Oleh:Rifa Berliana Arifin, Kared Arab MINA
Di benua Afrika sana saat ini terjadi ketegangan antara Mesir vs Ethiopia. Semua berawal dari pembangunan bendungan sungai Nil oleh Ethiopia di wilayahnya sendiri yang disebut Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD). yang menurut rencana akan mulai diairi pada Juli mendatang. Pemerintah Mesir marah sehingga mengirim surat ke PBB Jumat (19/6), meminta PBB turun tangan menyelesaikan sengketa tersebut.
GERD adalah bendungan terbesar di Afrika, diluncurkan sembilan tahun lalu pada April 2011 oleh pemerintah Ethiopia bertujuan mengubah negara miskin menjadi pembangkit pusat ekonomi dan pertanian. Selain meningkatkan irigasi dan pengairan, GERD akan dapat menghasilkan tenaga listrik yang besar dengan air yang dibendungnya itu.
Lantas apa masalahnya bagi Mesir? Masalahnya bahwa bendungan GERD tersebut akan diisi oleh aliran dari sungai Nil Biru, salah satu anak sungai Nil. Sungai Nil yang besar itu adalah sumber air utama bagi Mesir.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Sungai Nil sejak zaman Firaun sampai saat ini adalah simbol peradaban Mesir alias Sungai Nil adalah detak jantung masyarakat Mesir. 99% orang Mesir tinggal di daerah-daerah yang meliputi lembah Sungai Nil. Seperempat penduduk Mesir bekerja di daerah pertanian.
Bendungan GERD ini akan menyerap dan menampung banyak sekali air Sungai Nil yang pastinya akan berpengaruh terhadap sektor ekonomi dan kehidupan sehari-hari orang Mesir. Semakin cepat bendungan itu terisi maka semakin berkurang pasokan air Mesir.
Sederhananya jika Ethiopia ingin mengisi bendungan GERD itu kurun waktu tujuh tahun, bisa dipastikan Mesir akan kehilangan 22% dari pasokan airnya yang berarti 30% dari area pertaniannya hilang. Dan ekstrimnya jika Ethiopia berambisi lebih cepat menyedot dan mengambil air sungai Nil tersebut dalam kurun waktu 3 tahun, maka Mesir akan kehilangan 50% dari pasokan airnya dan 67% dari area pertaniannya hilang.
Jadi sudah sangat jelas bahwa Bendungan GERD ini akan merugikan Mesir. Pantas selama ini siapapun presidennya baik Morsi atau al-Sisi tidak senang dengan proyek ini, meski dilematisnya proyek bendungan Ethiopia tersebut sudah mengantongi “izin” dari Saudi dan UEA. Kedua negara petro dolar itu sudah sepakat untuk impor tenaga listrik dari bendungan GERD di Ethiopia. Pemerintah al-Sisi adalah sekutu Arab Saudi. Jadi Mesir tidak memiliki taring dalam negosiasi dengan Ethiopia, sehingga akhirnya Mesir mengadu ke PBB.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Asia Selatan, Palestina
Sementara beralih ke Asia Selatan, sebenarnya ketegangan India – China yang terjadi belakangan ini berkaitan juga dengan kepentingan sungai /air. Demikian juga konflik India – Pakistan di Kashmir bermuara pada perebutan kepentingan di kawasan hulu Sungai Indus di Kashmir.
Sungai Indus adalah sumber air utama bagi Pakistan seperti halnya Sungai Nil bagi Mesir. Pakistan juga adalah negara yang mempunyai tingkat ketergantungan pada pertanian. Kalau kita paham maka bisa dibayangkan jika penduduk Kashmir sepenuhnya warga India atau wilayah yang sepenuhnya berada di bawah otoritas India, apa yang akan terjadi dengan Pakistan negara yang mayoritas muslim itu? Kapanpun India boleh tutup aliran air Indus untuk Pakistan.
Soal kenapa China ikut campur dan berkonflik dengan India? Bahwa setelah India Britania dibagi menjadi India dan Pakistan yang diberi kemerdekaan tahun 1947, Pakistan terus menaklukkan dan menguasai bagian timur Kashmir. Di sinilah kepentingan China masuk karena bagian timur Kashmir berbatasan dengan Xin Jiang dan Tibet sehingga bisa disambungkan, maka China sangat berkepentingan sekali mendukung Pakistan dalam konflik India-Pakistan di Kashmir.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Hal itulah yang membawa perselisihan antara China dan India. Maka India pun diam-diam mendukung gerakan Buddha di Tibet untuk mendapatkan kemerdekaan dari China.
China tidak akan lepaskan Tibet merdeka karena wilayahnya juga berkaitan dengan sumber air, Dataran Tinggi Tibet (Tibetan Plateau) adalah hulu Sungai Kuning (Huang He) dan Sungai Yangtse, dua sungai utama China. Jika Tibet menjadi negara merdeka, pastinya AS, India dan Jepang membuat kesepakatan dengan Tibet untuk meghentikan sumber air dari China. Maka selesailah China.
Sementara di Timur Tengah, rancangan Israel untuk menganeksasi kawasan Lembah Yordan di Tepi Barat pun ternyata ada kaitannya dengan sungai. Israel menginginkan menguasai sumber air Sungai Jordan, bukan Tepi Barat saja malah kalau bisa di Tepi Timur yang berada di Yordan, kedua jalur air itu ingin dikuasainya.
Orang Indonesia yang terhampar lautan dan banyaknya jalur sungai tidak akan bisa merasakan perebutan berkonflik oleh sebab karena sumber / jalur air. Tapi bagi negara lain, air adalah sumber daya alam yang sangat vital, dengannya sebuah negara bertahan dan berkembang, di sisi lain menjadi usaha dalam bertahan dan menjaga stabilitas keamanan.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Agama Islam telah memberitahukan jauh hari tentang pentingnya air, dalam firman Allah SWT,“Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30).
Sifat manusia yang selalu condong ingkar dan khianat, maka pantas jika kecondongannya atas yang dilakukan adalah merampas, menjarah, menaklukan dan mengkhianat dibandingkan berunding, bersepakat dan saling memahami. (A/RA-1/P1)
Miraj News Agency (MINA)
Sumber :
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
https://www.nbcnews.com/news/world/egypt-calls-u-n-intervention-after-talks-stall-ethiopia-s-n1231633
https://www.nationalgeographic.com/magazine/2020/07/the-indus-river-is-a-lifeline-for-millions-this-map-shows-the-threats-it-faces-feature/
https://www.israelhayom.com/2020/06/21/palestinians-fear-displacement-from-jordan-valley-sovereignty-bid/
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?