Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Sherine Fayek Sheikh Khalil, adalah gadis sekolah menengah Palestina, yang tinggal di wilayah Ramallah, Tepi Barat. Sebelumnya ia tinggal di Jalur Gaza. Ia bersama keluarganya dari lingkungan Rimal di Jalur Gaza, sejak ia masih kanak-kanak, pindah ke Tepi Barat.
Dia saat dipenjara oleh pasukan pendudukan Israel tahun 2003 berumur 16 tahun.
Sherine dibebaskan tanggal 20 April 2009, setelah berusia memasuki usia ke-23 tahun, setelah melalui kondisi sulit di dalam tahanan selama enam tahun. Ia menghabiskan masa-masa sekolah menengahnya di dalam sel penjara.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Dia usai pembebasannya mengungkapkan pada Emarat al-Youm, alasan penangkapannya oleh otoritas pendudukan Israel adalah karena dakwaan dia terlibat dalam aksi penculikan seorang tentara Israel di Beitunia, Distrik Ramallah, Tapi Barat.
Dia dimasukkan ke dalam daftar bersama dengan sekelompok pejuang Palestina yang berafiliasi dengan gerakan Fatah.
Sherine dijatuhi hukuman 8 tahun penjara. Namun kemudian setelah mengajukan banding, hukumannya dikurangi menjadi 6 tahun.
Kesaksian dari Balik Penjara
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera Net, beberapa saat setelah pembebasannya, Sherine mengungkapkan, otoritas penjara pendudukan dari waktu ke waktu mengancam untuk sepenuhnya mengisolasi tahanan perempuan dari dunia luar.
Pihak penjara mencegah kunjungan Komite Internasional Palang Merah, dan memblokir semua pesan dari keluarga mereka.
Ia mengatakan keprihatinannya yang mendalam tentang kondisi sesama tahanan di penjara Israel, terutama setelah serangkaian ancaman Israel melecehkan para tahanan perempuan.
Dari hari ke hari ia menerima penyiksaan berat, mulai dari saat dia diinterogasi di penjara Al-Maskobiya dekat kota Yerusalem, selama sebulan terus-menerus.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Dia juga dibatasi dari istirahat tidur, selain dipukuli dengan keadaan kedua tangan dan kedua kakinya diikat. Bahkan saat dia menjalani operasi sakitnya di dalam rumah sakit Israel, tangan dan kakinya dalam keadaan diborgol. Keluarga dan pengacaranya pun dilarang menjenguknya.
Penyiksaan dan interogasi yang kejam tidak berhenti di dalam sel penjara. Tapi juga sampai dia diajukan ke pengadilan militer, yang memutuskan untuk memindahkannya ke penjara Ramle di mana dia ditahan.
Dia dan juga sesama tahanan perempuan Palestina, mengalami penyiksaan fisik, moral dan psikologis oleh sipir Israel.
Dari penjara Ramle, setengah tahun kemudian, dia dipindahkan ke penjara HaSharon, lalu ke penjara Hadarim, sampai dia menetap di penjara Damon. Penjara Damon adalah tempat dia ditahan satu tahun terakhir.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Pembebasan
Sherine Fayek Sheikh Khalil saat pembebasannya, setelah 6 tahun mendekam dalam sel penjara pendudukan, merasa senang sekaligus sedih.
Ia senang karena dapat menghirup udara bebas, dan bertemu kembali dengan sanak saudara dan teman-temannya. Namun ia juga sedih karena tidak dapat berjumpa orang tua dan saudara-saudaranya yang tinggal di kota Ramallah, Tepi Barat.
Ini sebabnya, pihak otoritas penjara tidak mengembalikannya ke keluarganya di Tepi Barat. Namun mendeportasinya ke Jalur Gaza, tempat lahirnya.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
“Kegembiraan pembebasan saya tidak lengkap, karena saya tidak bertemu dengan keluarga saya di Tepi Barat. Namun masih ada ibu saya, yang telah berada di Jalur Gaza lebih dulu selama setahun sebelum saya bebas,” ujarnya.
“Kerabat dan warga tetangga di Jalur Gaza juga menyambutku dengan hangat,” imbuhnya.
Kementerian Urusan Sipil Otoritas Palestina berjanji kepadanya bahwa pihak Kementerian akan berusaha, melalui koordinasi dengan pendudukan, untuk suatu saat mendapatkan izin memasuki Tepi Barat.
Setelah pembebasan Sherine, juga teman-teman sesama perempuan dari balik penjara, pendudukan masih hendak melemahkan moral mereka dan membunuh semangat patriotik mereka.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Hingga dijauhkan dari keluarganya, seperti dialami Sherine yang dideportasi ke Jalur Gaza. Namun semangat patriotik perjuangan para perempuan Palestina yang pernah merasakan derita di dalam penjara pendudukan Israel, tidak akan pernah surut ke belakang.
Bahkan semakin berkobar hendak membebaskan negerinya tercinta Palestina dari belenggu penjajahan. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina