Jakarta, 19 Syawwal 1435/15 Agustus 2014 (MINA) – Sekertaris PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menilai perlunya revolusi mental dalam kehidupan umat beragama, agar tidak ada lagi korban pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan di Indonesia.
“Revolusi mental harus dilakukan, karena perilaku orang dalam beragama sangat terkait dengan bagaimana pemikirannya dalam memahami orang lain yang berbeda keyakinan,” katanya dalam Seminar Kepemimpinan Nasional Baru dan Pemajuan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Jakarta, Jumat (18/6).
Mu’ti berpendapat, “jika mentalitas tidak diubah, kita akan sibuk dengan membuat peraturan dan menyelesaikan persoalan yang ada. Padahal meski
kita beranekaragaman dan berbeda dalam menjalankan keyakinan masing masing, toleransi beragama bisa dibangun lewat hubungan yang lebih kondusif dan saling menghargai, sehingga akan muncul keharmonisan.”
Saat ini Muhammadiyah juga menurut dia, mengalami tantangan dari kelompok agama Islam yang berbeda-beda sehingga terjadi formalisasi faham agama yang berbeda pula dalam memahami dan mengerjakan ibadah masing-masing.
Pada kesempatan itu Mu’ti menghimbau agar hal-hal yang sifatnya kebijakan dan konseptual seperti kebebasan beragama/berkeyakinan perlu dibuat sesegera mungkin, disertai dengan pembangunan budaya yang toleran dan terbuka. (L/P010/Nidiya/IK)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina