Jakarta, 20 Rajab 1437/ 28 April 2016 (MINA) – Perkemahan Rohis (Rohanis Islam) bagi Siswa SMA/SMK Tingkat Nasional II 2016 yang tahun ini mengambil tema “Membangun Generasi Muda yang Ramah dan Bermartabat” merupakan upaya menyiapkan generasi emas yang penuh keramahan dan kedamaian dan diharapkan dapat memberikan warna yang berbeda di tengah belantika dunia remaja.
“Perkemahan Rohis menjadi salah satu wadah penangkal terhadap berbagai peristiwa negatif yang menimpa remaja seperti pergaulan bebas dan pemakaian obat-obatan terlarang,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin kepada pers tentang Kegiatan Perkemahan Rohis Siswa SMA/SMK Tingkat Nasional II Tahun 2016 di Jakarta, Kamis (28/4). Hadir mendampingi Dirjen, Direktur Pendidikan Agana Islam, Amin Haedari.
Ajang temu aktivis rohani Islam ini akan dihadiri perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia ini dan diselenggarakan di di Bumi Perkemahan Cibubur dan diikuti sekitar 1.800 siswa SMA dan SMK seluruh Indonesia dan akan berlangsung tanggal 2 – 6 Mei 2016 mendatang.
“Siswa aktivis rohis akan saling berinteraksi, bertemu dalam berbagai forum untuk saling belajar mengenai nilai-nilai agama dengan pembimbing yang berkompeten pada bidangnya,” kata pak Kamaruddin.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Dijelaskan Kamaruddin, Rohis merupakan lembaga atau perkumpulan para siswa di sekolah untuk memperkuat dan memperdalam agama Islam. Rohis menjadi organisasi ekstrakurikuler sekolah yang menjadi bagian dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Selain sebagai forum pertemuan, Rohis menjadi wahana pengajaran, dakwah, dan berbagai pengetahuan Islam.
Kamaruddin mengatakan, siswa-siswi SMA atau SMK berada pada usia yang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh terutama arus globalisasi dan perkembangan media sosial yang ada. Banyak dari siswa-siswi dengan mudah mencari sumber-sumber pengetahuan agama melalui internet.
“Karenanya, perlu ada pendampingan, sehingga tidak ada penyimpangan seperti diberitakan selama ini. Ada isu negatif, Rohis dianggap menjadi bagian dari penyebaran paham-paham radikal, bahkan terorisme. Ini jangan sampai terjadi,” tambahnya.
Menurut Kamaruddin, kesan Rohis sebagai organisas tertutup dan ekslusif harus dihilangkan. Bukan saja untuk mengantisipasi masuknya berbagai pemikiran-pemikiran radikal yang biasanya cenderung tertutup dan mengisolasi diri dari masyarakat, namun juga untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para siswa untuk belajar agama.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Kita ingin mewujudkan Rohis ini sebagai organisasi terbuka agar semakin banyak siswa yang ikut. Belajar agama kan tidak perlu ditutup-tutupi. Selain itu, kalau bersifat terbuka maka para guru bisa lebih mudah melakukan pendampingan, dengan tetap memberikan ruang kepada mereka untuk melakukan aktualisasi diri,” tegasnya.
Untuk memberikan kesan terbuka itu, para peserta Perkemahan Rohis Nasional kali ini juga tidak dibagi berdasarkan provinsi. Mereka dibiarkan berbaur agar saling mengenal antar daerah satu provinsi dengan provinsi lainnya, berdiskusi dan berbagi informasi satu sama lain. Hanya saja untuk siswa laki-laki dan perempuan tetap terpisah.
Dari segi materi, kegiatan perkemahan rohis tahun ini lebih beragam. Ada materi wajib atau umum (MKDU) yang keseluruhannya harus diikuti oleh semua peserta yakni materi tentang pemahaman Islam yang damai dan Islam yang ramah. Materi lainnya seperti materi mengenai leadership, jurnalistik, public speaking, dan manajemen masjid.
“Materi yang terakhir ini sangat penting karena basis utama kegiatan Rohis adalah di masjid atau musholla sekolah,” kata Kamaruddin.(L/anj/R01)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)