Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan dan Peradaban 

Rana Setiawan - Jumat, 24 Mei 2024 - 21:14 WIB

Jumat, 24 Mei 2024 - 21:14 WIB

35 Views

المسلمة والمسجد - ruangmuslimah.co -

Oleh Siti Halimatus Sa’diyyah, M.Pd.; Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor

Beberapa kedudukan perempuan dalam Islam menurut Qasim Amin yang disebutkan dalam buku “Produktivitas Ekonomi Perempuan dalam Kajian Islam dan Gender” karya Khusniati Rofiah yaitu: kedudukan perempuan sama dengan pria dalam kesempatan beriman, beramal saleh atau beribadah (sholat, zakat, berpuasa, berhaji) dan sebagainya.

Kedudukan perempuan sama dengan pria dalam berusaha untuk memperoleh, memiliki, menyerahkan atau membelanjakan harta kekayaannya. Kedudukan perempuan sama dengan pria untuk menjadi ahli waris dan memperoleh warisan, sesuai pembagian yang ditentukan.

Kedudukan perempuan sama dengan pria dalam memperoleh pendidikan dan ilmu pengetahuan.Kedudukan perempuan sama dengan pria dalam kesempatan untuk memutuskan ikatan perkawinan, jika syarat untuk memutuskan ikatan perkawinan itu terpenuhi atau sebab tertentu yang dibenarkan ajaran agama, misalnya melalui lembaga fasakh dan khulu’ karena suaminya zhalim, tidak memberi nafkah, gila, berpenyakit yang mengakibatkan suami tak dapat memenuhi kewajibannya, dan sebagainya.

Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga

Wanita adalah pasangan pria, hubungan mereka adalah kemitraan, kebersamaan, dan saling ketergantungan. Kedudukan perempuan sama dengan kedudukan pria untuk memperoleh pahala (kebaikan bagi dirinya sendiri), karena melakukan amal saleh dan beribadah di dunia.

Amal saleh yang dimaksud adalah segala perbuatan baik yang diperintahkan agama, bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, lingkungan hidup, dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Hak dan kewajiban perempuan-pria, dalam hal tertentu sama dan dalam hal lain berbeda karena kodrat mereka yang sama dan berbeda pula.

Keistimewaan Perempuan dalam Islam

Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri

Merangkum buku “Muslimah Itu Spesial” oleh Aini Zakiyya Hatsi, ada beberapa keistimewaan perempuan yang dijelaskan melalui Al-Quran, perempuan adalah makhluk mulia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah An-Nisa ayat 34:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا

Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Maha besar.”

Perempuan dan Peradaban

Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak

Di antara kita tentu pernah membaca atau mendengar istilah yang mengatakan, “Wanita adalah tiang negara. Jika ingin menegakkan negara, maka lindungilah wanita. Dan jika ingin menghancurkan negara, hinakanlah wanita”. Dari istilah tersebut, tersirat pesan mendalam tentang krusialnya peran perempuan dalam menentukan peradaban suatu negara.

Beberapa fenomena yang sering kita temukan, Ketika seorang perempuan kuliah, lalu justru pada akhirnya menjadi guru honorer seadanya, kadang membuat orang dengan mudahnya berkata bahwa pendidikan yang pernah ditempuh hanya membuang-buang uang saja dan mengecewakan kerja keras orang tua.

Mereka memandang, bahwa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi adalah sebuah kesalahan besar, bagi seorang perempuan yang akhirnya menjadi seorang ibu rumah tangga.

Katanya: “Percuma sekolah tinggi ,tapi gajinya kecil.” “Percuma kuliah, tapi masih susah dapat kerja.” “Percuma kuliah, toh lebih banyak yang ga kuliah pun gajinya lebih besar contohnya bekerja di pabrik.” “Percuma s1, tapi hidup masih susah.” “Percuma s2, tapi tak nikah-nikah.”

Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman

Dan seterusnya, orang-orang selalu berfikir, dengan bersekolah tinggi semua kepahitan hidup akan selesai saat itu juga.

Mereka lupa bahwa semangat perubahan bisa saja diturunkan pada anak-anak. Mereka lupa bahwa awal peradaban adalah perempuan yang luas akan ilmu pengetahuan, yang luas akan pengalaman. Mungkin, hari ini hidupnya belum berubah, tapi setidaknya dia sudah tahu bagaimana cara mendidik anaknya dengan baik dan bagaimana cara mendidik dirinya sendiri dengan baik.

Mereka mungkin lupa bahwa peradaban yang sejahtera berawal dari “rumah” ini bukan tentang suatu bangunan yang kokoh dan kuat, tetapi tentang ‘siapa yang ada di dalam rumah’.

Puncak pencapaian seorang perempuan tentu saja,setinggi apapun pendidikan perempuan, karir terbaiknya adalah dirumah, menjaga diri untuk kedamaian suaminya, mendidik, serta mencetak generasi anak yang solih dan juga solehah. Sebanyak apapun penghasilan perempuan, bayaran termahalnya adalah ridho suami.

Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seandainya aku (diperkenankan) memerintahkan seseorang untuk bersujud keapda orang lain, maka pasti aku akan perintahkan para wanita untuk bersujud kepada suaminya, dikarenakan Allah SWT telah menjadikan bagi mereka (para suami) kelebihan hak terhadapnya.” (HR. Abu Daud).

Katanya perempuan itu kalau tidak sibuk dengan belajar dan agamanya, dia akan disibukkan dengan perasaanya. Tiga perempat dari perempuan itu tentang perasaan hingga itu menjadi kelemahan terbesarnya. Ini yang membuat kita seringkali mendramatisasi keadaan dan rasa sakit yang ujungnya menjadi penyakit untuk diri sendiri. Jadi, mari cari kesibukkan yang seharusnya.

Enam puluh tahun itu singkat jangan hanya waktu yang singkat ini terbuang sia-sia. Kita, para wanita akan menjadi sekolah pertama bagi anak generasi kita nantinya, kita para wanita akan membangun rumah tangga dan akan menjadi keteduhan untuk suatu rumah esok hari. Mari terus belajar , apapun itu, selama itu baik jangan pernah takut untuk mencoba.

Peradaban bermula dari rumah. Tugas seorang istri yang merangkap sebagai ibu sangat berat. Dia adalah menteri pendidikan, menteri kesehatan, menteri agama, menteri keuangan dan menteri lainnya.

Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta

Sebab itu, sudah seharusnya seorang istri atau ibu cerdas, kenapa ? karena akan menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan bisa berdedikasi penuh dengan tugasnya.

Keberhasilan itu bukan dengan menghasilkan banyaknya nominal atau yang paling banyak menumpuk ijazah, tapi bagaimana mendidik generasi dengan akhlak dan intelektual yang berkualitas.

Tujuan perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki, tetapi untuk membangun generasi. Anak yang terdidik lahir dari ibu yang terdidik pula, karena perempuan dan laki-laki punyak hak yang sama dalam pendidikan.

Jika keduanya bisa berjalan beriringan, mengapa salah satunya harus merasa tersaingi. Karena tujuan dari pada pendidikan yang dibangun oleh seorang istri mencetak generasi yang bisa menjadikan umat yang bermanfaat bagi yang lainnya.

Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa

Ilmuwan saraf dari The Kennedy-Kriger Institute di Baltimore, Christine Hohmann, mengatakan bahwa Gen adalah batu bata yang merupakan bahan bangunan otak,sedangkan lingkungan adalah arsiteknya. Menurut penelitian, kecerdasan anak menurun dari sang ibu.

Para ilmuwan yang melakukan studi menemukan bahwa kromosom X bertanggungjawab atas kecerdasan seorang anak. Studi ini juga terkait dengan studi sebelumnya yang menemukan bahwa wanita mereka memiliki dua kali lipat jumlah kromosom X (laki-laki hanya memiliki satu), lebih mungkin mewariskan gen kecerdasan kepada anak-anak mereka.

Penelitian tersebut juga mengatakan bahkan jika ayah menyumbangkan beberapa gen kecerdasan untuk anaknya, kemungkinan gen tersebut tidak akan berdampak banyak pada otak anak. Gen kecerdasan hanya akan bekerja ketika itu berasal dari sang ibu.

Jadi tutuplah telinga jika ada yang meremehkanmu “sarjana tapi di rumah aja”. Tidak ada yang sia-sia dari “sekolah yang tinggi” bahkan jika kamu memilih untuk menjadi ibu rumah tangga full-time, karena menjadi perempuan cerdas dan menempuh pendidikan tinggi justru menjadi bekal mendapatkan buah hati yang cerdas IQ tinggi sehingga ia punya kemungkinan sukses di masa depan.

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

Perempuan wajib berpendidikan tinggi, berwawasan luas dan memiliki kecerdasan yang baik, karena ternyata anak cerdas kuncinya terlahir dari ibu yang cerdas. Seperti yang kita tahu, kecerdasan anak tergantung pada banyak hal, secara internal maupun eksternal.

Secara eksternal, anak mendapatkan kecerdasan otaknya dari kebiasaan rajin belajar atau lingkungan yang mendukung untuk menyerap banyak ilmu pengetahuan. Secara internal, faktor utamanya adalah gen orangtua, baik dari ayah maupun ibu.

Tidak mengejutkan jika kecerdasan orangtua bisa menurun kepada anak. Dan ibu berperan dalam membangun kecerdasan anak.

Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak. Keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak serta perkembangannya, karena sejak awal kehadirannya didunia ,seorang anak banyak bergaul dengan ibunya.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

Ibu yang memenuhi segala kebutuhan dan melayaninya,sehingga apapun yang dilakukan ibu menjadi tonggak yang berdiri kokoh dalam jiwa anak.

Nabi bersabda: Ibu adalah madrasahnya anak (tempat belajar anak). Terakhir ada kata-kata bagus dari seorang aktris yang bisa kita ambil, entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu.

Pada intinya Perempuan memegang peran penting dalam strategi untuk membangun peradaban. Perempuan adalah tiang negara. Perempuan harus kuat dan cerdas dalam menghadapi tantangan global.[]

 

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Indonesia
Kolom
Khadijah