Tripoli, 7 Muharram 1435/11 November 2013 (MINA) – Perdana Menteri Libya Ali Zeidan memperingatkan rakyatnya dari kemungkinan adanya intervensi kekuatan asing, kecuali kekacauan negara saat ini berakhir.
Mengutip contoh dari Irak, Zeidan pada Ahad (10/11), memperingatkan akan adanya intervensi pasukan pendudukan asing di Libya, Al-Jazeera melaporkan yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA).
Zeidan mengatakan, negaranya masih tunduk pada resolusi Bab VII dari Piagam PBB yang memungkinkan masyarakat internasional campur tangan untuk melindungi warga sipil.
Berbicara pada konferensi pers, Zeidan meminta rakyat Libya untuk memberontak terhadap milisi bersenjata.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Orang-orang harus turun ke jalan dan mendukung pembangunan tentara dan polisi,” kata Zeidan.
Seruan Zeidan yang meminta dukungan dari publik menunjukkan kesulitan dari pihak berwenang Libya dalam menangani milisi.
“Negara belum dibangun, kita perlu waktu,” kata Zeidan, menambahkan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk mempercepat pelatihan pasukan keamanan profesional.
Pemerintah Libya telah berjuang untuk menegaskan otoritasnya terhadap mantan milisi, oposisi yang telah melukis daerah kekuasaan mereka sendiri di negara yang dibanjiri senjata jarahan dari gudang rezim terguling Muammar Gaddafi.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Meningkatnya Kekerasan
Pernyataan Zeidan muncul setelah serangkaian serangan mematikan terjadi di Tripoli dan Libya Timur selama seminggu yang lalu, sebagai tanda meningkatnya pelanggaran hukum yang melanda negara itu sejak penggulingan Gaddafi.
Sejumlah pria bersenjata membunuh dua polisi di Benghazi di Libya timur, Sabtu, sehari setelah tentara berjanji memulihkan ketertiban di kota pelabuhan yang terkena pemboman dan pembunuhan.
Dalam kekerasan terpisah, kepala pengadilan di Derna, sebuah kota di timur Benghazi, tewas akibat bom di bawah mobilnya saat ia meninggalkan rumahnya.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Sebagian besar negara telah menutup konsulat mereka di Benghazi setelah terjadi serangkaian serangan. Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya pada saat itu, Chris Stevens, dan tiga orang Amerika lainnya tewas pada September 2012 selama serangan di konsulat AS. Beberapa maskapai penerbangan asing juga telah menghentikan penerbangan ke Benghazi.
Gerakan oposisi yang menggulingkan Gaddafi dipuji sebagai pahlawan karena mengakhiri lebih dari empat dekade kediktatoran.
Tetapi banyak dari kelompok bersenjata menolak tuntutan pemerintah untuk menyerahkan senjata mereka atau bergabung dengan pasukan keamanan nasional, memunculkan ancaman terhadap stabilitas nasional.
Di bulan Oktober, sebuah kelompok milisi menculik Zeidan dari hotel di Tripoli, namun dalam waktu singkat dibebaskan kembali. (T/P09/R2).
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Julani Sampaikan Pidato Kemenangan