Khartoum, MINA – Persatuan Dokter Sudan mengatakan, 70 persen rumah di negaranya sakit tidak beroperasi, yakni di daerah yang terjadi pertempuran antara tentara dan Pasukan Bantuan Cepat (RSF). Demikian dikutip dari MEMO, Senin, (24/7).
Data menunjukkan bahwa ada 62 rumah sakit yang dihentikan layanannya, dan 27 rumah sakit beroperasi penuh atau sebagian di ibu kota Khartoum dan kota-kota lain.
Sementara rumah sakit beroperasi terancam tutup karena kekurangan tenaga medis, pasokan medis, air dan listrik.
“Sejumlah serangan telah terjadi di rumah sakit dan staf medis baru-baru ini, termasuk serangan pada hari Jumat terhadap staf LSM Doctors Without Borders,” kata serikat pekerja.
Baca Juga: Komunitas Arab di Inggris Desak PM Keir Starmer Hentikan Genosida di Gaza
“Mereka dipukuli saat mengantarkan bantuan medis ke rumah sakit Turki di selatan Khartoum, kendaraan mereka dijarah, dan pengemudi organisasi itu ditangkap.”
Sembilan belas rumah sakit telah dibom sejak awal pertempuran di bulan April, dan 22 telah dievakuasi secara paksa. Serikat pekerja menegaskan bahwa semua fasilitas kesehatan masih tidak berfungsi di kota El Geneina, di negara bagian Darfur Barat.
Tentara dan RSF saling menuduh memulai pertempuran pada bulan April, dan melakukan pelanggaran selama serangkaian gencatan senjata. Lebih dari 3.000 orang tewas dalam pertempuran itu, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.
Sekitar 3 juta warga telah terlantar secara internal atau menjadi pengungsi di salah satu negara termiskin di dunia, menurut Kementerian Kesehatan Sudan dan PBB. (T/B03/P2)
Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)