Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjuangan Tahanan Perempuan Palestina: Fatimah Al-Barnawi, Perempuan Pertama dalam Operasi Paramiliter (Seri 10)

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 2 Februari 2022 - 18:16 WIB

Rabu, 2 Februari 2022 - 18:16 WIB

36 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) 

Fatimah Muhammad Ali Al-Barnawi (lahir tahun 1939, wafat 2016 dalam usia 77 tahun), adalah seorang pejuang perempuan Palestina keturunan Afrika.

Fatimah berpartisipasi dalam perlawanan Palestina pada periode 1960-an, sebuah periode penting dalam kehidupan perjuangan Palestina.

Menurut Wikiarab, Fatima dikenal sebagai wanita Palestina pertama yang mengorganisir operasi paramiliter (pasukan semi-militer) melawan Israel, saat aksi pengeboman sebuah bioskop Israel pada Oktober 1967.

Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta

Dia melakukannya dengan saudara perempuannya, Ihsan Al-Barnawi, yang sekitar lima tahun lebih muda darinya.

Dia termasuk golongan pertama tahanan perempuan Palestina di penjara Israel. Setelah pembebasannya, ia diangkat menjadi pejabat pertama di Institusi Polisi Wanita Palestina pada 1994 Ketika Otoritas Nasional Palestina didirikan, dengan pangkat kolonel.

Awal Perjuangan

Asal usulnya, Fatimah Al-Barnawi lahir di Yerusalem pada tahun 1939. Pengalamannya dengan pendudukan Israel dimulai ketika dia berusia sembilan tahun, ketika dia pindah bersama ibu dan keluarganya dari Yerusalem ke sebuah kamp pengungsi di dekat Amman.

Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa

Ayahnya, Muhammad Ali Barnawi, merupakan salah satu pejuang dalam Revolusi Palestina tahun 1936, bersama Haji Amin al-Husseini.

Fatima awalnya aktif dalam Gerakan Fatah, dan mengikuti beberapa pelatihan untuk menjadi perawat.

Dia ditangkap pada tahun 1967 oleh polisi Israel karena berpartisipasi dalam serangan anti-Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dia dibebaskan sepuluh tahun kemudian dan dibuang ke Yordania.

Dia mengikuti Yasir Arafat ke Tunisia, setelah pasukan Palestina diusir dari Lebanon.

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

Pada bulan Juli 1994, ketika Otoritas Palestina diorganisir, Arafat menunjuknya sebagai Kepala Polisi Wanita, satu unit wanita dari kepolisian sipil (al-Shurta al-Nisaʾiyeh), yang memiliki sekitar 300 anggota.

Bintang Kehormatan

Harian Resmi Al-Hayat Al-Jadida, pada edisi 19 November 2018, setelah gugurnya syuhafda Fatimah, mengenang Fatimah sebagai “tahanan wanita pertama dari revolusi Palestina”.

Direktur Komisi Urusan Tahanan PLO Qadri Abu Bakr menegaskan betapa keunggulan Fatimah dalam sejarah revolusi Palestina.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

“Dia layak menerima penghargaan atas pengorbanannya yang besar sepanjang aktivitasnya dalam perjuangan, karena dia tidak pernah ragu untuk melakukan semua yang dia bisa untuk tanah air Palestina,” ujar Abu Bakar.

“Tindakan kepahlawanannya memiliki peran sentral dalam memperkuat tekad yang tak henti-hentinya selama lebih dari tujuh dekade,” lanjutnya.

Pada tahun 2005, Presiden Mahmoud Abbas mengundang Fatimah secara khusus, dan menganugerahinya penghargaan “Medali Bintang Kehormatan Militer”.

Kemudian pada tahun 2020, Diab al-Louh, Duta Besar Palestina untuk Mesir dan perwakilan tetap Palestina untuk Liga Arab, dalam peringatan mengenang jasa-jasa almarhumah Fatimah, menganugerahinya gelar “Perisai Kehormatan”, sebagai pengakuan atas peran militan semasa hidupnya. (A/RS2/P2)

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom
Kolom