Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Tak terasa, kaum muslimin sudah memasuki bulan Sya’ban. Itu artinya insya Allah sebulan kemudian umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan rahmat, hidayah dan kemuliaan. Bulan yang lebih baik dari seribu bulan.
Bulan yang di dalamnya setiap kebaikan akan dibalas dengan pahala berlipatganda. Bulan yang di dalamnya sebagaimana dikemukakan dalam tarikh bahwa Nabi SAW memperbanyak ibadah, sedekah dan membaca al Qur’an. Sungguh umat Islam di seluruh muka bumi ini begitu merindukan datangnya bulan penuh keberkahan itu. Sebagai seorang muslim yang baik, tentu saja untuk menyambut tamu agung itu ia perlu mempersiapkan segala sesuatunya.
Waktu terus berjalan, tanpa pernah berhenti. Hari yang berganti hari, bulan yang berganti bulan, dan tahun yang berganti tahun, dalam semua perputaran waktu itu Allah SWT senantiasa memberikan kenikmatan kepada umat mulia ini.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sebentar lagi kaum muslimin akan memasuki bulan istimewa. Bulan yang penuh dengan keutamaan, bulan Ramadhan yang mulia. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita siap dalam menyambutnya? Jika para sahabat dan salafusshalih saja telah mempersiapkan diri dua bulan sebelum Ramadhan tiba, sebagaimana doa yang masyhur, yang mengisyaratkan persiapan ini,
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah, berkahilan kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Baihaqi)
Atau doa lain yang juga mengandung pengharapan para sahabat agar disampaikan pada bulan mulia itu,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami di bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Setidaknya ada empat persiapan bagi kaum muslimin untuk menghadapai bulan Ramadhan ini.
Pertama, persiapan ruhiyah. Persiapan ruhiyah adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Pengokohan aqidah adalah pondasi utama dalam persiapan ruhiyah ini. Tanpa aqidah yang benar, bisa jadi seseorang justru terjatuh dalam syirik. Syirik selamanya takkan berbuah keikhlasan. Aqidah yang benar adalah kuncinya.
Karenanya surat di dalam Al-Qur’an yang kesemuanya membahas aqidah dinamakan surat Al-Ikhlas.
Membersihkan hati atau tazkiyatun nafs juga hal yang penting dilakukan dalam menyambut tamu Allah yang istimewa ini. Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya.” (Qs. Asy-Syams : 9)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Maka dalam waktu 25 hari ke depan kaum muslimin perlu melakukan muhasabah apakah penyakit-penyakit aqidah masih menjangkiti diri kita. Selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba, kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu.
Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita, sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Siapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘Alaih)
Kedua adalah persiapan fikriyah. Agar Ramadhan benar-benar efektif, seorang muslim perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya ia telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, I’tikaf, zakat, dan sebagainya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Untuk itu seorang muslim bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain. Dia pun bisa mengikuti taklim di lingkungannya, baik majelis taklim yang diadakan di masjid, di pondok pesantren, maupun tempat-tempat yang lain.
Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana seseorang bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar?
Pemahaman ilmu syar’i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Siapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama.” (Muttafaq ‘Alaih)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Ketiga, persiapan jasadiyah. Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai seorang muslim bisa terkejut bahkan ibadahnya tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Seorang muslim diharapkan tetap produktif dengan pekerjaannya masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Ia juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya semisal Shalat tarawih.
Karenanya seorang muslim perlu mempersiapkan jasadiyahnya dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar’i seperti disebutkan dalam hadits Nabi SAW,
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dll)
Keempat, maliyah. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Seorang muslim justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan.
Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul, wajib mempersiapkan zakat maal-nya. Bahkan, jika mampu berumrah di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti nilai haji bersama Rasulullah SAW.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Rasulullah SAW mencontohkan bahwa beliau yang begitu dermawan di hari-hari biasa, bertambah sangat dermawan di bulan Ramadhan mengalahkan angin yang berhembus.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling murah hati, lebih-lebih ketika bertemu Jibril di bulan Ramadhan. Beliau bertemu Jibril pada pada setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur’an. Maka sifat murah hati Rasulullah melebihi hembusan angin.” (HR. Bukhari)
Kedermawanan Rasulullah SAW bertambah hebat ketika bulan Ramadhan. Ini mengajarkan kepada umatnya bahwa Ramadhan sebagai bulan yang paling utama dengan pelipatgandaan pahala amal kebajikan hendaklah dioptimalkan dengan memperbanyak infaq dan meningkatkan kualitasnya.
Semoga Allah SWT sampaikan kita pada bulan Ramadhan nan mulia itu, aamiin. (A/RS3/P1)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Mi’raj News Agency (MINA)