Oleh: KH Bachtiar Nasir
Pemimpin Pesantren Ar-Rahman Qur’anic College
APAKAH bulan Ramadhan itu bagi kita? Bagaimanakah persepsi kita tentang Ramadhan? Persepsi kita ini sangat penting karena bagian dari sikap menghadapi bulan Ramadhan dan bagaimana kita mengisinya tergantung kepada persepsi kita terhadap Ramadhan tersebut.
Apakah kita termasuk orang-orang yang menganggap bulan Ramadhan adalah bulan pesta kuliner, bulan makanan dan minuman yang lezat baik untuk sahur maupun berbuka puasa? Sehingga jauh-jauh hari sebelum Ramadhan kita sudah mempersiapkan menu-menu lezat untuk sahur dan berbuka, atau kita sudah membuat jadwal tempat membeli makanan yang kita sukai selama Ramadhan.
Ataukah kita termasuk orang-orang yang menganggap bulan Ramadhan ini adalah bulan acara televisi yang religi dan bagus-bagus, khususnya sinetron religi, kuis dan acara komedi? Sehingga jauh-jauh hari kita sudah mulai menghafalkan atau mencatatl jadwal acara televisi yang akan ditonton selama sebulan penuh dan tidak boleh terlewatkan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ataukah kita termasuk orang-orang yang beranggapan bahwa bulan Ramadhan itu adalah bulan acara dan kegiatan kumpul-kumpul bersama teman yang asyik? Sehingga kita sudah mengatur dan membuat jadwal acara ngabuburit, acara berbuka puasa bersama dan pertemuan bersama teman dan sahabat selama bulan Ramadhan.
Ataukah kita termasuk kepada semua kelompok yang disebutkan itu? Sehingga kita sudah mempunyai jadwal menu dan acara lengkap yang akan kita lakukan selama bulan Ramadhan ini.
Kalau itu persepsi kita tentang Ramadhan dan kemudian kita mempersiapkan dan mengisi Ramadhan itu berdasarkan persepsi kita itu, sungguh betapa meruginya kita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan dan menjelaskan kepada kita bagaimana seharusnya kita memandang bulan Ramadhan itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, Allah ‘azza wajalla mewajibkan atas kalian untuk berpuasa pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan pemimpin-pemimpin setan dibelenggu. Pada bulan itu Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah terhalang dari segala kebaikan.” (Riwayat An-Nasa`i).
Jadi bulan Ramadhan itu adalah bulan penuh berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, di mana segala amal kebaikan kita di bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya. Semua pintu-pintu amal kebaikan akan dibukakan dan dimudahkan bagi kita untuk melakukannya. Sebaliknya semua pintu-pintu maksiat dan kejahatan akan ditutup dan kita dipersulit untuk dapat melakukannya karena para setan yang selama ini selalu menggoda manusia untuk melakukan kejahatan dibelenggu oleh Allah Ta’ala.
Dan dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَنَادَى مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ ، وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
Lalu ada suara yang menyeru,”Wahai pencari kebaikan! Sambutlah, wahai pencari kejelekan! Berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Dan demikian itu pada setiap malam.” (Riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah).
Bulan Ramadhan adalah bulan dipanggilnya jiwa-jiwa pencari kebaikan, jiwa-jiwa yang selalu rindu untuk beramal dan beribadah kepada Tuhannya untuk melepaskan segala kerinduan itu. Ramadhan inilah momen yang ditunggu-tunggu para pencari kebaikan karena niat dan usaha mereka untuk melakukan kebaikan dipermudah dan segala akses dibukakan untuk mereka. Ditambah lagi dengan janji pahala dan ganjaran yang berlipat ganda, ampunan dan dibebaskan dari api neraka bagi yang melakukan amal kebaikan itu.
Ketika para pencari kebaikan itu, Allah karuniakan untuk dapat bertemu kembali dengan Ramadhan bulan penuh berkah itu, maka rasa syukur dalam hati mereka itu begitu mendalam dan tercurahlah segala ucapan puji syukur kepada Allah atas karunia yang besar itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ketika rasa syukur itu diterjemahkan dalam bentuk perbuatan maka segala amal kebaikan yang mampu ia lakukan, pasti ia lakukan dengan penuh semangat. Ia akan selalu berada di barisan terdepan dan tidak mau ketinggalan dalam setiap amal kebaikan tersebut.
Begitulah semestinya persepsi kita tentang Ramadhan. Ramadhan adalah nikmat Allah yang tiada terkira yang harus kita manfaatkan semaksimal mungkin agar kita tidak termasuk orang yang merugi. (A/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang