Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Istabraq Nour adalah tahanan anak perempuan Palestina di bawah umur yang dipenjara saat usia 14 tahun, oleh pendudukan Israel, pada 21 Oktober 2015.
Nour berasal dari desa Madama, selatan kota Nablus, Tepi Barat utara, ditangkap oleh pasukan pendudukan dengan dalih hendak mencoba serangan penikaman di dekat pemukiman Yetshar.
Pengadilan Israel pun menjatuhkan hukuman 20 bulan penjara, hampir dua tahun, dan denda 3.000 shekel (sekitar Rp13,5 juta).
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Pada saat penangkapannya, seperti dilaporkan Palestine News Network, tentara Israel melepaskan tembakan, yang menyebabkan luka parah di tangan kanannya, dan luka ringan di kakinya.
Laporan mengatakan, hingga pembebasannya pada 16 Mei 2017, dia masih terluka dan membutuhkan perawatan intensif untuk pulih dan dapat menggerakkan lengannya.
Dalam Penjara
Ketika di dalam penjara Ashkelon, Nour Istabraq ditolak untuk kunjungan keluarganya atas dasar “keamanan”. Hal itu berlaku juga untuk teman satu sel isolasi, Jihan Erekat dan Marah Bakir.
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Keluarganya tidak menerima informasi tentang perkembangan kesehatan putrinya yang tertembak saat penangkapannya.
Ayahnya, Ahmed, beberapa kali mengajukan permohonan untuk menjenguk anaknya. Namun beberapa kali pula otoritas penjara menolaknya.
Pernah sekali ayahnya dapat mengunjungi putrinya saat dipindahkan ke penjara HaSharon untuk pertama kalinya pada 2016. Namun, ibunya dilarang mengunjunginya. Laporan Palestinian Information Center (PIC), edisi 12 April 2016.
Sang ayah mengutip putrinya , melaporkan kondisi penahanan tanpa prikemanusiaan dan adanya kelalaian medis yang dilakukan oleh otoritas penjara Israel.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
Ruangan di dalam penjara juga tidak memiliki peralatan listrik, pakaian dan selimut. Di samping itu, ruangan yang kotor dan menyebabkan penyebaran serangga. Sementara tahanan tidak diizinkan keluar ke tempat terbuka untuk menghirup udara segar. Makanan yang diberikan kepada mereka pun sangat buruk.
Sang ayah saat itu mengimbau lembaga hak asasi manusia dan lembaga palang merah untuk segera turun tangan dan menyelamatkan putrinya sebelum terlambat, dan para tahanan anak-anak perempuan lainnya.
Dia menambahkan, sel-sel penjara tidak memiliki kebutuhan dasar kemanusiaan, dan dengan kondisi higienis yang buruk.
Ketabahan
Baca Juga: Hujan Deras Rusak Tenda-Tenda Pengungsi di Gaza
Istabraq Nour, juga para tahanan perempuan Palestina lainnya, yang berjuang dari balik penjara, menjadi saksi kebiadaban pendudukan Zionis Israel.
Fisik mereka memang ditahan, tetapi jiwa dan pemikiran mereka bebas, dan menghendaki kebebasan tanah airnya dari belenggu penjajahan.
Istabraq Nour dan teman-teman sebayanya, ada sekitar 200 anak-anak di dalam penjara Israel, menurut data September 2021, tetap memiliki semangat untuk belajar melanjutkan studinya. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel