Jakarta, MINA – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Perempuan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menyatakan ada hal yang keliru dalam pelaksanaan pola asuh (parenting) di Indonesia, sehingga harus ada evaluasi atas pelaksanaan pola asuh oleh orang tua kepada anak-anaknya agar dapat diperbaiki.
“Jika melihat banyaknya kasus-kasus yang terlihat saat ini, maka Perempuan ICMI menilai perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap pola asuh orang tua kepada anak-anaknya khususnya dalam akhlak Islam saat ini agar kekeliruan itu tidak berkelanjutan,” ujar Ketua DPP Perempuan ICMI, Welya Safitri dalam sambutannya pada kegiatan Bedah Buku berjudul “50 Solusi Parenting Tanpa Pening” pada Kamis (18/7) di Gedung ICMI Center, Jakarta.
Welya juga menilai, banyaknya kasus-kasus kriminalitas saat ini terjadi akibat salah dalam pola asuh pelakunya saat kecil, dan jika dibiarkan maka dikhawatirkan akan membahayakan nasib generasi Indonesia yang jauh dari nilai-nilai adab dan akhlak Islam.
“Ada kasus anak membunuh ibu kandungnya, ada istri membunuh suaminya yang terlibat judi online, ada angka bunuh diri anak dan remaja yang begitu tinggi akibat judi online, wabah pornografi dan LGBT dan kasus-kasus lainnya yang muncul dipermukaan media saat ini, itu indikator bahwa penyebab utamanya adalah kesalahan pola asuh yang selama ini diterima,” terang Welya.
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Karena itu, Perempuan ICMI mengajak agar seluruh pihak aktivis perempuan saat ini berpikir keras dan bergerak bersama untuk merumuskan solusi atas kekeliruan praktik pola asuh tersebut.
“Perempuan menjadi ujung tombak pola asuh, karena memang kaum perempuan yang paling banyak terlibat dalam pola asuh anak dan paling sering bertemu anak-anaknya. Karena itu, para Ibu harus meningkatkan pendidikannya terutama keterampilan dalam pola asuh dalam mengawal perkembangan jiwa anak,” ujar Welya.
Dalam kesempatan itu, Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Prof Euis Sunarti mengatakan bahwa kegagalan pola asuh saat ini adalah karena adanya anggapan bahwa keterampilan pola asuh belum dianggap penting oleh para orangtua di Indonesia.
“Keterampilan pola asuh harus dimiliki para Ibu, dan pelaksanaannya harus seimbang dalam kuantitas dan kualitasnya, sehingga pengasuhan akan membentuk karakter yang baik bagi anak,” kata Euis.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
Selain itu, beberapa kekeliruan yang kerap dilakukan dalam pola asuh adalah inkonsisten, kurang persisten dan pola pengasuhan yang berhenti sebelum dilakukan secara lengkap.
“Kita mendorong agar para orang tua harus memiliki keterampilan materi pengasuhan yang baik, baik moral dan spiritual,” tegas Euis.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak