Oleh: Nadhira Asiyah Arrin/ Kontributor MINA di Jepang
Islam mengalami perkembangan cukup pesat di beberapa belahan dunia, mulai dari negara maju hingga berkembang. Banyak faktor yang menyebabkan Islam mulai dilirik oleh berbagai kalangan, salah satunya dengan menyeruaknya pemberitaan negatif terkait Islam. Orang-orang semakin penasaran hingga mengundang beragam pendekatan untuk mengetahui Islam lebih dalam.
Jepang bisa jadi pengecualian, salah satu negara dengan beragam keunikan. Banyaknya decakan kagum bisa jadi salah satu alasan Jepang memiliki kebanggaan tersendiri pada nilai-nilai leluhurnya dan terkesan tidak terlalu tertarik dengan agama atau budaya lain. Pengagungan ini terjadi bukan tanpa sebab, melainkan karena memang Jepang memiliki berbagai tata cara bermasyarakat yang didambakan oleh masyarakat dunia saat ini, seperti kedisiplinan, kebersihan, terlebih lagi kejujuran.
Banyak fenomena yang hanya dapat ditemui di Jepang dan dikenal luas sebagai ciri khas negara Sakura ini. Dimulai dari etos kerja yang tinggi, keserasian antara budaya tradisional dan modernitas, hingga monoculture yang menyebar secara keseluruhan hingga seluruh penjuru Jepang. Tak heran jika kita dapat merasakan sensasi yang tak jauh berbeda dari satu daerah ke daerah lain di Jepang.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Dengan keadaan ini, banyak muslim yang menganggap Jepang sebagai representatif proyeksi negara Islam yang ideal, meski mayoritas warganya tidak memiliki agama resmi dalam keseharian mereka. Menurut masyarakat setempat, ajaran-ajaran agama yang dijadikan prinsip bagi kebanyakan umat beragama sama seperti esensi dari budaya dalam berkehidupan mereka. Meski tak berpedomankan pada agama, inilah yang menjadikan warga Jepang tetap sangat ketat beraturan karena sangat berpegang kuat pada kandungan budaya yang telah terbentuk dalam proses sosialisasi keluarga maupun sekolah formal.
Eksistensi Islam di Jepang saat ini
Eksistensi Islam tak hanya menguap begitu saja di sekitar masyarakat Jepang. Sejak Perang Dunia II, banyak tentara Rusia yang mengungsi di Jepang dan memilih hidup sebagai Warga Negara Turki. Berdirilah masjid pertama di Jepang di atas tanah Jepang yang diperuntukkan tentara Rusia yang kini dikenal sebagai Tokyo Camii. Meski begitu, perkembangan Islam tidak terlalu mengalami pertumbuhan signifikan, bahkan dapat dikategorikan kurang progresif. Berdasarkan beberapa pendapat warga Jepang, pemberitaan media yang kurang seimbang bisa jadi salah satu alasan.
Pembentukan imej Islam yang justru terkesan negatif mendominasi atmosfer penggambaran agama yang banyak dianut oleh penduduk negara berkembang ini. Kelakuan kebanyakan warga non-Jepang yang kebetulan Islam dan beberapa tidak sejalan dengan budaya mereka juga dapat memperkuat stigma ini. Padahal, hakikat Islam justru menyerukan nilai-nilai yang juga diyakini oleh masyarakat Jepang.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Bukan berarti perluasan pemahaman Islam mengalami kebuntuan, pernikahan menjadi salah satu pendekatan terbanyak dalam latar belakang keislaman warga Jepang. Bisa jadi karena sejak awal memang sudah mencari lebih dalam tentang kebenaran Islam yang didasari dengan rasa penasaran hingga keinginan keluar dari kegelisahan hidup. Pasangan seperti inilah yang juga nantinya dapat ikut serta dalam perluasan dakwah Islamiyyah. Selain dari pernikahan, mukimnya pekerja ekspatriat, keberadaan perawat dan pelajar juga menjadi media ampuh dalam sosialisasi ajaran Islam.
Khususnya perawat Indoneia yang terkenal ramah dan lembut, dapat menjadi sosok yang tepat dalam transfer nilai-nilai keislaman. Dimulai interaksi langsung dengan para pasien, sehingga menyebabkan intreraksi kontan ketika pasien memiliki pertanyaan khusus terhadap kegiatan ibadah atau keseharian muslim yang dirasa unik dan patut ditanyakan. Pelajar juga dapat menjadi agen Islam yang dapat menyebarkan Islam secara tidak langsung secara efektif. Pemahaman yang sempurna terhadap agama dapat membantu pelajar dalam menjalani kegiatan dan menyebarkan dakwah kepada sekitarnya.
Tokyo dalam memahami Islam
Tak hanya itu, kehadiran Tokyo Arabic Institute juga berpengaruh besar dalam membantu masyarakat Jepang, khususnya Tokyo dalam memahami Islam lebih menyeluruh sehingga dapat menghindari pandangan sebelah mata dan meningkatkan krekatan hubungan antara muslim dan warga setempat. Instansi yang didirikan oleh Kerajaan Arab Saudi itu memang memiliki tujuan untuk meningkatkan hubungan antara kerajaan dan Jepang. Maksud pembangunan ini membuahkan hasil manis, 80% dari lembaga kursus bahasa Arab ini dapat membantu peserta dalam memahami Islam, tanpa memaksakan siapapun untuk mengimani Islam secara sepihak.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Ketertarikan umat Islam dalam mengkaji dan merasakan sendiri sensasi nyaman hidup di Jepang rupanya dimanfaatkan betul oleh pemerintah dan warga. Fasilitas untuk mengakomodasi muslim selama berwisata hingga menetap di Jepang juga mulai banyak bermunculan. Adanya spot makanan halal, penginapan Islami, hingga lokasi beribadah yang tak kalah nyaman.
Perkembangan Islam memang tidak terlalu signifikan seperti di negara-negara maju lainnya. Bukan berarti Islam tak mendapat respon positif, Justin dihargai dan diapresiasi dengan penyediaan sarana penunjang kelancaran wisata mau pun berkehidupan Muslim di Jepang.
(A/R07/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat