Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perintah Allah untuk Hidup Berjama’ah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 8 menit yang lalu

8 menit yang lalu

6 Views

Hidup berjama'ah adalah salah satu ajaran penting dalam Islam (foto: ig)

HIDUP BERJAMA’AH merupakan salah satu prinsip penting dalam ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Konsep ini tidak hanya menunjukkan sisi spiritual umat Islam, tetapi juga menegaskan aspek sosial, politik, dan budaya dalam kehidupan seorang Muslim. Islam bukanlah agama individualistis, melainkan agama yang mendorong umatnya untuk hidup dalam kebersamaan, saling menolong, dan membangun kekuatan kolektif.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 103, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan umat Islam untuk bersatu dalam ikatan keimanan dan tidak hidup dalam perpecahan. Tali Allah yang dimaksud adalah Al-Qur’an dan petunjuk Rasulullah, yang menjadi pedoman dalam kehidupan berjama’ah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan pentingnya berjama’ah dalam sabdanya, “Barang siapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja, maka ia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya keterikatan seseorang dengan jama’ah Muslimin, karena dengan berjama’ah, seorang Muslim menjaga imannya dan posisinya dalam masyarakat Islam.

Secara sosiologis, hidup berjama’ah memberikan perlindungan, dukungan moral, dan kekuatan kolektif. Dalam masyarakat yang penuh tantangan, kehidupan berjama’ah menjadi benteng dari berbagai penyimpangan akidah, sosial, dan moral. Islam menghendaki agar umatnya saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Ashr, “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”

Baca Juga: Wajah Kota Syariat di Balik Tirai Hotel

Hidup berjama’ah juga menjadi sarana untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara efektif. Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71 disebutkan, “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar…” Ayat ini menekankan fungsi sosial berjama’ah dalam menjaga moralitas dan kebenaran dalam masyarakat.

Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah menyebutkan bahwa perumpamaan orang-orang yang menjaga perintah Allah dan yang melanggarnya ibarat dua kelompok di atas kapal. Ketika satu kelompok ingin mengambil air dengan melubangi dasar kapal, kelompok lain harus melarangnya, jika tidak maka mereka semua akan tenggelam. Ini adalah gambaran konkret pentingnya kontrol sosial dalam kehidupan berjama’ah.

Secara psikologis, hidup berjama’ah memberikan rasa aman, nyaman, dan keterikatan emosional yang dibutuhkan manusia sebagai makhluk sosial. Dalam suasana berjama’ah, seorang Muslim tidak merasa sendirian dalam menghadapi cobaan hidup dan perjuangan menegakkan kebenaran.

Dalam struktur kehidupan Islam, jama’ah merupakan fondasi terbentuknya sistem kepemimpinan (imamah). Islam tidak membiarkan umat tanpa pemimpin. Rasulullah bersabda, “Jika ada tiga orang yang keluar dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu dari mereka menjadi pemimpin.” (HR. Abu Dawud). Hadis ini menunjukkan bahwa dalam kelompok sekecil apa pun, Islam menekankan pentingnya struktur kepemimpinan dan keteraturan.

Baca Juga: Perlawanan Palestina di Era Digital, Suara yang Tak Bisa Dibungkam

Berjama’ah juga merupakan sarana untuk menegakkan syariat Islam secara kolektif. Banyak aspek dalam syariat yang tidak bisa ditegakkan secara individu, seperti penegakan hukum hudud, pengelolaan zakat secara terorganisir, jihad fi sabilillah, hingga pelaksanaan pendidikan Islam massal.

Dalam konteks pembangunan umat, hidup berjama’ah menjadi media strategis untuk transfer ilmu, pengalaman, dan budaya Islami. Dengan berjama’ah, semangat belajar dan berkembang dalam kebaikan menjadi lebih terstruktur dan produktif. Jama’ah menjadi tempat tumbuhnya kader-kader Islam yang beriman, berilmu, dan beramal.

Perintah untuk hidup berjama’ah juga dapat dilihat dari pendekatan ilmu komunikasi dan organisasi. Islam mengajarkan komunikasi efektif dalam berjama’ah melalui musyawarah, sebagaimana dalam QS. Asy-Syura ayat 38, “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…” Ini menunjukkan pentingnya struktur, partisipasi, dan konsensus dalam kehidupan kolektif.

Secara historis, kehidupan Rasulullah di Madinah adalah model terbaik dari kehidupan berjama’ah. Beliau membangun masyarakat Islam yang bersatu, berorganisasi, memiliki pemimpin, memiliki aturan, dan berjuang bersama melawan kezaliman serta menyebarkan kebaikan. Ini menjadi landasan utama bagi umat Islam untuk mencontohkan kehidupan berjama’ah yang ideal.

Baca Juga: Jejak Para Nabi di Tanah Palestina

Adapun bahayanya meninggalkan jama’ah sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia, sebagaimana serigala bagi domba. Ia akan memangsa domba yang terpisah dari kelompoknya. Maka jauhilah perpecahan, dan hendaklah kalian hidup berjama’ah.” (HR. Ahmad). Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang menjauh dari jama’ah akan mudah tergelincir ke dalam kebinasaan.

Oleh karena itu, hidup berjama’ah bukan sekadar anjuran, tapi merupakan perintah langsung dari Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan kunci untuk meraih keberkahan hidup dunia dan akhirat. Melalui kehidupan berjama’ah, umat Islam membangun kekuatan, menjaga keimanan, dan menegakkan ajaran Islam secara utuh.

Kesimpulannya, kehidupan berjama’ah adalah perintah Allah yang berdasar kuat pada Al-Qur’an dan hadis shahih. Ia bukan hanya kebutuhan spiritual, tetapi juga kebutuhan sosial, politis, dan budaya umat Islam. Mengabaikannya berarti membuka celah bagi kelemahan umat, sementara melaksanakannya adalah jalan menuju kekuatan, persatuan, dan keberkahan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Zionis Tak Lebih dari Teroris Berseragam Militer

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
MINA Preneur
Kolom
Kolom