Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana Militer AS Gunakan Perang Ukraina ‘Peluang Penelitian’ Konflik Masa Depan

Rudi Hendrik - Sabtu, 24 Februari 2024 - 07:09 WIB

Sabtu, 24 Februari 2024 - 07:09 WIB

1 Views

Kapal penjelajah rudal Rusia Moskva setelah dihantam oleh rudal Ukraina, sebelum tenggelam, 14 April 2022. (Media sosial)

Washington, MINA – Para perencana militer AS menggunakan perang Ukraina sebagai “peluang penelitian yang aktif dan berlimpah” untuk mempersiapkan konflik dengan musuh yang lebih canggih di masa depan, seperti Rusia atau Tiongkok, demikian The Washington Post, mengutip para pejabat.

Surat kabar tersebut mengutip studi rahasia selama setahun mengenai pembelajaran dari kedua belah pihak dalam operasi berdarah tersebut. Press TV melaporkan.

Surat kabar itu mengatakan bahwa hal ini akan membantu menginformasikan Strategi Pertahanan Nasional berikutnya.

Studi tersebut dipimpin oleh 20 perwira yang memeriksa lima bidang: manuver darat, kekuatan udara, peperangan informasi, kekuatan yang menopang dan mengembangkan pasukan, serta kemampuan tembakan jarak jauh, kata Post.

Baca Juga: Australia, Selandia Baru, dan Kanada Desak Gencatan Senjata di Gaza

“Kami melibatkan mereka dalam konflik ini untuk memastikan mereka memahami dampak peperangan,” kata seorang pejabat senior militer yang tidak disebutkan namanya kepada surat kabar tersebut.

Pejabat lain mengatakan, pelajaran yang diambil dari Ukraina akan menjadi “sumber daya yang abadi.”

“Ukraina telah menunjukkan bahwa semua yang dilakukan pasukan AS di lapangan – mulai dari perencanaan misi dan patroli hingga teknologi yang memungkinkan hampir setiap tugas militer – perlu dipikirkan kembali,” kata surat kabar itgu mengutip pernyataan para pejabat.

Washington dan mitra NATO-nya memandang Ukraina sebagai perang proksi untuk melemahkan Rusia. Meskipun pemerintahan Biden menggembar-gemborkan kebijakan ini adalah “untuk Ukraina”, padahal hal itu sangat merugikan negara tersebut.

Baca Juga: Kelompok Pro Palestina di Prancis Rencanakan Aksi Protes di Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Pada bulan-bulan awal perang, Pemerintah Kiev hampir mencapai kesepakatan dengan Moskow untuk mengakhiri konflik dan pasukan Rusia akan mundur ke garis sebelum invasi. Namun, Washington dan London menekan kepemimpinan Ukraina untuk meninggalkan jalur diplomatik.

Sejak itu, Rusia telah mencaplok empat wilayah di Ukraina dan terus bergerak maju di wilayah-wilayah penting di sepanjang garis depan. Ukraina sedang berjuang untuk mempersenjatai pasukannya dan telah menderita 500.000 korban jiwa.

Baru-baru ini, perang meningkat menjadi serangan terhadap kota-kota di saat Ukraina mengalami kerusakan infrastruktur yang parah. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ratusan Aktivis Yahudi Amerika Serukan Negaranya Embargo Senjata ke Israel

Rekomendasi untuk Anda