Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjuangan Tahanan Perempuan Palestina: Hanadi Al-Halawani, Penjaga Al-Aqsa, 62 Kali Ditangkap (Seri 12)

Ali Farkhan Tsani - Senin, 7 Februari 2022 - 16:49 WIB

Senin, 7 Februari 2022 - 16:49 WIB

41 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Hanadi Al-Halawani adalah seorang Muslimah tangguh dan pemberani penjaga Al-Aqsa (Murabithah al-Aqsa). Rumahnya berada di lingkungan Wadi al-Juz, sekitar 15 menit berjalan kaki dari Al-Aqsa.

Hanadi, seorang ibu dari empat anak, dengan kerudung putih kesukaannya, seputih hatinya yang tulus, dan jubah anggun seanggun kemurniannya terhadap Al-Aqsa, yang memiliki sumpah “untuk membela Al-Aqsa sampai akhir hayat”. Demikian Majalah Al-‘Ashr menggambarkan sosoknya.

Ia, yang kesehariannya sekaligus sebagai guru Al-Quran di Masjid Al-Aqsa, adalah pegiat media sosial yang dengan gigih mengungkap keseharian suasana di kawasan Al-Aqsa dan sekitarnya.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

Demi ketulusan cintanya kepada Al-Aqsa, vlogger ini tidak ragu-ragu untuk berdebat dengan pasukan pengamanan pendudukan di gerbang Al-Aqsa, setiap dia hendak memasukinya untuk mengajar. Tak jarang dia harus berteriak berargumentasi, melakukan aksi saling dorong dan konfrontasi fisik dengan para tentara itu, yang kebanyakan laki-laki tegap.

Hanadi dan rekan-rekannya sesama Muslimah, adalah pasukan tak bersenjata yang menjadi penjaga Al-Aqsa dari aksi-aksi penodaan dan yahudisasi.

Interogasi dan Penangkapan

Aktivitas Hanadi al-Halwani telah menimbulkan kekhawatiran dan kecurigaan yang meningkat di antara pasukan pendudukan Israel. Maka, tak segan-segan pasukan melakukan banyak interogasi, penuntutan, hingga penangkapan.

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

“Setiap kali saya berhadapan fisik dengan pasukan zionis, setiap kali itu pula saya mengeksposnya,” ujarnya kepada Al Jazeera, pada edisi 17 Mei 2021.

Hanadi, perempuan bermental baja ini telah mengalami pengalaman penangkapan sekitar 62 kali. Termasuk keputusan administratif pendudukan terhadapnya yang mengeluarkannya dari kompleks Al-Aqsa.

Ia juga beberapa kali dilarang untuk berpartisipasi dalam berbagai acara massal. Namun, ia tidak kehilangan akal. Ia tetap pergi untuk menyiarkan video langsung di platform media sosial dari luar halaman Masjid Al-Aqsa.

Di akun media sosialnya pun, perjuangannya tak kalah serunya, yaitu dengan munculnya komentar-komentar terang-terangan dan kasar melawannya,dari akun nama-nama palsu atau samaran.

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

Hanadi menceritakan bagaimana kasarnya penangkapan yang dilakukan pasukan pendudukan terhadap dirinya dan terhadap sesama perempuan Palestina.

Dia pernah disekap di sel isolasi sendirian di sebuah ruangan seperti toilet. Ia pernah dikurung di sel isolasi tiga kali.

“Saya bertekad tabah dan tidak menangis di hadapan pasukan pendudukan,” ujarnya.

Ia pernah ditangkap bersama 15 perempuan Yerusalem lainnya, dan Hanadi berada di puncak daftar itu. Termasuk perempuan pejuang lainnya, Khadija Khaweis, Fatima Khader dan Madeleine Issa yang rata-rata berusia dua puluh tahun.

Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat

Dia menceritakan, pernah dipukuli petugas penjara, dan dipaksa melepas jilbabya. Namun dia tetap mempertahankannya, walaupun harus menerima perlakuan kasar.

Dia juga pernah berada di dalam penjara saat musim dingin, dan dia dilarang menerima pakaian musim dingin dari luar.

Terus Berjuang

Hanadi Al-Halawani, setiap muncul dalam videonya, selalu berusaha tersenyum tenang, dan tidak menampakkan sejauh mana penderitaan fisik yang dia alami dan jalani dalam kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara

Hanadi di samping setia menjaga Masjidil Aqsa saat tidak dilarang pasukan pendudukan, saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Birzeit, salah satu universitas tertua di Yerusalem. Ia sedang menempuh studi pascasarjana, dan tertarik dengan program demokrasi dan hak asasi manusia.

“Saya akan selalu berbicara tentang apa yang terjadi pada para Murabithah, dan keadaan apapun di kawasan Al-Aqsa dan kota tua Al-Quds atau Yerusalem,” ujarnya kepada Al Jazeera.

“Saudara-saudara kita di Jalur Gaza telah mengorbankan diri mereka dalam blokade pendudukan, mereka memberikan hidup mereka, rumah mereka dan seluruh keluarga mereka. Perempuan dan anak-anak banyak yang gugur akibat pengeboman. Sedangkan saya, belum banyak melakukan apa-apa,” ujarnya merendah, dan memberi hormat kepada para pejuang dan penduduk di Jalur Gaza. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Palestina
Indonesia
Kolom
Palestina
Kolom
MINA Millenia
Internasional
Tausiyah