropa (UE) terhadap pengungsi terutama di perbatasan Yunani, selain kesepakatan dengan Turki yang mengetatkan perbatasan dan melarang gelombang pengungsi ke Yunani.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Terkait kondisi di Suriah, AGFPS mengungkapkan pula, kamp pengungsi Palestina masih menjadi target serangan rezim Suriah. Lahan pertanian di sekitar kamp pengungsi Palestina Khan Syekh di Damaskus masih menjadi target serangan bertubu-tubi dari militer Suriah. Sebelumnya, wilayah itu menjadi target serangan udara yang menewaskan dan melukai puluhan warga.
Perlintasan-perlintasan yang dipasang rezim Suriah masih menghalangi akses ke ibukota Damaskus sehingga menciptakan krisis kesehatan dan kehidupan secara umum.
Rezim Suriah sudah memblokade wilayah itu hingga hari ke 1.116, listrik putus sejak 1.177 hari, air terputus 666 hari dan menwaskan sekitar 187 orang.
Warga pengungsi di kamp pengungsi Sabinah juga masih dilarang masuk kembali hingga hari ke 969 berturut-turut. Sementara kamp pengungsi Handarat sudah ditinggal penghuninya sejak 1161 hari setelah dikuasai oleh kelompok oposisi.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Sementara kamp pengungsi Dar’aa sudah diputus airnya sejak 820 hari dan 70% bangunannya sudah hancur. Di kamp Jarmana, Siti Zainab, Ramal, Aidin di Homs dalam kondisi krisis ekonomi dan keamanannya relatif tenang. (T/P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas