Perhelatan Pekan Film Indonesia Ditutup di Damaskus

, 5 Muharram 1438/6 Oktober 2016 (MINA) – Rangkaian perhelatan Pekan Film Indonesia di berakhir di Kota Damaskus pada 5-7 Oktober 2016, setelah sukses digelar di kota Lattakia dan Homs.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) menggelar puncak rangkaian perhelatan Pekan Film Indonesia di Gedung Opera Damaskus, Suriah.

Pembukaan dihadiri Menteri Kebudayaan Suriah Muhammad Al-Ahmad, Duta Besar RI untuk Suriah Djoko Harjanto, dan para duta besar dari Belarusia, Filipina, Tiongkok, Kuba, dan Mesir. Sekitar 400 tamu memenuhi penayangan film “Habibie-Ainun” di Gedung Opera yang berada di jantung ibukota Damaskus.

“Film merupakan salah satu bentuk ekspresi peradaban,” ujar Menteri Kebudayaan Suriah Muhammad Al-Ahmad yang juga dikenal sebagai kritikus film Arab. Kantor Berita Islam MINA melaporkan dari sumber KBRI Damaskus, Kamis (6/10).

“Selain membawa warna baru bagi rakyat Suriah, Pekan Film Indonesia adalah jembatan antar kebudayaan yang berhasil mendekatkan Indonesia yang jauh di mata, tetapi dekat di hati rakyat Suriah,” ujarnya.

Dubes Djoko Harjanto, menyampaikan bahwa kondisi krisis tidak menghalangi KBRI untuk menyelenggarakan Pekan Film itu.

“Tidak hanya pertama kali diselenggarakan di Suriah, Pekan Film Indonesia juga berhasil mengenalkan Indonesia kepada ribuan orang di tiga kota terbesar di Suriah ini, katanya.”

Sepanjang berkeliling di Kota Lattakia, Kota Homs, dan Kota Damaskus, Pekan Film Indonesia menjadi buah bibir di media massa, kalangan korps diplomatik, dan khalayak ramai. Puluhan media massa menyiarkan perhelatan pekan film Indonesia dan mengulas film-film Indonesia di media massa, juga menjadi pembicaraan di media sosial.

ffp
Pekan Film Indonesia di Damaskus, Suriah (KBRI Damaskus)

Seusai menonton film “Habibie-Ainun”, Dirjen Perfilman Suriah Murod Shahen tidak menyangka bahwa film Indonesia memiliki kualitas yang sangat baik.

“Saya kagum dengan film Habibie-Ainun. Saya mengharapkan film-film berkualitas tinggi seperti ini dapat dinikmati semakin luas bagi rakyat Suriah di layar televisi dalam bentuk film seri atau sinetron,” ujarnya.

Sementara itu, Abir Abdul Kadir, seorang ibu rumah tangga, tidak berhenti menangis setelah menonton film Habibie-Ainun. “Sangat menyentuh dan mengharukan,” tuturnya sambil menyeka air mata. “Sebuah contoh tokoh yang mengagumkan. Habibie sangat mencintai dan setia pada istrinya Ainun, juga seorang patriot negara dan ilmuwan jenius,” imbuhnya.

Ditambahkan oleh Pejabat Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi, menyelenggaraan Pekan Film Indonesia di Damaskus merupakan perhelatan terakhir dari rangkaian Pekan Film Indonesia di Suriah.

Sebelumnya, pekan film pertama Indonesia di Suriah digelar di Lattakia (21-23 Oktober 2016), Homs (28-30 Oktober 2016), dan Damaskus (5-7 Oktober 2016). Sebanyak tiga film diputar berkeliling di kota-kota tersebut, yaitu Habibie-Ainun (MD Pictures), 5 cm dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (Soraya Intercine). KBRI Damaskus telah mendapatkan izin hak siar dari masing-masing production house untuk memutar film-film tersebut di teater.

Mencermati kesuksesan Pekan Film Indonesia tahun ini, KBRI Damaskus merencanakan akan menggelar acara kebudayaan yang lebih besar dan meriah tahun depan.

“Bukan hanya film, tetapi juga seni musik, rupa, tari, dan lukis dalam suatu kemasan Festival Kebudayaan Indonesia dengan menghadirkan maestro dari Indonesia,” ujar AM Sidqi.

“Tentu saja, kita berharap kondisi Suriah sudah lebih aman dan damai ke depannya,” harapnya. (L/P4/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.