Jakarta, MINA – Merokok merupakan termasuk faktor risiko yang tertinggi dalam perkembangan tuberkulosis (TBC), para perokok berisiko lebih besar untuk sakit dan mengalami kematian akibat TBC.
Hal tersebut disampaikan Ketua Program Tuberkulosis USAID, Bey Sonata, pada temu media dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia, di Jakarta, Senin (26/3).
Dia mengatakan, sejumlah kelompok memiliki risiko tinggi terkena tuberkulosis atau TBC, salah satu faktor tertinggi adalah perokok.
“Ada lima kelompok yang memiliki faktor faktor risiko terkena TBC, yalkni merokok, mal nutrisi, HIV, diabetes dan alkohol. Merokok jadi faktor resiko terbesar terkena TBC,” ujar Bey.
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!
Dia menjelaskan, Wilayah Jawa, Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan memiliki beban kasus tuberkulosis (TBC) tertinggi di Indonesia.
Menurut Bey, kondisi yang memengaruhi tingginya beban kasus TBC adalah populasi yang padat, jumlah kasus TBC yang tercatat sebelumnya, angka keberhasilan deteksi awal dan pengobatan, serta lingkungan, terutama pencemaran udara.
Sementara Direktur Kantor Kesehatan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Eni Martin mengatakan, pihaknya berencana untuk memberikan obat terapi pencegahan tuberkulosis (TBC) bagi 145.070 orang di Indonesia senilai 1.523.235 dolar AS.
Di Indonesia, tuberkulosis berada di peringkat keempat dalam kasus kematian, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini
Eni menjelaskan, Indonesia menjadi salah satu dari 11 negara yang menerima obat pencegahan TBC sebagai bagian dari komitmen USAID untuk memperluas upaya pencegahan dan mengakhiri TBC secara global.
Indonesia mempunyai beban TBC tertinggi kedua di dunia, dengan perkiraan 1.060.000 kasus baru dan 134.000 kematian setiap tahunnya. USAID akan bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan untuk mendistribusikan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa ini.
”Bantuan kami untuk pengobatan pencegahan TBC semakin menunjukkan dalamnya kemitraan kami, saat kita terus bekerja sama untuk menyelamatkan nyawa dan mengeliminasi TBC di Indonesia pada 2030,” pungkasnya.
Berdasarkan Global TB Report 2023, merokok menjadi faktor risiko kedua TBC di Indonesia setelah malnutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merokok memiliki risiko 73 persen lebih tinggi terinfeksi TBC dan berpotensi lebih dari dua kali lipat untuk mengembangkan TBC aktif dibandingkan orang yang tidak merokok.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
Sementara kebiasaan merokok juga berhubungan dengan kejadian stunting atau malnutrisi. Data yang dipresentasikan Deputi Kepala BKKBN pada pertemuan ketujuh Walikota/Bupati se Asia Pasifik tentang kesehatan (“7th Asia Pacific Summit of Mayors”) 2 Desember 2022 di Bali menunjukkan anak yang tinggal dengan orangtua yang tidak merokok tumbuh 1,5 kg lebih berat dan 0,34 cm lebih tinggi daripada anak dengan orangtua perokok.
Data juga memperlihatkan apabila anak-anak tidak terpapar rokok, maka angka stunting dapat turun sampai satu persen dan kebiasaan merokok atau menggunakan tembakau pada masa kehamilan akan meningkatkan risiko terjadinya stunting pada anaknya.
Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingati pada 24 Maret merupakan hari di tahun 1882 ketika Dr. Robert Koch mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab TBC, yang membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit ini.
WHO menyebutkan, TBC merupakan penyakit menular yang paling sering menyerang paru-paru, dan menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Sekitar seperempat populasi global diperkirakan telah terinfeksi bakteri TBC. Sekitar 5–10 persen orang yang terinfeksi TBC pada akhirnya akan menunjukkan gejala dan mengembangkan penyakit TBC dalam tubuhnya.(L/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal