Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Hanadi Al-Halawani adalah seorang Muslimah tangguh dan pemberani penjaga Al-Aqsa (Murabithah al-Aqsa). Rumahnya berada di lingkungan Wadi al-Juz, sekitar 15 menit berjalan kaki dari Al-Aqsa.
Hanadi, seorang ibu dari empat anak, dengan kerudung putih kesukaannya, seputih hatinya yang tulus, dan jubah anggun seanggun kemurniannya terhadap Al-Aqsa, yang memiliki sumpah “untuk membela Al-Aqsa sampai akhir hayat”. Demikian Majalah Al-‘Ashr menggambarkan sosoknya.
Ia, yang kesehariannya sekaligus sebagai guru Al-Quran di Masjid Al-Aqsa, adalah pegiat media sosial yang dengan gigih mengungkap keseharian suasana di kawasan Al-Aqsa dan sekitarnya.
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Demi ketulusan cintanya kepada Al-Aqsa, vlogger ini tidak ragu-ragu untuk berdebat dengan pasukan pengamanan pendudukan di gerbang Al-Aqsa, setiap dia hendak memasukinya untuk mengajar. Tak jarang dia harus berteriak berargumentasi, melakukan aksi saling dorong dan konfrontasi fisik dengan para tentara itu, yang kebanyakan laki-laki tegap.
Hanadi dan rekan-rekannya sesama Muslimah, adalah pasukan tak bersenjata yang menjadi penjaga Al-Aqsa dari aksi-aksi penodaan dan yahudisasi.
Interogasi dan Penangkapan
Aktivitas Hanadi al-Halwani telah menimbulkan kekhawatiran dan kecurigaan yang meningkat di antara pasukan pendudukan Israel. Maka, tak segan-segan pasukan melakukan banyak interogasi, penuntutan, hingga penangkapan.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
“Setiap kali saya berhadapan fisik dengan pasukan zionis, setiap kali itu pula saya mengeksposnya,” ujarnya kepada Al Jazeera, pada edisi 17 Mei 2021.
Hanadi, perempuan bermental baja ini telah mengalami pengalaman penangkapan sekitar 62 kali. Termasuk keputusan administratif pendudukan terhadapnya yang mengeluarkannya dari kompleks Al-Aqsa.
Ia juga beberapa kali dilarang untuk berpartisipasi dalam berbagai acara massal. Namun, ia tidak kehilangan akal. Ia tetap pergi untuk menyiarkan video langsung di platform media sosial dari luar halaman Masjid Al-Aqsa.
Di akun media sosialnya pun, perjuangannya tak kalah serunya, yaitu dengan munculnya komentar-komentar terang-terangan dan kasar melawannya,dari akun nama-nama palsu atau samaran.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Hanadi menceritakan bagaimana kasarnya penangkapan yang dilakukan pasukan pendudukan terhadap dirinya dan terhadap sesama perempuan Palestina.
Dia pernah disekap di sel isolasi sendirian di sebuah ruangan seperti toilet. Ia pernah dikurung di sel isolasi tiga kali.
“Saya bertekad tabah dan tidak menangis di hadapan pasukan pendudukan,” ujarnya.
Ia pernah ditangkap bersama 15 perempuan Yerusalem lainnya, dan Hanadi berada di puncak daftar itu. Termasuk perempuan pejuang lainnya, Khadija Khaweis, Fatima Khader dan Madeleine Issa yang rata-rata berusia dua puluh tahun.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Dia menceritakan, pernah dipukuli petugas penjara, dan dipaksa melepas jilbabya. Namun dia tetap mempertahankannya, walaupun harus menerima perlakuan kasar.
Dia juga pernah berada di dalam penjara saat musim dingin, dan dia dilarang menerima pakaian musim dingin dari luar.
Terus Berjuang
Hanadi Al-Halawani, setiap muncul dalam videonya, selalu berusaha tersenyum tenang, dan tidak menampakkan sejauh mana penderitaan fisik yang dia alami dan jalani dalam kehidupan sehari-harinya.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Hanadi di samping setia menjaga Masjidil Aqsa saat tidak dilarang pasukan pendudukan, saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Birzeit, salah satu universitas tertua di Yerusalem. Ia sedang menempuh studi pascasarjana, dan tertarik dengan program demokrasi dan hak asasi manusia.
“Saya akan selalu berbicara tentang apa yang terjadi pada para Murabithah, dan keadaan apapun di kawasan Al-Aqsa dan kota tua Al-Quds atau Yerusalem,” ujarnya kepada Al Jazeera.
“Saudara-saudara kita di Jalur Gaza telah mengorbankan diri mereka dalam blokade pendudukan, mereka memberikan hidup mereka, rumah mereka dan seluruh keluarga mereka. Perempuan dan anak-anak banyak yang gugur akibat pengeboman. Sedangkan saya, belum banyak melakukan apa-apa,” ujarnya merendah, dan memberi hormat kepada para pejuang dan penduduk di Jalur Gaza. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta