Jakarta, MINA – Presiden Joko Widodo mengenakan Ageman Songkok Singkepan Ageng, pakaian adat kebesaran Panglima Raja Pakubuwono Hadiningrat, yang merupakan posisi tinggi dalam struktur Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada peringatan Hari ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (17/8).
Seperti dikutip dari Infopublik.id, Panglima dapat diartikan pemimpin atau komandan. Sedangkan Pakubuwono Hadiningrat adalah gelar yang dikenakan oleh raja-raja Keraton Surakarta.
Dalam konteks keraton, Panglima Raja bukanlah seorang pemimpin militer dalam arti konvensional, melainkan seorang pejabat tinggi yang memegang peran penting dalam hierarki keraton. Tokoh itu, memiliki tugas-tugas tertentu dan juga simbol-simbol kebesaran yang dikenakan saat upacara-upacara keraton.
Dalam konteks budaya Jawa, terutama keraton di Yogyakarta dan Surakarta, ada beberapa istilah-istilah yang berkaitan dengan busana atau atribut yang dikenakan oleh para pejabat atau abdi dalem keraton.
Baca Juga: Bareskrim Tingkatkan Status Kasus Pagar Laut di Tangerang ke Tahap Penyidikan
Pertama adalah Ageman, merupakan pakaian atau atribut yang dikenakan sebagai tanda pangkat atau kedudukan seseorang di dalam struktur keraton.
Kemudian Songkok, yang merupakan sejenis topi yang dikenakan sebagai bagian dari pakaian tradisional di beberapa daerah di Indonesia.
Lalu Singkepan. Dalam konteks Keraton Yogyakarta, singkepan merupakan busana adat yang terbuat dari bahan halus dan biasanya dikenakan oleh abdi dalem dengan kedudukan tertentu.
Selanjutnya adalah Ageng. Kata “ageng” dalam bahasa Jawa berarti “besar” atau “utama”. Oleh karena itu, ketika disebutkan dalam konteks atribut atau busana keraton, bisa jadi mengacu pada versi yang lebih mewah atau utama dari busana atau atribut tersebut.
Baca Juga: Tabligh Akbar Pesantren Al-Fatah Angkat Tema Peningkatan Literasi Umat di Era Digital
Pakaian ada tersebut, digunakan pada acara Enggar Eggar soho Tedhak Loji, yang artinya saat dimana Raja keluar dari Keraton dengan menaiki kereta kuda, diikuti dengan perangkat keraton untuk terjun langsung melihat kondisi kawulo/masyarakat. (R/R5/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jateng Siap Capai Swasembada Pangan, Target Serap 532 Ribu Ton Gabah dan Beras