Ramallah, 9 Jumadil Akhir 1438/ 8 Maret 2017 (MINA) – Memperingati Hari Perempuan Internasional, sebanyak 65 perempuan Palestina dan 12 anak dibawah umur dipenjara oleh tentara Israel, dalam kondisi yang mengerikan, menurut Tawanan Sosial Palestina, Selasa (7/3).
Sebanyak 65 wanita ditahan di penjara HaSharon dan Damon. Selain itu, Dinas Penjara Israel (IPS) memberlakukan larangan pada penyediaan pakaian, seprai, dan sepatu.
Ma’an News Melaporkan yang dikutip MINA, Rabu, pernyataan itu mengatakan, para tahanan perempuan terlama adalah Lina al-Jarbouni yang telah dipenjara sejak tahun 2002.
Baca Juga: Satu-satunya Dokter Ortopedi di Gaza Utara Syahid Akibat Serangan Israel
“Wanita Palestina terus menderita karena pelecehan, merusak psikologis, fisik, dan emosional mereka dan berusaha melakukan tindakan penindasan, kekerasan, dan kesulitan di tangan Israel dan pelanggaran yang tak terkendali,” kata Anggota Komite Eksekutif PLO Hanan Ashrawi.
Menurut Ashrawi, sejak pengambilalihan militer Israel di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza pada tahun 1967, sekitar 15.000 perempuan dan anak perempuan Palestina telah dipenjara oleh pemerintah Israel.
Ashrawi melanjutkan, untuk menghormati peran perempuan Palestina yaitu melakukan perlawanan nasional terhadap pendudukan Israel, dan mengatakan, “perjuangan nasional untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan, dan martabat terlepas dari tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi … adalah prinsip-prinsip fokus yang mengatur perjuangan perempuan untuk hak-hak mereka sendiri dalam dan di luar masyarakat Palestina. ”
Juru bicara dari Pusat Tahanan Palestina untuk Studi Amina al-Tawil merilis sebuah pernyataan yang menjelaskan, kondisi kritis tahanan perempuan Palestina yang berada di sel HaSharon dan Damon.
Baca Juga: Paraguay Resmi Kembalikan Kedutaannya di Tel Aviv ke Yerusalem
Ia juga menyoroti kondisi “memburuk dari hari ke hari,” serta banyaknya tahanan perempuan Palestina yang tidak memiliki “dasar-dasar kehidupan manusia”. Sementara petugas penjara “melarang mereka dari hak-hak mendasar dan dari melanjutkan studi mereka.”
Pada saat itu, IPS mengalihkan 16 tahanan wanita Palestina di Bagian 11 dari HaSharon penjara ke penjara Damon untuk mulai perbaikan yang sangat dibutuhkan di bagian penjara.
Al-Tawil mencatat pada waktu itu 12 tahanan dipindahkan karena menderita luka tembak oleh pasukan Israel pada saat penahanan mereka, dan telah mengalami pengabaian medis selama penahanan mereka.
Penjara HaSharon Israel adalah tempat tahanan Palestina termuda, belum genap 17 tahun usia, Daima Muhammad Ali Sawahira, gadis Palestina asal Jabal Mubakir di Al-Quds. Namun ia harus merasakan gelapnya penjara Hasharon sebagai tawanan wanita Palestina termuda di penjara zionis.
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat
Sejak gelombang kerusuhan politik yang tersebar di seluruh wilayah Palestina pada Oktober 2015, pasukan Israel melakukan kampanye penahanan massal. Hingga jumlah perempuan dan anak perempuan yang ditahan pasukan Israel semakin meningkat tajam.
Pada 2015 saja, pasukan Israel menahan 106 perempuan dan anak perempuan, yang menurut Addameer merupakan peningkatan 70 persen dibandingkan dengan angka penahanan di 2013 Palestina. Kebanyakan wanita Palestina yang ditahan oleh pasukan Israel itu berada di sel HaSharon dan Damon.
Addameer juga telah melaporkan tentang perlakuan terhadap tahanan perempuan Palestina oleh otoritas penjara Israel, menyatakan mayoritas tahanan perempuan Palestina menjadi sasaran “penyiksaan psikologis” oleh pemerintah Israel, termasuk “berbagai bentuk kekerasan seksual yang terjadi seperti pemukulan, penghinaan, ancaman, pencarian tubuh, dan pelecehan seksual”.
“Teknik penyiksaan ini dan perlakuan buruk digunakan tidak hanya sebagai sarana untuk mengintimidasi tahanan wanita Palestina, tetapi juga sebagai alat untuk mempermalukan wanita Palestina dan memaksa mereka memberikan pengakuan,” kelompok IPS menyatakan.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Mereka menambahkan, sementara otoritas penjara Israel dan pasukan militer merekrut tentara wanita untuk menahan dan menemani tahanan perempuan. Namun para prajurit perempuan itu tidak kurang kerasnya terhadap tahanan Palestina.
Sementara itu, kelompok ini juga telah meneliti “kebijakan kelalaian medis” oleh pejabat IPS di penjara. Mengutip sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2008 mengungkapkan bahwa “sekitar 38 persen dari tahanan perempuan Palestina menderita penyakit yang tidak diobati. Buruknya kualitas makanan dan kurangnya nutrisi penting menyebabkan wanita tahanan menderita penurunan berat badan, kelemahan umum, anemia dan kekurangan zat besi.” (T/R12/RS-2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza