Baghdad, 23 Safar 1437/5 Desember 2015 (MINA) – Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi menuntut Turki untuk segera menarik pasukannya dari sekitar Mosul, Irak utara.
Abadi mengatakan, tidak ada izin yang telah diberikan untuk penempatan sekitar satu batalyon pasukan Turki di wilayah Nineveh, utara Mosul. Ia menilai Turki telah melanggar kedaulatan Irak.
Sejauh ini, sebagian Mosul masih berada di bawah kendali kelompok Islamic State (ISIS/Daesh).
Wartawan Al Jazeera Imran Khan, melaporkan dari Irbil yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (5/12). Ia mengatakan, tampaknya pasukan Turki telah menyeberang ke Irak atas undangan Gubernur Mosul, Atheel Nujaifi.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Saya bisa mengkonfirmasi bahwa sejumlah pasukan Turki telah menyeberangi perbatasan ke Irak Utara dan sepertinya pasukan ini diundang oleh Nujaifi, yang menjalankan sebuah milisi bernama Hashd Al-Watani (Front Mobilisasi Nasional) di pinggiran Mosul,” kata Khan.
Perkembangan terbaru menambah panjang daftar perselisihan Pemerintah Baghdad dan Ankara. Sebelumnya kedua pemerintah telah berselisih tentang pendapatan minyak dari wilayah Kurdi.
Menurut Khan, Gubernur Mosul telah menyampaikan kepada pemerintah pusat bahwa mereka membutuhkan bantuan lebih untuk melawan ISIS. Namun, jika Turki bersedia menawarkan bantuan itu, Gubernur akan menerimanya.
Kementerian Luar Negeri Irak dalam sebuah pernyataan di televisi nasional menggambarkan penyebaran pasukan Turki itu sebagai “serangan” dan ia menolak setiap operasi militer yang tidak dikoordinasikan dengan pemerintah di Baghdad. (T/P001/P2)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)