Oleh: Rana Setiawan, Jurnalis Kantor Berita MINA
Perpustakaan yang menjadi “ruang ketiga” dan pusat kegiatan komunitas literasi adalah konsep yang sangat penting dalam mengembangkan peran perpustakaan di masyarakat. Konsep ini telah berkembang dari gagasan “The Third Place” yang diusulkan oleh penulis Ray Oldenburg dalam bukunya “The Great Good Place” pada 1989.
Ide ini menjelaskan bahwa masyarakat memerlukan tiga jenis tempat yang berbeda dalam hidup mereka yakni: Rumah (The First Place): Tempat tinggal pribadi dan keluarga; Tempat Kerja (The Second Place): Tempat di mana orang bekerja dan menjalani aktivitas sehari-hari terkait pekerjaan. Kemudian, “ruang ketiga (The Third Place)” adalah tempat ketiga yang merupakan perpanjangan dari rumah dan tempat kerja.
Perpustakaan yang diubah menjadi “ruang ketiga” berfungsi sebagai tempat di mana orang dapat berkumpul, berinteraksi sosial, belajar, dan mengembangkan minat literasi mereka.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, menjadi salah satu perpustakaan yang menjadi ruang ketiga untuk semua kalangan masyarakat. Perpustakaan ini juga kini menjadi destinasi wisata baru di Ibu Kota, baik untuk membaca atau konten media sosial.
Setelah direvitalisasi, Taman Ismail Marzuki (TIM) kini mempunyai Perpustakaan Jakarta, perpustakaan yang sangat luas dan juga modern. Setelah dibuka pada 8 Juli 2022 lalu, Perpustakaan Jakarta di TIM Cikini yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan waktu itu tidak pernah sepi pengunjung.
Perpustakaan yang sebelumnya direvitalisasi sejak 2018 oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro) itu kembali dibuka untuk masyarakat umum dengan wajah baru, memiliki interior yang sangat kekinian dan nyaman, sehingga banyak sekali menarik perhatian masyarakat, khususnya anak muda.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Diki Lukman Hakim menyampaikan, untuk mewujudkan perpustakaan sebagai ruang ketiga bagi masyarakat, pihaknya ingin menghilangkan anggapan bahwa perpustakaan sekadar tempat untuk menyimpan buku.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
“Sekarang kami ingin membawa konsep yang berbeda. Kami ingin menjadikan Perpustakaan Jakarta sebagai ruang ketiga bagi masyarakat, bagi warga Jakarta dan masyarakat sekitar,” kata Diki di Perpustakaan Jakarta, TIM, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (20/10/2023).
Ia mengatakan, pihaknya ingin membuat Perpustakaan Jakarta sebagai tempat belajar, berkarya, berkumpul serta untuk berkolaborasi dan berkreasi, sebagaimana fungsinya kehadiran TIM dahulu sejak awal didirikan pada 1968.
“Perpustakaan Jakarta yang hadir sebagai tampilan baru dari Taman Ismail Marzuki, lahir sebagai bentuk untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat sekaligus mengenalkan karya-karya para seniman dan budayawan,” ujar Diki.
Berdasarkan informasi yang didapat penulis, Perpustakaan Jakarta memiliki 38.000 judul buku dan terdiri dari kurang lebih 190.000 eksemplar. Perpustakaan Jakarta buka setiap hari pukul 09.00-17.00 WIB pada hari kerja. Jika akhir pekan, perpustakaan ini dibuka hingga pukul 20.00 WIB.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Perpustakaan ini juga meiliki total 382.497 koleksi buku yang terdiri dari buku-buku umum, anak, hingga koleksi kejakartaan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, ditambah koleksi buku PDS HB Jassin dan dokumen satra HB Jassin.
Selain menyediakan buku, Perpustakaan Jakarta juga menyediakan sejumlah fasilitas atau ruang yang bisa digunakan oleh pengunjungnya, seperti ruang multifungsi, ruang bermain anak, bilik cerita, dan ruang baca privat.
Tak hanya itu, fasilitas lengkap dan modern mulai dari ruang dan spot baca yang estetik, bilik privasi, bilik diskusi, ruang inklusi untuk teman-teman difabel, sampai ruang podcast, ruang komputer, dan ruang koleksi literasi atronomi, budaya, dan kejakartaan juga ada.
“Semua fasilitas ini gratis, dengan melakukan reservasi terlebih dahulu, utamanya bagi komunitas-komunitas literasi dan budaya. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut, maka perpustakaan ini pun bisa dikunjungi oleh seluruh masyarakat dari berbagai usia,” tambah Diki.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Lokasi Perpustakaan Jakarta ini ada di Gedung Panjang TIM. Akses masuknya melalui lantai 3 untuk check-in dan penyimpanan & penukaran tas, dan untuk area perpustakaannya ada di lantai 4-6.
Jumlah rata-rata kunjungan per hari kerja sebanyak 980 orang, dan diwaktu weekend hingga mencapai 2.230 orang.
Ruang Inklusi bagi Penyandang Disabilitas, Lansia, dan Anak-anak
Hal yang menarik dari Perpustakaan Jakarta ini salah satunya yakni kehadiran Ruang Inklusi yang terletak di lantai lima perpustakaan. Sama seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Jakarta juga menyediakan ruang bagi penyandang disabilitas.
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Pelaksana Teknis Tingkat Ahli di Perpustakaan Jakarta Agatha Febriany Anjarsari, seorang penyandang tunanetra, menjelaskan, pengunjung ruangan tersebut tidak semata para penyandang disabilitas, tetapi ada juga anak-anak yang belum bisa membaca dan lansia yang pandangannya sudah melemah.
Dia juga menunjukkan sebuah alat, seperti walkie-talkie bernama “file reader”. Penyandang tunanetra bisa menggunakan alat tersebut untuk mendengarkan buku audio dalam bentuk PDF, TXT, atau Word. Nantinya, alat akan mengubah dokumen tersebut menjadi suara.
Selain itu, ada juga alat pemutar buku audio dalam bentuk piringan CD. Sama seperti “file reader”, alat itu akan memutar buku audio dan mengeluarkan suara. Perbedaannya adalah apabila file berasal dari CD, suara yang direkam adalah berasal dari buku yang dibacakan oleh orang.
Ruang Inklusi tersebut juga menyediakan buku Braille. Namun, pengunjung yang datang lebih menyukai format audio buku dibanding Braille karena koleksinya lebih mudah diperbarui, sehingga lebih aktual.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Sejak perpustakaan direvitalisasi pada tahun 2022, sesuai data, ada peningkatan pengunjung. Pengelola juga melakukan layanan jemput bola ke sekolah luar biasa (SLB) dan panti sosial.
Penyandang disabilitas yang rata-rata datang pada akhir pekan juga mendapat bantuan dan pendampingan dari petugas untuk melakukan reservasi serta mengakses fasilitas di Ruang Inklusi.
Selain itu, ruang laktasi, ruang bermain anak yang tertutup dan aman, serta ruang aktivitas anak seperti untuk mendongen, mini teater, dan imersif juga disediakan di Perpustakaan Jakarta. Tak lupa ruang ibadah musholla berada di dalam perpustakaan.
Cara Masuk ke Perpustakaan Jakarta di Cikini
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Pengunjung bisa melakukan kunjungan dengan cara reservasi online, yakni membuka aplikasi Jaklitera atau kunjungi website perpustakaan.jakarta.go.id. Pengunjung wajib daftar online terlebih dahulu melalui link perpustakaan.jakarta.go.id atau aplikasi Jaklitera. Jika sudah reservasi online, pengunjung bisa masuk ke kawasan Perpustakaan lalu menuju ke lantai 2 Gedung Panjang. Lalu naik eskalator ke lantai 3. Pengunjung diminta check in dengan cara mencetak QR Barcode yang sudah reservasi online. Jika sudah check in, Pengunjung datang ke bagian layanan dan informasi untuk scan barcode yang sudah dicetak dan juga sekaligus menaruh tas di loker.
Pengunjung hanya diperbolehkan membawa barang penting seperti dompet, gadget dan alat tulis. Pengunjung diminta membawa barang bawaan dengan tas transparan yang didapat dari petugas. Jika sudah, Pengunjung bisa langsung ke area perpustakaan di lantai 4-6.
Ia menjelaskan mereka yang sudah terverifikasi sebagai anggota di perpustakaan.jakarta.go.id adalah yang berhak meminjam buku. Mereka bisa mendaftarkan keanggotaan via Jaklitera. Tidak dipungut biaya untuk menjadi anggota Perpustakaan Jakarta. Buku yang dapat dipinjam setiap member adalah dua buku dengan lama pinjam selama 14 hari.
Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin melalui tagline #Sedekatitu berinovasi untuk memberikan layanan yang memudahkan pemustaka dalam meminjam dan mengembalikan buku dari tujuh titik yang ada di lima wilayah kota.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
“Pemesanan buku dapat melalui aplikasi Jaklitera maupun dari website perpustakaan.jakarta.go.id. Hingga saat ini total peminjaman buku mencapai 63.643,” jelasnya.
Target pengunjung perpustakaan adalah semua warga DKI Jakarta dari semua kalangan. Namun, tidak tertutup bagi mereka yang tinggal di luar DKI Jakarta untuk berkunjung.
Tak hanya itu, inovasi modern di Perpustakaan Jakarta ini menghadirkan pendataan penunjung (Check in) dengan menggunakan mesin kiosk, lalu koleksi yang ditagging dengan teknologi RFID untuk mempercepat peminjaman dan menjamin keamanan koleksi.
“Sirkulasi Mandiri dengan menggunakan mesin selfcheck dan RFID, hingga peminjaman koleksi antar perpustakaan terintegrasi dengan satu keanggotaan One Card All Library (OCAL),” katanya.
Baca Juga: Bukan Sekadar Pencari Nafkah: Inilah Peran Besar Ayah dalam Islam yang Sering Terlupakan!
Hadirnya Perpustakaan Jakarta di TIM Cikini menjadikan perpustakaan sebagai pusat komunitas literasi juga dapat memberikan dukungan bagi berbagai kelompok dalam masyarakat, termasuk anak-anak, remaja, dewasa, dan kelompok yang membutuhkan layanan khusus.
Dengan menjadikan perpustakaan sebagai ruang ketiga dan pusat komunitas literasi, kita dapat memaksimalkan manfaatnya dalam mendukung pendidikan, budaya, dan pengembangan sosial di masyarakat.
Tak hanya fisik, layanannya pun diperbaiki agar kesan masyarakat terhadap perpustakaan, khususnya di DKI Jakarta, menjadi lebih baik dan diharapkan dapat meningkatkan kegemaran membaca warga.(A/R1/P2)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Mi’raj News Agency (MINA)