Perguruan Tinggi Harus Jadi Agen Revolusi Mental

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI), Puan Maharani saat menggelar seminar bertajuk “Revolusi Mental Sebagai Intervensi Sosial” di Auditorium Gedung H FPsi Universitas Indonesia (UI) (Foto: UI)
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI), saat menggelar seminar bertajuk “Revolusi Mental Sebagai Intervensi Sosial” di Auditorium Gedung H FPsi Universitas Indonesia ()
(Foto: UI)

Depok, 18 Jumadil Awwal 1437/26 Februari 2016 (MINA) – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI), Puan Maharani mengatakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi diberlakukan, sehingga persaingan perdagangan dan tenaga kerja terbuka lebar bagi siapa saja.

Hal ini disampaikan Puan Maharani saat menggelar seminar bertajuk “Revolusi Mental Sebagai Intervensi Sosial” di Auditorium Gedung H FPsi Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu, demikian laman resmi UI yang di kutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Dalam seminar tersebut di hadiri oleh Prof. Hamdi Muluk, M.Si. selaku ahli Psikologi Politik sekaligus anggota Pokja Revolusi Mental, Erita Narhetali, dosen Magister Terapan Psikologi Intervensi Sosial, Hoyok Riyo Sudibyo selaku Bupati Batang, Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M. Agr., Bupati Bantaeng, dan Ir. Hugua, Bupati Wakatobi.

Seperti dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja Indonesia yang mengenyam bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah hanya mencapai angka 65%, sedangkan tingkat pendidikan di angkatan kerja kurang dari 10%.

“Tenaga kerja kita memiliki kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan yang rendah, sehingga menyebabkan produktivitas rendah dan daya saing lemah di tengah masyarakat global yang menuntut kualitas tenaga kerja yang excelent di bidangnya,” tutur Puan.

Sementara itu, menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. mengatakan bahwa seminar tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu untuk membumikan konsep kebudayaan dalam berperilaku.

“Kebudayaan memiliki spektrum yang sangat besar, yang tidak hanyalah intuisi dan mimpi. Pendidikan memiliki peran sebagai alat diplomasi, bounding power, dan mengikat Indonesia dalam kebudayaan,” ujarnya.

Puan Maharani, menambahkan bahwa pendidikan tingkat tinggi merupakan salah satu . Selain itu, perguruan tinggi juga berperan penting untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai daya saing.

“Saya menunggu apa yang bisa Universitas sumbangkan untuk revolusi mental. Ini merupakan program nasional jangka panjang, yaitu gerakan segenap rakyat, gerakan hidup baru yang menggelorakan kembali idealisme, gotong-royong, dan api cita-cita proklamasi,” kata Puan.

Menurut Menko PMK RI tersebut, pendidikan tinggi di Indonesia masih rendah dalam hal inovasi dan teknologi. Selain itu, selama ini, gagasan antarorganisasi, lembaga atau perguruan tinggi masih terpencar-pencar. “Gagasan tidak bisa berinovasi dan terintegrasi antarperguruan tinggi lainnya, terasa ada barier,” imbuhnya.

Puan mengharapkan, gagasan-gagasan itu dapat diintegrasikan dan disinergikan untuk mendapatkan suatu gagasan besar. Menurutnya, pemerintah dan perguruan tinggi harus sama-sama menyukseskan program revolusi mental agar terbentuk karakter banga yang berintegritas, beretos kerja tinggi, dan bergotong-royong.

“Apabila dapat menjalankan gerakan ini dengan sepenuh hati, kita akan menjadi bangsa yang besar sesuai dengan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkasnya. (T/ima/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.