“Pemerintah Mesir memberitahu kami atas keinginannya untuk membuka kembali perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan, Palestina pada Senin (12/8),” kata Abu Sabha seperti dilaporkan Kantor Berita berbasis di Gaza AlRay yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA), Ahad (11/8).
Dia menyatakan, pihak berwenang Mesir telah menutup Rafah, satu-satunya pintu perbatasan yang menghubungkan warga Gaza dengan dunia luar, pada Kamis (8/8) selama empat hari berturut-turut menjelang perayaan Idul Fitri 1434.
Sementara Kementerian Dalam Negeri Palestina di Jalur Gaza mengatakan bahwa penyeberangan Rafah akan terbuka hanya bagi pemegang paspor asing, warga Mesir dengan visa sementara, dan pasien yang memperoleh angkutan medis dari Departemen Kesehatan.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Wakil Menteri Luar Negeri Palestina di Jalur Gaza, Ghazi Hamad menegaskan pekan lalu bahwa ada penurunan tajam dalam jumlah wisatawan yang masuk melalui Rafah antara Gaza setelah Mesir melihat kerusuhan internal menyusul kudeta Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi 3 Juli 2013 yang digambarkan sebagai ‘krisis skala besar’.
“Pergerakan di penyeberangan Rafah mengalami penurunan sangat signifikan, hampir 1.200 warga Gaza telah bepergian sehari sebelum krisis di Mesir, dibandingkan dengan hanya antara 170-200 warga pada saat ini,” ungkapnya.
Pembatasan super ketat pada perbatasan Rafah yang merupakan satu-satunya jalan keluar untuk menghirup udara segar kebebasan bagi rakyat Jalur Gaza ternyata melengkapi blokade Israel atas wilayah itu dengan menegaskan kembali Gaza menjadi “penjara terbuka terbesar di dunia”.
Hal itu dibuktikan dengan ribuan warga Palestina yang terlantar di perbatasan Rafah, Jalur Gaza serta di bandara dan kota-kota besar di seluruh dunia karena mereka tidak bisa kembali ke negara mereka akibat tindakan yang diberlakukan oleh pemerintah sementara Mesir tersebut.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Jalur Gaza menjadi penjara terbuka terbesar di dunia saat Israel semakin memperketat pengepungannya di Jalur Gaza menyusul kemenangan gerakan perlawanan Islam Hamas dalam pemilu legislatif 2006 lalu.
Israel memblokade Jalur Gaza setelah Hamas menguasai penuh seluruh wilayah Jalur Gaza pada Juni 2007.
Israel memperketat blokade jalur darat dan laut untuk mengisolasi Jalur Gaza dari akses keluar masuk menuju Tepi Barat, termasuk kota Al-Quds di mana Masjid Al-Aqsha berada, dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Israel membatasi masuknya bahan-bahan kebutuhan pokok ke Jalur Gaza, memutus pasokan listrik, menahan akses bahan bakar diperbatasan dan juga menutup pelabuhan-pelabuhan serta penyeberangan dari dan ke Jalur Gaza.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Sementara perbatasan Rafah adalah satu-satunya pintu penyeberangan melalui darat yang tidak dikontrol oleh Israel.
Namun, perbatasan Rafah hanya menjadi jalur perlintasan orang untuk keluar masuk Gaza-Mesir. (T/P02/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara