PERBUDAKAN MODERN MENINGKAT 300 PERSEN DALAM SETAHUN

Anis Hidayah (ketiga dari kiri) berbicara dalam peluncuran Global Indhex Slavery di Jakarta, Selasa. Foto: Rina/MINA
Anis Hidayah (ketiga dari kiri) berbicara dalam peluncuran Global Slavery Indhex  bersama  peneliti dari Walk Free  Australia Khatarine Bryant (kedua kiri) di Jakarta, Selasa. Foto: Rina/MINA

Jakarta, 25 Muharam 1436/18 November 2014 (MINA) – Organisasi pemerhati buruh dan perbudakan Migrant  Care melaporkan perbudakan era modern meningkat tajam dari tahun ke tahun, dan pasalnya, pada periode 2013-2014 telah meningkat sekitar 300 persen.

“Pada 2013 sebanyak 210.070 orang diperbudak di berbagai sektor, seperti pekerja rumah tangga, perikanan anak buah kapal, perhotelan dan lainnya. Untuk tahun ini meningkat jadi 714.300 orang,” kata Direktur Anis Hidayah dalam jumpa pers Global Slavery Index bersama Organisasi Walk Free di Jakarta Pusat, Selasa.

Organisasi Walk Free mengatakan walaupun peradaban dunia sudah semakin modern dan ditandai dengan berlakunya instrumen-instrumen hak asasi manusia sebagai panduan hidup bernegara dan bermasyarakat, ternyata masih berlangsung praktek perbudakan modern di berbagai sektor melintas batas negara dan benua.

Laporan itu mencatat bahwa perbudakan modern terjadi dalam bentuk eksploitasi dalam pekerjaan (seperti yang dialami anak-anak, perempuan, pelaut dan buruh migran), perkawinan di bawah umur serta eksploitasi seksual yang dialami anak-anak dan perempuan.

Anis menambahkan tingkat perbudakan di sangat menyedihkan dari tahun ke tahun. Menurut survei Global Slavery Index 2014, yang dilakukan Walk Free, Indonesia berada di posisi delapan dunia dengan jumlah korban perbudakan modern terbanyak di dunia, dari total 167 negara.

Untuk posisi pertama berdasarkan Global Slavery Index 2014 yaitu India. Kemudian diikuti oleh Tiongkok, Pakistan, Uzbekistan, Rusia, Nigeria, Kongo, Indonesia, Bangladesh, dan Thailand.

Terakhir, Anis mengatakan ini merupakan PR pemerintah dan presiden baru Jokowi untuk menahan laju yang mengerikan ini.

Menurutnya, Migrant Care telah membantu ribuan yang mendapat perlakuan tidak adil di negara-negara tujuan kerja, di mana 90 persen di antaranya adalah perempuan. (L/R04/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0