Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan Muslim AS Takut Kenakan Jilbab di Bawah Kepemimpinan Trump

Admin - Ahad, 13 November 2016 - 15:54 WIB

Ahad, 13 November 2016 - 15:54 WIB

580 Views ㅤ

(Foto: AFP/Ahmad Al-Rubaye)

Texas, 13 Shafar 1438/13 November 2016 (MINA) – Wanita Muslim di Amerika Serikat menyuarakan ketakutan untuk memakai jilbab di bawah kepemimpinan trump/">Donald Trump yang akan dilantik menjadi Presiden AS ke 45 pada 20 Januari mendatang.

Menurut laporan koran Khaleej Times,  beberapa Muslim khawatir tentang anak-anak mereka yang mungkin akan mengalami intimidasi di sekolah setelah kemenangan Trump yang diketahui anti-Islam.

Beberapa wanita lain, takut memakai jilbab di depan umum yang akan mengundang serangan fisik. Sebagaimana yang diberitakan IINA dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.

Seorang editor Muslim Patheos, website yang memberitakan tentang keagamaan, Dilshad Ali, mengatakan dirinya tidak pernah takut memakai jilbab sampai Trump akhirnya terpilih sebagai presiden.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

“Saya terbangun hari ini, dan apa yang saya takutkan terjadi,” katanya kepada CNN.

Ketakutan yang sama diungkapkan oleh Wardah Khalid, seorang penulis dan analisis kebijakan luar negeri.

“Mimpi buruk itu terjadi, seorang pria yang fanatik, benci terhadap wanita dan meminta Muslim dan minoritas meninggalkan negara ini,” katanya.

“Semua dari kita benar-benar khawatir. Saya takut atas keselamatan anak dan istri saya yang berjilbab keluar rumah, minoritas di mana-mana berjuang untuk memahami apa yang terjadi,” kata Qadhi.

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Sementara itu, Sahar Aziz seorang profesor di Fakultas Hukum A&M University di Texas mengatakan pemilihan Trump merupakan agresi yang kurang toleransi dan insklusif ke AS.

“Kita seperti kembali ke peristiwa 9/11,” kata Sheikh Hamza Yusuf, seorang sarjana dan pendiri Zaytuna College, college Muslim pertama yang terakreditasi negara itu.

Menurut survei terbaru pada tahun 2016, ada 3,3 juta Muslim yang tinggal di Amerika Serikat, atau sekitar 1 persen dari total penduduk.

Sejak hampir setahun yang lalu, Trump mengatakan dalam pidato-pidato kampanyenya, jika ia menjadi presiden, ia akan menyerukan larangan Muslim datang ke AS, dan kata-kata itu masih beresonansi dengan Muslim Amerika sekarang, setelah ia dinyatakan memenangkan pemilihan Presiden AS. (T/P004/P2)

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Amerika
Internasional