Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PERPECAHAN ITU AZAB

Redaksi MINA - Selasa, 25 Maret 2014 - 16:33 WIB

Selasa, 25 Maret 2014 - 16:33 WIB

1239 Views


Oleh: Rudi Hendrik, wartawan MINA.

 

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

 Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).” (QS. Al-An’am [6] ayat 65).

Baca Juga: Tertib Itu Sunnah yang Terlupakan

Sungguh ironis, memiliki Rabb yang satu, Rasul uswatun hasanah yang satu, kitab suci yang satu, syahadat yang sama, rukun Islam yang sama, dan rukun iman yang sama, namun fakta terkini umat Islam dalam skala nasional maupun skala internasional telah saling berhadapan, baik di meja-meja debat maupun di medan laga, bukan sebagai saudara seiman dan seakidah, melainkan sebagai musuh yang siap saling menjatuhkan dan menghancurkan.

Ketika umat ber-firqah-firqah (berkelompok-kelompok), maka umat akan memilih pemimpin sendiri-sendiri yang menghasilkan visi dan misi, serta langkah-langkah yang berbeda-beda. Visi-misi dan langkahnya kian dikukuhkan dengan pengeksposan simbol-simbol dan rasa bangga yang berlebihan akan tiap-tiap yang ada pada diri mereka.

Allah Ta’ala berfirman:

 

Baca Juga: Teka-Teki Hudzaifah dan Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

 

 

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum [30] ayat 32).

Pada akhirnya, umat Islam yang ada di golongan lain (hakekatnya adalah saudara seiman dan seakidah) divonis sesat, mu’tazilah, musyrik, munafik, bahkan kafir, katika saudaranya itu menyimpang dalam ibadah dan keimanannya. Tanpa bersilaturahim, berdialog dan menasehati terlebih dahulu, mereka terlalu cepat jatuhkan vonis dan tempel cap, sehingga pembelaan apa pun tidak akan lagi diterima. Dan yang terburuk adalah darah yang haram berubah menjadi halal secara sepihak.

Baca Juga: Keadilan, Pilar Utama Peradaban Manusia

Tidak adanya sentral kepemimpinan yang satu dalam tubuh Muslimin, menimbulkan umat terpecah belah dan berserakan dalam kelompok-kelompok  kecil dengan tujuan dan cara yang berbeda-beda. Maka, ketika perpecahan itu saling berbenturan, terciptalan perang saudara yang pada saat itu juga kekuatan umat diadu domba dan lemah dengan sendirinya.

Secara lengkap, rinci dan aktual, semua media menyorot ketegangan yang terjadi di intern umat Islam. Antara dua golongan yang saling asah parang dan pasang peluru pada akhirnya telah bersiap di front terdepan.

Terlebih parah lagi jika satu golongan bersenjata lengkap dan di sisi lain, golongan yang berseberangan hanya bermodal suara teriakan dan tekad. Sementara para pemimpin yang ditaklidkan, tak henti-henti pula menyulut bara emosi akar rumputnya dengan berbagai manuver, apakah itu yang disebut “siyasah” atau “manuver politik”.

Jihad. Kata mereka “jihad”, pada hal lawannya adalah sekelompok orang yang juga mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengaku Muslim. Namun karena pemberitaan media yang kian memperkisruh, kelompok Islam 3 dan 4 pun siap-siap. Pada akhirnya, satu golongan Muslim akan merasakan keganasan golongan Muslimin yang lainnya.

Baca Juga: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Inilah azab yang Allah berikan akibat dari kegemaran mereka berselisih dan berpecah belah, tidak mau bersatu di dalam persatuan yang Islam syariatkan, yaitu Al-Jama’ah (Jama’ah Muslimin) dengan satu kepemimpinan sentral untuk Muslim seluruh dunia.

Karena Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Al-Jamaah (bersatu) itu rahmat dan firqah (perpecahan) itu azab.” (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu).

Hakekat dari persatuan adalah bersatu di dalam satu kepemimpinan mutlak dengan patuh pada satu komando.

Bukanlah persatuan itu hanya sekedar tidak saling serang fisik dengan pemimpin masing-masing. Bukanlah bersatu orang-orang yang hanya damai karena saling menghormati di masa tenang dan aman. Namun ketika masa berebut kursi, upaya saling menjatuhkan pun dilakukan, baik secara terselubung maupun terang-terangan.

Baca Juga: Tiga Langkah Rahasia Membangun Jiwa

Ketika dua golongan saling berhadapan dengan bekal senjata dan niat ingin menghancurkan dan membunuh, maka itu adalah bencana dan azab.

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

 

 
   

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisaa’ [4] ayat 93).

Baca Juga: Dakwahmu Menginspirasi, Tapi Akhlakmu Menyakiti

Dari Amru bin Dinar radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Akan datang orang yang dibunuh bersama orang yang membunuhnya pada hari kiamat dengan memegang jambul dan kepalanya dengan tangannya, dan urat lehernya mengucurkan darah. Ia berkata: ‘Wahai Rabb, orang ini telah membunuhku’. Hingga Allah menghinakannya dari ‘Arsy.”

Amru berkata, “Kemudian orang-orang menyebutkan taubat kepada Ibnu Abbas, kemudian ia (Ibnu Abbas) membaca ayat ini: ‘Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam’ (QS. An-Nisaa’ [4] ayat 93). Ia berkata: ‘Ayat tersebut tidak dihapus dan tidak pula diganti, dan bahwasannya taubatnya tidaklah diterima’.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi).

Bila dua golongan atau dua individu Muslim saling berhadapan dengan masing-masing niat hendak menghabisi, maka tidak ada satu pun pihak yang memperoleh kebaikan meskipun salah satunya lebih cenderung kepada Kitabullah dan As-Sunnah dan lainnya lebih banyak mudharatnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apa bila dua Muslim saling berhadapan (bermusuhan) dengan menggunakan pedangnya (untuk saling membunuh), maka yang dibunuh dan yang membunuh, keduanya masuk neraka.”

Baca Juga: Dua Cara Allah Menambah Nikmat bagi Hamba yang Bersyukur: Kualitas dan Kuantitas

Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, betul bagi pembunuhnya, tetapi mengapa orang yang dibunuh juga masuk neraka?”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Sebab dia juga ingin membunuh kawannya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan ini telah terjadi di berbagai negeri Islam.

Coba perhatikan dan renungkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam!

Baca Juga: Taklim Itu Muhasabah dan Penguat Iman

“Tidak halal darah seorang Muslim kecuali salah satu dari 3, yaitu: Janda/duda yang berbuat zina, membunuh manusia dan meninggalkan agamanya (murtad) yang berpisah dari jama’ah.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Jelas tidak ada alasan lain untuk melakukan kekerasan yang menjerumus kepada pembunuhan kecuali 3 alasan di atas.

Selama masih bersyahadat, masih shalat dan berpuasa, maka ia adalah saudara seiman dan seakidah, meski berbeda golongan. Untuk itu, jaga dan peliharalah dengan rahmat (kasih sayang), jangan sampai menzalimi atau bahkan sampai membunuhnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh hapusnya dunia ini dianggap sangat ringan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala dari pada membunuh seorang Mu’min.” (HR. Baihaqi).

Baca Juga: Medsos, Ladang Amal Shaleh Yang Terlupakan

Dan Allah Subhana Wa Ta’ala memperingatkan dalam firman-Nya:

 

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

 

Baca Juga: Dakwah Tapi Sombong, Sebuah Ironi Di Akhir Zaman


“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (QS. Al-Maidah [5] ayat 32).

 

Jangan abaikan peran musuh utama

Perang dan perseteruan saudara yang selalu melibatkan antara pemerintah dan rakyat, terus terjadi hingga kini di negeri-negeri Muslim.

Setelah Afghanistan, Irak dan Libya porak-poranda, menyusul Suriah. Yang terhangat adalah Mesir. Gejolak-gejolak konflik antara pemerintah dan rakyat hanya karena alasan tahta, seharusnya tidak membuat Muslim lupa dengan musuh utamanya dan siapa musuh sebenarnya.

Pengamat Timur Tengah dan Anggota Presidium lembaga kemanusiaan MER-C, Dr. Joserizal Jurnalis mengatakan, konflik-konflik di negara-negara Islam merupakan  bagian dari korban konspirasi global para elite  Novus Ordo Seclorum (Tatanan Dunia Baru)  yang merupakan salah satu akar dari Zionisme.  Seperti perpecahan yang terjadi di Afghanistan, Suriah, Irak, Mesir dan lainnya.

Terlepas dari mitos atau benarnya, Muslimin juga harus menyadari tentang adanya “kitab suci” rujukan bagi zionis yang tertuang dalam “Protokol Zionis”. Sebab, segala kejadian besar yang menjadi masalah internasional di berbagai belahan dunia, jika ditarik ke dalam dokumen tersebut, selalu seiring.

Khusus masalah perpecahan, Zionis telah menjadikannya sebagai salah satu tugas utama dalam misi jangka panjangnya.

Dalam protokol ketiga disebutkan: “Kita harus mempertajam ketegangan pemerintah dengan rakyat. Agar wibawa pemerintah menjadi lemah dan rakyat pun tidak memiliki daya untuk bertindak. Kemudian kita akan mudah menguasai keduanya sesuai dengan tujuan kita. Kita harus mampu memberikan semangat agar para aktivis partai saling berebut kursi pemerintahan.”

Dalam protokol kelima disebutkan: “Kita harus mampu membuka jalan agar kebobrokan mental manusia semakin bertambah, dan adat-istiadat porak-poranda. Dengan demikian perpecahan antar kelompok masyarakat akan terjadi dimana saja. Segala kekuatan yang melawan Yahudi akan lenyap. Segala semangat akan luntur. Akhirnya faktor yang memberikan kemenangan kepada pihak kita akan nampak. Kita harus mengendalikan masyarakat Kristen (sekarang Islam) dalam kondisi yang semakin rumit dan norma-norma sudah tidak dijunjung tinggi oleh masyarakat. Setelah itu mereka akan meminta kita memimpin dalam memasuki gerakan dunia.”

Padahal Allah Subhana Wa Ta’ala memperingatkan:

 

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

 

 

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 120). (P09/EO2).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Ref: Indo Quran, Mi’raj News, Zionis Yahudi Blog

Rekomendasi untuk Anda