Oleh : Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA
Tanggal 15 Mei 2022, rakyat Palestina memperingati 74 tahun Hari Nakbah (Nakba Day) 1948. Peringatan untuk menegaskan hak untuk kenbali ke tanah airnya sendiri, menolak pemukiman illegal Yahudi, dan menunjukkan bahwa perlawanan terhadap pendudukan tidak akan pernah berhenti.
Peringatan Hari Nakbah tahun ini juga ditandai dengan terbunuhnya wartawati senior di medan konflik, Shireen Abu Aqleh, pada Rabu (11/5/2022). Kesyahidan pemuda Palestina, Walid Al-Sharif (23 tahun), Jumat (14/5), akibat luka yang dideritanya oleh serangan pendudukan sejak Ramadhan kemarin, turut menandai Hari Nakbah tersebut.
Kelompok kuil yang terdiri dari para pemukim ekstremis terus melakukan penyerangan sentral terhadap Masjidil Aqsa. Mereka mengklaim untuk memperingati Paskah Ibrani Kedua.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Hari Nakbah menandai agresi Zionis yang menyebabkan perpindahan sekitar 950.000 orang Palestina dari tanah air dan tanah mereka, melakukan 250 pembantaian dan menghancurkan sekitar 531 desa.
Tahun ini Palestina mengetengahkan tema sentral peringatan “Cukup 74 tahun ketidakadilan dan standar ganda,” yang menunjukkan adanya ketidakadilan ganda rakyat Palestina yang ditimbulkan oleh pendudukan Israel dalam kejahatannya dan ketidakmampuan masyarakat internasional untuk menerapkannya keputusannya. (Al-Ghad, edisi 14 Mei 2022).
Berbagai kegiatan diadakan meliputi kegiatan publik, seni dan warisan, pameran, pertunjukan artistik, seminar, malam budaya dan sastra, kompetisi menggambar dan festival.
Pemerintah di pusat kota Ramallah pada Ahad, 15 Mei 2022 ini akan mengadakan upacara dengan mengheningkan cipta selama 74 detik mewakili 74 tahun Nakbah. Acara dilanjutkan Pawai Hak Kembali dari depan makam pejuang Palestina, Yasser Arafat, ke Al-Manara Square di tengah kota Ramallah.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Peluit duka dan takbir juga akan dibunyikan melalui masjid, televisi resmi dan radio lokal, dan lonceng gereja akan berbunyi.
Festival pusat juga akan diselenggarakan di Jalur Gaza. Sementara acara budaya, seni dan pameran warisan diselenggarakan di mancanegara.
Di situs jejaring sosial dan platform elektronik dipenuhi dengan slogan-slogan yang menegaskan kepatuhan terhadap hak untuk kembali. Kampanye elektronik bertujuan mengirim pesan kepada dunia tentang kelanjutan Hari Nakbah dan hak untuk kembali bagi rakyat Palestina. Kampanye mendesak pembatalan undang-undang pembatasan oleh pendudukan, dan mengkritik standar ganda masyarakat internasional terhadap nasib Palestina.
Menurut Pusat Informasi Palestina, sejak Hari Nakbah 1948 hingga kini, pasukan Zionis telah menguasai 774 desa dan kota Palestina, dengan 531 di antaranya dihancurkan sepenuhnya. Landmark budaya dan sejarah tempat-tempat itu juga dilenyapkan, dan sisanya menjadi sasaran entitas pendudukan dan untuk pemukiman illegal Yahudi.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Tahun Nakbah hingga kini juga menyaksikan lebih dari 70 pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Zionis, yang difasilitasi pemerintah Inggris dengan senjata dan dukungan, seperti pembantaian Deir Yassin dan Tantoura, dengan lebih dari 15.000 syuhada.
Pengusiran dan Pengungsian
Peringatan tragedi Hari Nakbah (yaum al-nakbah) bermakna malapetaka pengusiran, tahun ini diwarnai dengan aksi kekerasan pendudukan terhadap warga di Kawasan Masjdil Aqsa dan sekitarnya, termasuk Kota Tua Yerusalem, Jenin, dan Sheikh Jarrah.
Aktivis Hak Asasi Manusia menyebut, tindakan Israel ini sebagai pembersihan etnis (etnic cleansing), yang merupakan pelanggaran hak asasi yang terang-terangan di mata dunia internasional.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Menurut Pusat Data Statistik Palestina, jumlah pengungsi Palestina yang tercatat pada Badan PBB untuk Bantuan Pengungsi Palestina UNRWA (United Nations Relief and Works Agency), sampai Januari 2014 saja berjumlah sekitar 5,4 juta pengungsi, atau sekitar 41,2 persen dari penduduk Palestina sekitar 12,1 juta orang. Jumlah ini pun masih merupakan perkiraan terendah jumlah pengungsi Palestina.
Dari jumlah tersebut jumlah pengungsi yang berusia kurang dari 15 tahun mencapai 39,9 % dan usia lansia mulai 60 tahun ke atas, berjumlah 4,2%.
Jumlah ini adalah yang terbanyak dari jumlah pengungsi yang ada di dunia, juga pengungsi ini yang paling lama mengungsi dan terusir dari kampung halamannya.
Di negara-negara penampung, pengungsi Palestina mendapat perlakuan yang berbeda-beda. Ada yang disetarakan dengan warga negara di mana tempat mereka mengungsi. Namun tidak sedikit dari mereka yang menderita, tidak bisa mendapatkan hak untuk bekerja meskipun pengungsi tersebut memiliki kapasitas yang mumpuni, kecuali pekerjaan-pekerjaan kasar.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Perjuangan Palestina
Kini generasi keempat atau kelima Palestina sejak 1948, yang tak mengalami langsung tragedi Hari Nakbah 1948, akan tetap konsisten untuk mengambil hak mereka untuk kembali (global return) dan memiliki negara merdeka sendiri dengan Yerusalem sebagai ibukota abadinya.
Generasi baru Palestina, di dalam dan di luar Palestina, ketika ditanya dari mana mereka berasal, mereka pasti tetap akan menjawab dengan kota atau desa nenek moyang mereka lahir, bukan tempat mereka tinggal sekarang.
“Peringatan yang tidak boleh dilupakan oleh generasi kini,” kata anggota Dewan Revolusi Fatah, Dr. Abdel-Hakim Awad dalam laporan Fatehgaza Media.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
“Peringatan Hari Nakbah tiap 15 Mei, adalah hari yang harus selalu diingat dalam kaitan dengan Deklarasi Balfour, yang memberikan hak yang tidak pantas bagi penjajah atas reruntuhan orang tak berdaya yang diusir dari rumah mereka,” katanya.
Komunitas Palestina di mancanegara juga tidak tinggal diam. Mereka segera dan ikut bergerak bergabung dalam berbagai aksi dan acara yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi dalam peringatan Hari Nakbah.
Ini mengingatkan bahwa adalah kewajiban rakyat Palestina di seluruh dunia untuk mengibarkan panji perlawanan menghadapi Zionis, dan inilah saatnya bagi diaspora Palestina untuk merebut kembali peran integralnya dalam perjuangan pembebasan Palestina.
Warga Palestina di berbagai belahan dunia percaya bahwa mereka akan kembali ke tanah airnya, tanah dan wakaf kaum Muslmin, tidak peduli entah berapa tahun, puluh atau ratusan tahun lagi mereka akan mengambilnya.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Kekuatan keyakinan mereka melebihi keyakinan Yahudi Israel tatkala hendak merebut Palestina sejak 1897 hingga 1948 saat itu.
Kota dan desa boleh saja dihancurkan, kunci-kunci boleh pula dihilangkan, dan tanah pekarangan dan pohon-pohon zaitun bisa saja dibakar. Namun, semangat perjuangan itu tidak dapat hancur dan tak akan pernah padam. Keinginan untuk kembali mengambil hak milik sendiri warisan tanah Muslimin tidak akan hilang, dan api semangat jihad untuk kemerdekaan bangsa Palestina serta pembebasan Al-Aqsa dan Yerusalem dari penjajahan Zionis Israel akan terus berlangsung.
Pada sisi lainnya ratusan jutaan kaum Muslimin dan manusia-manusia yang masih punya jiwa kemanusiaan, bersedia memberikan solidaritas dan pembelaannya terhadap Palestina dan Masjidil Aqsa.
Simbol pengibaran bendera Palestina berdampingan dengan bendera Indonesia di berbagai masjid dan tempat-tempat strategis bukanlah semata simbol pengibaran. Namun lebih dari itu. Sebuah makna pengibaran perlawanan tiada henti untuk perjuangan pembebasan Masjidil Aqsa dan kemerdekaan Palestina yang terus berkibar melawan kezaliman, ketidakadilan, pendudukan dan penjajahan abad moderen saat ini.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
Di Indonesia ada Seruan #Nakba74 melalui Pengibaran Bendera Indonesia dan Palestina, 14-15 Mei 2022, untuk mengekspresikan penentangan terhadap penjajahan Zionis Iisrael atas Palestina dan mensukung pembebasan Masjidil Aqsa. Seruan yang dimotori lembaga kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) dan dipublish penuh oleh media Kantor Berita MINA (minanews.net), mengambil slogan, “Saya Indonesia, Saya Palestina”.
Sebuah seruan yang menjadi gerakan kekuatan masyarakat (civil society) lintas negara yang didukung semarak media sosial lintas batas, yang mampu menembus benteng-benteng pertahanan terkuat Iron Dome sekalipun. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir