Phnom Penh, MINA – Ketegangan kembali memuncak di sepanjang perbatasan Kamboja-Thailand setelah bentrokan bersenjata antara kedua militer pecah pada Kamis (24/7). Pasukan Kamboja dilaporkan berhasil mempertahankan kendali atas dua kuil kuno, Ta Moan dan Ta Krabei, setelah pertempuran sengit dengan pasukan Thailand.
“Bentrokan bersenjata antara pasukan Kamboja dan Thailand berlanjut di sepanjang perbatasan bersama hingga Kamis sore, dengan pasukan Kamboja mempertahankan kendali penuh atas kuil kuno Ta Moan dan Ta Krabei setelah konfrontasi yang intens,” ungkap sumber militer garis depan Kamboja, seperti dikutip dari Khmer Times.
Bentrokan yang dimulai sejak Kamis pagi itu dengan cepat meningkat menjadi salah satu kebuntuan militer paling serius antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Situasi ini memicu kekhawatiran dari masyarakat regional maupun komunitas internasional akan eskalasi lebih lanjut.
Menurut laporan dari Komando Garis Depan Kamboja, pasukannya berhasil memukul mundur pasukan Thailand yang mencoba merangsek masuk ke area kuil. Kamboja menegaskan bahwa tentaranya tetap berada dalam posisi bertahan dan tidak melakukan pelanggaran perbatasan.
Baca Juga: Yunani Dilanda Gelombang Panas Ekstrem
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menyatakan bahwa pasukan Thailand memulai kekerasan dengan melepaskan tembakan terlebih dahulu ke arah posisi Kamboja. “Kami bertindak dalam rangka membela kedaulatan wilayah kami,” ujar juru bicara tersebut.
Di sisi lain, militer Thailand melaporkan bahwa dua roket jenis BM-21 Grad menghantam wilayah permukiman di Distrik Kap Choeng, Provinsi Surin, Thailand, melukai sedikitnya tiga warga sipil. Pemerintah Thailand menyebutkan bahwa mereka akan melakukan investigasi penuh atas insiden tersebut dan mendesak Kamboja untuk menahan diri.
Kedua pihak saling menuduh telah melakukan serangan awal, memperumit upaya mediasi. Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban jiwa maupun kerusakan material yang terjadi akibat bentrokan tersebut.
Sengketa perbatasan di sekitar kuil kuno Ta Moan dan Ta Krabei telah berlangsung selama beberapa dekade. Kedua kuil ini terletak di sepanjang garis demarkasi yang tidak sepenuhnya disepakati sejak penjajahan Prancis dan Inggris di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga: KBRI Bangkok Imbau WNI Waspadai Eskalasi Konflik Thailand-Kamboja
Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) pada 1962 telah memberikan putusan terkait kuil Preah Vihear—kuil lain yang juga disengketakan—status Ta Moan dan Ta Krabei masih menjadi sumber perselisihan. Pada 2011, bentrokan serupa juga pernah terjadi, menewaskan beberapa tentara dan memaksa ratusan warga sipil mengungsi.
Beberapa organisasi regional, termasuk ASEAN, diperkirakan akan menyerukan gencatan senjata dan memfasilitasi dialog damai antara kedua negara. Namun hingga kini, belum ada keterangan resmi dari kedua pemerintahan terkait kemungkinan perundingan.
Laporan media lokal menyebutkan bahwa ratusan warga di wilayah perbatasan, baik di sisi Kamboja maupun Thailand, mulai dievakuasi dari zona konflik. Lembaga kemanusiaan setempat juga mulai bersiap mengantisipasi gelombang pengungsi internal apabila situasi terus memburuk.
Pemerintah Kamboja dan Thailand masing-masing menginstruksikan peningkatan kewaspadaan di daerah-daerah perbatasan, termasuk menyiagakan unit medis dan logistik untuk menghadapi kemungkinan eskalasi lebih lanjut. []
Baca Juga: BKSAP DPR RI Dorong Dialog Damai atas Konflik Thailand–Kamboja
Mi’raj News Agency (MINA)