Perjuangan Tahanan Perempuan Palestina: Ihsan Dababseh, Tiga Kali Dipenjara (Seri 8)

Oleh : , Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

, perempuan tangguh dari kota Nuba, selatan al-Khalil (Hebron) Tepi Barat ini, telah tiga kali dipenjara oleh otoritas pendudukan Israel.

Dababseh pertama kali menghabiskan dua tahun di penjara Israel dari tahun 2007, saat umurnya 20 tahun, hingga 2009. Ia dituduh menjadi anggota dalam organisasi perjuangan yang dilarang pendudukan.

Dia mendekam di balik jeruji besi yang kedua sejak tanggal 13 Oktober 2014, saat umurnya 27 tahun,  atas tuduhan serupa. Dia dibebaskan setelah 21 bulan di penjara Israel, dan bebas tanggal 10 Juli 2016.

Ia ditangkap lagi oleh pasukan pendudukan Israel, 27 Februari 2017, saat usianya 30 tahun, dalam serangan menjelang fajar di rumahnya. Militer membawanya ke pusat interogasi Etzion. Seperti dilaporkan Asra Voice.

Dalam penggerebekan itu, rumahnya digeledah dan banyak barang-barang rumah yang dirusak.

Dalam penahanannya ini, dia diasingkan dengan empat perempuan  Palestina lainnya sebagai hukuman karena mengibarkan bendera Palestina dalam aksi demonstrasi melawan pasukan pendudukan.

Dilaporkan, tentara pendudukan Israel telah menggerebek rumahnya beberapa kali, mengirim 4 surat panggilan dan mengancam akan meledakkan rumahnya jika dia tidak datang ke pusat interogasi.

Ketika dia pergi bersama ibunya ke pusat interogasi, komputer pribadinya disita, sementara ibunya disuruh pergi.

Saat penahanan sebelumnya dari 2007 hingga 2009, tentara pendudukan Israel yang telah menangkapnya, menutup matanya dan membuat video tentang mereka yang menari-nari di sekeliling Dababseh. Saat itu dia ditutup matanya dan menghadap ke dinding.

Tahanan Tanpa Dakwaan

Ihsan Dababseh pun dihukum kembali, kali ini enam bulan dalam penahanan administratif, penjara tanpa dakwaan atau pengadilan.

Ia sudah bertunangan dengan Osama Mohammed Hroub dari Jenin, yang juga berada di penjara, Gurun Negev.

Ihsan Dababseh adalah salah satu dari sekitar 600 tahanan Palestina yang ditahan tanpa tuduhan di bawah penahanan administratif. Perintah penahanan administratif dapat diperpanjang tanpa batas, dalam jangka waktu satu sampai enam bulan.

Dia dan 16 tahanan administratif perempuan Palestina dimasukkan ke penjara HaSharon, dan kemudian dipindahkan ke penjara Damon.

Dia dan rekan-rekan seperjuangannya merasakan betapa kondisi fisik di dalam tahanan sangat tidak layak. Ada sekitar 51 di penjara Damon, yang kondisi kehidupannya semakin memburuk setiap hari, kata Amina al-Tawil dari Pusat Studi Tahanan Palestina.

Amina melaporkan, para tahanan perempuan tidak diberikan kebutuhan dasar hidup di dalam penjara.

Bagian kamar tahanan penuh sesak dan tidak diberi bahan pembersih yang layak, dan tidak diberi makanan yang sehat dan layak. Juga tidak ada perawatan bagi tahanan yang terluka.

Di antara tahanan perempuan, ada 12 orang yang terluka. Ada yang luka parah akibat peluru tajam. Termasuk 13 anak kecil di bawah usia 18 tahun yang juga terluka.

Dia juga mencatat, kamar sering penuh dengan serangga dan memiliki sedikit ventilasi.

Belum lagi pihak otoritas penjara menolak kunjungan keluarga tahanan, baik ibu, ayah, pasangan dan anak-anak dari mengakses orang yang mereka cintai dan anggota keluarga mereka di dalam tahanan.

Perjuangan Tiada Henti

Kisah Ihsan Dababseh hanyalah salah satu dari sekian banyak tahanan pejuang Palestina yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di balik tahanan.

Dari kesaksian mereka dunia semakin tahun betapa ada tindakan kejahatan dan pelanggaran kemanusiaan oleh rezim apartheid di dunia.

Bukti-bukti dan saksi-saksi penderitaan mereka telah tersebar ke dunia luas. Penderitaan mereka hampir tanpa protes dari banyak organisasi hak asasi manusia, dan tanpa pemberitaan yang memadai dari media.

Namun perjuangan mereka para pejuang tahanan tidak akan pernah berhenti, seribu kali dipenjara sekalipun, mereka akan tetap memperjuangkan hak-hak kemanusiaan dan kemerdekaan bangsanya. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)