Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjuangan Heroik Dr. Hussam Abu Safiya di Rumah Sakit Terakhir yang Masih Beroperasi di Gaza

Rana Setiawan Editor : Bahron Ans. - 17 detik yang lalu

17 detik yang lalu

0 Views

Foto terakhir Abu Safiya menunjukkan dia berjalan sendirian menuju deretan tank-tank Israel yang berkumpul di luar fasilitas Rumah Sakit Kamal Adwan, Gaza Utara, Jumat 27 Desember 2024.(Foto: TWAIL)

Kisah Dr. Hussam Abu Safiya adalah potret nyata keberanian luar biasa dalam menghadapi krisis yang tidak terbayangkan di Gaza, Palestina. Sebagai Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza Utara, ia menjadi simbol pengabdian tanpa pamrih di tengah konflik yang terus berlangsung.

Gambar terakhirnya yang menunjukkan ia berjalan sendirian menghadapi barisan tank Zionis yang menghancurkan rumah sakitnya menggambarkan tekad dan keberaniannya.

Di tengah serangan intens Israel terhadap Gaza, Rumah Sakit Kamal Adwan yang selama ini menjadi tempat perlindungan korban sering menjadi target utama. Sebagai direktur, Dr. Abu Safiya tidak hanya bertanggung jawab atas pasien, tetapi juga memastikan tim medis tetap bekerja meski dalam keterbatasan ekstrem.

Pada 27 Desember 2024, Pasukan Israel (IDF) mengakhiri pengepungan panjang terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan dengan cara brutal: rumah sakit itu dikepung, diserbu, dan dibakar. Dokter, pasien, serta staf medis menjadi sasaran pembunuhan, pelecehan, dan penghinaan. Dr. Abu Safiya bersama ratusan staf dan pasien dipaksa meninggalkan rumah sakit di bawah todongan senjata, bahkan dipindahkan ke lokasi tak diketahui setelah mengalami perlakuan tidak manusiawi.

Baca Juga: Pengungsi Gaza Sambut Tahun Baru 2025 di Tengah Tenda yang Banjir

Setelah bertahan selama 447 hari di tengah genosida dan penghancuran total Gaza Utara selama 83 hari, Dr. Abu Safiya kini menghadapi ancaman penyiksaan serta kemungkinan eksekusi oleh Pasukan Israel. Meski memiliki paspor Kazakhstan yang memberinya peluang untuk pergi, ia memilih tetap berada di Rumah Sakit Kamal Adwan demi para staf dan pasien, bahkan ketika fasilitas itu dibombardir tanpa henti.

Sejak Oktober 2024, Dr. Abu Safiya terus meminta bantuan internasional, menyerukan kondisi tidak manusiawi akibat blokade Israel. Beberapa permohonan ini diterbitkan dalam The New York Times pada Desember 2024. Namun, dedikasi ini dibalas dengan tragedi: putranya yang berusia 15 tahun dibunuh oleh Pasukan Israel di depan rumah sakit pada Oktober, disusul serangan terhadap dirinya sendiri yang menyebabkan luka serius.

Serangan terhadap Dr. Abu Safiya dan Rumah Sakit Kamal Adwan mencerminkan kejahatan luar biasa oleh Israel, termasuk penghancuran sistem kesehatan Gaza. Organisasi internasional, seperti WHO, mengecam tindakan ini sebagai upaya sistematis untuk menciptakan kondisi hidup yang tidak manusiawi di Palestina, yang dikategorikan sebagai genosida.

Selain itu, mereka yang mendukung sistem medis di Gaza, seperti pekerja kemanusiaan Mahmoud Almadhoun, juga menjadi korban. Almadhoun, yang membantu menyediakan makanan dan air ke Rumah Sakit Kamal Adwan, tewas dalam serangan Israel pada 30 November 2024.

Baca Juga: Tragedi Kematian Bayi-Bayi di Gaza akibat Kedinginan, Potret Krisis Kemanusiaan yang Mendalam

Serangan terhadap rumah sakit di Gaza mendapat kecaman luas. WHO menyebutkan bahwa penghancuran sistem kesehatan dan pengepungan Gaza Utara selama lebih dari 80 hari membahayakan nyawa puluhan ribu warga Palestina yang masih bertahan di wilayah tersebut.

Dilaporkan Ditahan di Penjara Militer Terkejam Israel

Hukum internasional dengan tegas melarang serangan terhadap fasilitas medis, tenaga kesehatan, serta individu yang terluka atau sakit. Semua pihak yang terlibat dalam konflik diwajibkan melindungi fasilitas dan individu tersebut dari bahaya.

Namun, seperti dalam banyak kasus lainnya, Israel berusaha menghindari kewajiban ini dengan mengklaim bahwa Rumah Sakit Kamal Adwan, para tenaga medis, dan pasiennya terhubung dengan Hamas atau digunakan untuk tujuan militer oleh Hamas, meskipun klaim tersebut tidak disertai bukti yang meyakinkan.

Baca Juga: Puasa Rajab, Dalil dan Pendapat para Ulama

Dalam kasus Dr. Abu Safiya, Pasukan Israel membiarkannya berada di rumah sakit selama berbulan-bulan setelah menahan pasien dan staf medis lainnya pada akhir Oktober. Kini, tanpa alasan yang jelas dan tanpa bukti konkret, Israel menuduh Dr. Abu Safiya sebagai anggota Hamas, serta menganggap penahanan dan penculikannya sah.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Dr. Abu Safiya saat ini ditahan di penjara militer Sde Teiman di gurun Negev, Israel, yang dikenal sebagai salah satu penjara paling kejam. Penjara ini diduga menjadi lokasi berbagai tindakan penyiksaan, termasuk kekerasan fisik, pembunuhan, dan pelecehan seksual, sebagaimana diungkapkan oleh mantan tahanan yang baru dibebaskan.

Dr. Abu Safiya belum terlihat di depan umum sejak 27 Desember 2024, ketika pasukan Israel menyerbu dan menghancurkan Rumah Sakit Kamal Adwan setelah pengepungan hampir tiga bulan di Gaza Utara. Foto terakhirnya menunjukkan ia berjalan sendirian menuju barisan tank Israel di luar rumah sakit tersebut.

Dalam situasi tragis itu, ketika rumah sakit telah hancur dan sistem medis Gaza berada di ambang kehancuran, Dr. Abu Safiya tetap memilih bertahan. Dengan keberaniannya, ia melawan tidak hanya ancaman dari luar tetapi juga ketakutan dan keputusasaan yang melanda banyak orang. Sebagai seorang pemimpin, ia merasa bertanggung jawab untuk memberikan teladan, bahkan jika itu berarti menghadapi kekuatan penjajah bersenjata lengkap secara langsung.

Baca Juga: Jelang Tahun Baru 2025, Jumlah Pemain Game Judi Online Indonesia Tembus 100 Juta

Petisi Global untuk Pembebasan

Seruan kepada komunitas internasional, khususnya Amerika Serikat, agar menggunakan pengaruhnya untuk mendesak Israel segera membebaskan Dr. Hussam Abu Safiya, personel medis, dan pasien yang ditahan dari Rumah Sakit Kamal Adwan terus menggema di berbagai belahan dunia, baik secara langsung maupun melalui media daring.

Petisi internasional untuk pembebasan Dr. Abu Safiya yang diinisiasi oleh Third World Approaches to International Law (TWAIL) melalui situs Change.org telah resmi diluncurkan pada Rabu, 1 Januari 2024. Gerakan ini, yang melibatkan akademisi dan praktisi hukum serta kebijakan internasional yang fokus pada isu-isu belahan bumi Selatan, telah berhasil mengumpulkan 2.941 tanda tangan dari target 5.000 dalam waktu singkat.

Dalam petisi tersebut, TWAIL mendesak masyarakat global untuk mengambil tindakan nyata agar Rumah Sakit Kamal Adwan dapat dibuka kembali, para tenaga medis dapat bekerja dengan aman, dan fasilitas tersebut mendapatkan pasokan serta bantuan yang diperlukan untuk melayani pasien yang terluka, sakit, dan membutuhkan perawatan darurat di Gaza Utara.

Baca Juga: Ya Allah, Berkahilah pada Bulan Rajab, dan Sampaikanlah Hingga Ramadhan

“Kesehatan bukanlah kejahatan. Namun, tindakan menyerang rumah sakit, tenaga medis, dan pasien secara sengaja adalah bentuk kejahatan yang terang-terangan,” tulis TWAIL dalam seruannya.

Penahanan Dr. Abu Safiya oleh pasukan Zionis, terutama setelah foto terakhirnya yang penuh makna, kini menjadi simbol kekejaman yang melampaui batas.

Di penjara Sde Teiman, yang dikenal sebagai tempat penuh penyiksaan dan ketidakadilan bagi tahanan Palestina, nasib Dr. Abu Safiya mencerminkan penderitaan yang dialami banyak individu yang memperjuangkan kebebasan dan martabat di bawah penindasan puluhan tahun.

Kisah perjuangan Dr. Hussam Abu Safiya, dengan keberanian dan pengorbanannya, menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dan keberanian untuk melawan ketidakadilan, meskipun risikonya sangat besar. Kisah ini harus terus disuarakan, karena di balik setiap individu yang teraniaya, tersimpan kisah heroik yang layak dihormati dan diabadikan.[]

Baca Juga: Renungan Terhadap Palestina, Memasuki Tahun 2025

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Kaleidoskop Thufanul Aqsa 2023-2024, Membuka Mata Dunia

Rekomendasi untuk Anda